Merakit Sepeda Mini Demi Orang Tua Agar Tak Terbebani

Merakit sepeda demi sesuap nasi

Aku anak ke-2 dari 5 bersaudara, aku adalah anak laki-laki satu-satunya. Belum lama ini kakak ku menikah. Adik pertamaku baru saja lulus sekolah, sisanya masih duduk di bangku sekolah. Aku sendiri saat ini duduk di bangku kuliah di salah satu kampus swasta di Jogja.

Advertisement

Ayahku seorang wiraswasta, sedangkan ibuku ibu rumah tangga. Sejak kecil, aku selalu dididik untuk hidup mandiri, saat aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak, teman-temanku selalu diantar dan dijemput oleh orang tuanya, namun itu tidak berlaku pada diriku. Berangkat dari rumah berjarak sekitar setengah kilometer ke taman kanak-kanak, aku mengayuh sepedaku seorang diri hingga tiba di sekolah dan bertemu teman-temanku. Saat itu, aku mempunyai cita-cita menjadi ahli pesawat terbang meskipun itu yang terjadi di depan mata ialah tumbang.

Cita-cita tersebut makin hari makin hilang. Saat aku duduk di bangku sekolah menengah atas, aku mencoba untuk terjun ke dunia musik. Mempunyai band yang para personilnya kawan-kawan di rumah, tak jarang band ku berhasil menyabet juara festival, baik itu festival lokal daerah maupun festival yang disponsori oleh perusahaan rokok. Namun, pada saat itu, saya benar-benar tidak menyadari diri sendiri bahwasannya aku sedari SMA sudah lumayan rutin melakukan transaksi jual beli sepatu. Ya, waktu itu saya berjualan sepatu, baik bekas maupun kondisi baru, itu rutin saya jalani demi bisa bertamasya ke kota tetangga.

Hingga sesampainya duduk di bangku kuliah, saya masih rutin untuk berjualan, dimulai dari berjualan sepatu yang sedari SMA sudah saya jalani, mencoba berjualan singkong kukus, membudidaya kaktus, hingga kini muncul trend terbaru yaitu sepeda, saya merakit sepeda lalu menjualnya. Dengan bermodalkan uang tabungan seadanya dan alat bengkel hasil pinjam di tetangga, saya merakit sepeda mini jadul untuk dijadikan sepeda Minion yang sedang ngetrend saat ini. Membeli kerangka dan aksesoris sepeda di pasar loak, saya berusaha mengakali bagaimana caranya agar sepeda yang saya buat ini menjadi menarik dan diminati banyak orang. Mengandalkan smartphone yang saya miliki, saya menjual sepeda yang saya rakit di kanal media sosial facebook.

Advertisement

Meskipun kegiatan yang saya jalani ini jika dipandang sebelah mata oleh orang-orang, sayang menghiraukannya, yang terpenting bagi hidup saya jikalau kegiatan yang sedang saya lakukan ini menimbulkan manfaat untuk diri saya sendiri dan disukai oleh para konsumen, kenapa tidak? Selagi kegiatan yang saya jalani ini tidak merugikan orang, apapun itu ocehan-ocehan dari orang lain pasti akan saya hiraukan.

Lalu bagaimana dengan kedua orang tua saya yang melihat anaknya selalu berusaha untuk kesenangan dirinya sendiri tanpa membebaninya? Tentu saja, orang tua saya menyambutnya dengan senyum dan tawa. Memang hingga saat ini saya masih belum bisa untuk membayar uang semester kuliah saya sendiri, namun, dengan merakit sepeda lalu menjualnya, saya bisa meringankan beban kedua orang tua saya. Besar karna cacian, pujian adalah racun

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE