Masa sekolah adalah salah satu masa yang paling indah dan memorable baik itu SD, SMP, maupun SMA. Jika ditanya masa sekolah paling indah, jawabannya bisa berbeda antar manusia. Meski berbeda, kita sama-sama tahu bahwa masa sekolah selalu mempunyai tempat khusus di dalam hati setiap manusia. Salah satu masa yang paling berkesan adalah masa SD. Sekolah dasar adalah gerbang awal manusia untuk belajar memahami dunia. Tempat ini menjadi lokasi pertama bagi anak-anak untuk mengenal dunia lebih jauh. Anak-anak adalah manusia spesial. Pikirannya, cara pandangnya, perilakunya, semuanya berbeda dari orang dewasa. Mereka memiliki sudut pandangnya sendiri terhadap bagaimana dunia bekerja.
Pada masa inilah anak-anak berada pada usia yang matang untuk belajar. Hal ini disebabkan keinginan anak-anak yang tinggi untuk menguasai kecakapan baru yang diberikan kepadanya. Anak-anak yang duduk di bangku SD dikategorikan sebagai anak usia dini, perkembangannya cepat, tetapi berdampak sangat lama bagi kehidupanya.Â
Berbicara tentang masa sekolah dasar, guru menjadi salah satu tokoh yang memiliki peran besar terhadap perkembangan muridnya. Keberhasilan murid-murid dalam belajar sering dikaitkan dengan keberhasilan guru dalam mengajar. Anak-anak usia dini itu seperti spons, mudah menyerap sesuatu yang diperlihatkan kepada mereka. Oleh karena itu, guru merupakan profesi yang rawan karena dampaknya besar terhadap perkembangan peserta didiknya. Menjadi seorang guru berarti harus senantiasa menjaga sikap dan perilaku juga harus bersedia membimbing murid-muridnya ke jalan yang benar. Sejak saya menginjak bangku sekolah dasar, saya paham bahwa peran guru sangat penting. Menjadi seorang guru terlihat menyenangkan dan mudah. Sampai waktu membawa saya untuk mengetahui lebih dalam bahwa profesi seorang guru lebih dari sekedar mengajar dan memberi tugas, lebih krusial, lebih menyenangkan, dan lebih tidak mudah daripada yang ada di bayangan saya.Â
Maret 2020, ketika umur saya lima belas tahun, saya berkesempatan merasakan menjadi seorang guru selama tiga hari. Kesempatan ini datang dari program sekolah, PLM namanya, singkatan dari Pengenalan Lingkungan Masyarakat. PLM merupakan program wajib bagi kelas sepuluh dan sebelas di sekolah saya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan rasa sosial di diri setiap siswa dan siswinya. Kegiatannya meliputi bedah rumah, memasak, dan mengajar siswa sekolah dasar. Untuk siswa, mereka bertugas membedah rumah, sementara siswi dihadapkan pada dua pilihan yaitu memasak atau mengajar. Keputusan yang saya ambil pada saat itu adalah mengajar. Alasannya singkat, saya suka mengajar.Â
Senin, 9 Maret 2020, hari pertama kegiatan PLM. Saya bersama teman-teman tim mengajar berangkat menuju SDN 1 Limpakuwus, tempat kami akan mengajar, menggunakan angkutan umum. Setelah semalaman tidur dengan gelisah dan pagi harinya menempuh waktu setengah jam menuju lokasi, akhirnya tiba juga saat saya berhadapan langsung dengan siswa-siswi di SD tersebut. Kami, tim mengajar, dibagi menjadi delapan kelompok yang masing-masing bertanggung jawab terhadap satu kelas. Saya dan teman saya, Sarah, bertanggung jawab untuk mengajar siswa-siswi kelas satu yang total siswanya 45 orang. Jumlah yang baru kami ketahui saat tiba di lokasi. Hal itu memang sempat membuat kami khawatir, tetapi pada akhirnya kami mencoba menyemangati satu sama lain.
Berakhirnya waktu istirahat menjadi awal bagi kami untuk berinteraksi dengan siswa-siswi di kelas satu ini. Kami awali pertemuan pertama ini dengan bertanya kabar dan berkenalan. Awalnya memang terasa sekali canggungnya, tetapi ketika kami mulai mengabsen, suasana berubah menjadi cair. Banyak celotehan-celotehan lucu yang keluar dari mulut mereka. Kami yang mendengarkan celotehan tersebut ikut tertawa. Pertemuan hari itu, kami habiskan dengan bercerita dan saat tiba waktunya pulang, kami menutupnya dengan doa.Â
Selasa, 10 Maret 2020, hari kedua kegiatan PLM. Setelah disambut dengan baik pada hari pertama, kami semakin semangat menyiapkan rencana untuk hari kedua. Pagi harinya, saat baru tiba di lokasi, anak-anak dengan girangnya berteriak senang memanggil kami, berkerumun di depan kelas dan melambai-lambaikan tangan. Sontak hal tersebut membuat kami merasa sangat senang. Anak-anak memang spesial. Hari itu, jadwal kelas satu adalah olahraga, kami awali kelas dengan berdoa lalu menuju lapangan belakang sekolah untuk merealisasikan agenda yang sudah saya dan Sarah buat. Agenda hari itu dimulai dengan pemanasan lalu berjalan mengelilingi lapangan sambil berbaris dan diiringi lagu Naik Kereta Api Tut Tut Tut.
Selanjutnya kami mendemokan cara mencuci tangan yang benar dan memberikan penjelasan mengenai sampah organik dan anorganik. Kemudian pada akhir sesi, kami bersama-sama memungut sampah di sekitar dan menggolongkannya sesuai jenisnya, tidak lupa setelah itu mencuci tangan dengan sabun seperti yang sebelumnya sudah kami jelaskan. Singkat cerita, hari itu kami akhiri setelah memberikan penjelasan tentang adab batuk dan bersin yang benar.Â
Rabu, 11 Maret 2020, hari ketiga kegiatan PLM. Hari ketiga ini, anak-anak sudah terbiasa dengan kehadiran kami, seperti hari sebelumnya, mereka menyambut kami di depan kelas, beberapa mengintip lewat jendela, berteriak, melambaikan tangan menyambut kedatangan kami. Pada hari ketiga ini, kami sedikit menjelaskan materi tentang pancasila dan memberikan penugasan. Hari itu adalah hari terakhir kami mengajar di sana, kami meminta mereka untuk menggambar di secarik kertas dan menuliskan kesan pesan di lembar sebaliknya. Saat kertas itu sampai di tangan kami, tercantum ucapan terima kasih dan kata-kata manis lainnya yang membuat hati kami hangat ketika membacanya. Akhirnya kami tiba pada sesi terakhir yaitu perpisahan. Berat memang, tetapi itu adalah fakta yang harus dihadapi. Sebelum anak-anak kembali ke rumahnya masing-masing, saya dan Sarah memberikan hadiah perpisahan kepada masing-masing anak di kelas satu ini. Dengan pemberian hadiah tersebut, berakhir pula program PLM tahun 2020.
Pada kenyataanya, dalam berinteraksi dengan anak-anak ini tidaklah semulus itu. Tidak terhitung pertengkaran yang muncul disusul dengan tangisan yang saling sahut menyahut, juga celotehan-celotehan yang muncul di saat kami sedang menjelaskan, tingkah-tingkah unik yang mereka perlihatkan kepada kami, serta pertanyaan-pertanyaan yang terus berdatangan kepada kami. Dari situ, saya diharuskan belajar cara mengatasinya, seperti belajar bagaimana melerai pertengkaran, bagaimana menenangkan tangis, bagaimana mendapatkan perhatian murid, dan bagaimana bersabar dengan tingkah laku mereka.Â
Meskipun interaksi ini singkat, tetapi tiga hari cukup membuat kami belajar banyak hal. Setelah merasakan menjadi guru selama tiga hari, banyak sekali pengalaman yang berkesan dan pengetahuan baru yang saya dapatkan dari anak-anak usia enam sampai tujuh tahun ini. Mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi sekaligus belajar bersama anak-anak di SDN 1 Limpakuwus adalah suatu hal yang sangat saya syukuri. Satu hal yang akhirnya saya yakini setelah menjalani kegiatan ini adalah, profesi seorang guru lebih menakjubkan dari yang pernah saya bayangkan sebelumnya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”