Millenial Antihoax Sebagai Agent of Change, Saring Sebelum Sharing

Sekecil apapun usaha yang diberikan pasti akan berdampak bagi masa yang akan datang


Its easier to fool people than to convince them they have been fooled- Mark Twain


Advertisement

Berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi tentunya memberikan dampak yang menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara berkembang, di mana sosialisasi kebijakan pemerintah dapat lebih cepat disampaikan kepada masyarakat. Informasi dari seluruh wilayah dapat langsung dipublikasikan dan diakses dengan mudah oleh masyarakat dan masih banyak sisi positif yang lain.

Namun, tidak bisa dipungkiri sisi negatif selalu ada dan mengikuti. Mudahnya akses informasi membuat masyarakat kesulitan memilah antara informasi yang akurat dan informasi yang tidak akurat bahkan palsu atau lebih dikenal dengan istilah “berita hoax”. Masyarakat lebih mudah untuk memilih percaya pada berita hoax jika isi dari informasi tersebut sesuai dengan opini atau cara mereka berpikir.

Menurut KBBI, hoax mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman, hoax merupakan rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran. Berita hoax tidak hanya bertujuan untuk mengelabui pembaca dengan memutar balikkan fakta namun juga bisa dengan menyebarkan ujaran kebencian atau bisa disebut juga dengan hate speech.

Advertisement

Penyebaran berita hoax bisa dilakukan di manapun dan kapanpun, melalui media apapun dan ditargetkan kepada siapapun. Pada zaman kekinian ini, instrumen yang paling banyak digunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk penyebaran berita hoax adalah media sosial. Mengapa pilihan jatuh pada media sosial? Alasan pertama adalah kemudahan dan kecepatan media sosial dalam menyebarkan berita sehingga berita dapat diketahui oleh banyak orang dalam waktu yang relatif singkat. Alasan kedua adalah media sosial merupakan media yang paling banyak di akses oleh kaum millenial. Kaum millennial diyakini mudah percaya dengan berita hoax karena kondisi emosional yang cenderung belum stabil. Segala informasi yang masuk terutama informasi yang sensasional mudah untuk disebarkan luaskan.  Maka dari itu, kaum remaja dinilai sebagai sasaran empuk dalam penyebaran berita-berita  hoax.

Hoax melanggar adanya kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat sendiri telah dijamin oleh Negara dalam pasal 28 UUD 1945. Namun banyak dari masyarakat cenderung menyalahgunakan dengan adanya kebebasan tersebut. Mereka acap kali abai dengan semaunya sendiri menyebarluaskan berita hoax yang memicu disinformasi, perpecahan, dan merugikan orang lain. Mereka sama sekali tidak bertanggung jawab pada konten yang mereka sebarkan.

Advertisement

Menjamurnya berita hoax menimbulkan ancaman bagi eksistensi negara kesatuan ini. Sila ke-3 Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” sangat menentang bentuk-bentuk aksi yang mengancam persatuan dan kesatuan nasional, terutama hoax yang bersifat propagandis dan hate speech. Hate speech membawa pengaruh terhadap nilai pluralisme yang dimiliki masyarakat Indonesia. Nilai-nilai keberagaman yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia yang seharusnya menjadi kekuatan untuk saling mempererat satu sama lain malah menjadi titik lemah untuk dijadikan sebagai sumber perselisihan dan permusuhan. Lemahnya toleransi akan perbedaan baik itu dalam cara pandang setiap individu dalam berpikir, berpendapat, memilih, dan yang lainnya akan menjadi bibit perpecahan bagi bangsa Indonesia.

Sebagai “agent of change” yang terdidik dan terpelajar, tidak sepatutnya kita hanya berpangku tangan saja. Millenial harus menjadi agen pelawan berita-berita bohong yang ada. Memulai langkah dengan membenahi diri sendiri terlebih dahulu, seperti berpikir sebelum menulis dan menyebarkan informasi karena “jarimu, harimaumu!”, membudayakan membaca informasi dengan tuntas terlebih dahulu, lebih kritis mencerna informasi, dan pandai menyaring dalam menerima segala informasi yang ada.  

Lalu bagaimana cara menyaring informasi yang akurat dari segala informasi hoax yang ada? Pertama bisa dengan mengamati judul. Berita hoax sering kali menggunakan judul sensasional yang provokatif. Tidak jarang judul yang ada langsung menuding pihak atau kubu tertentu. Walaupun isinya diambil dari sumber yang resmi, namun terkadang diubah sedemikian rupa supaya sesuai dengan persepsi dari penulis hoax. Oleh sebab itu, apabila menemukan judul yang provokatif hendaknya kita membandingkan isi berita yang serupa dari situs resmi untuk membantu menarik kesimpulan yang lebih berimbang. Kedua, mengamati situs dan sumber berita, apakah dari situs yang terrverifikasi sebagai situs pers resmi? Apakah sumber tersebut dari sumber yang terpercaya? Ketiga, kita harus bisa membedakan berita mana yang dibuat berdasarkan fakta dan mana yang dibuat berdasarkan opini. Keempat, mengecek keaslian foto yang dimuat dalam berita sangatlah penting. Sebab dalam era digital ini, mudah sekali untuk mengedit dan memanipulasi keaslian foto. Apalagi foto merupakan bukti penting dalam sebuah berita sehingga membuat pembaca makin mudah untuk meyakininya. Terakhir, ikut serta dalam komunitas antihoax yang ada di media sosial di mana di komunitas tersebut kita bisa bertanya apakah informasi tersebut hoax atau tidak dan bisa sekaligus membaca klarifikasi dari beberapa anggota yang lain. Kita juga bisa mencegah tersebarnya berita hoax dengan melaporkan melalui sarana yang ada di setiap sosial media seperti fitur “report”.

Kata hoax memang terdengar bukan masalah yang serius di telinga orang, namun hal sekecil apapun jika disepelekan akan menjadi boomerang bagi bangsa kita sendiri. Menggalakkan antihoax merupakan satu dari beberapa usaha yang penting untuk menjaga persatuan Indonesia. Sekecil apapun usaha yang diberikan pasti akan berdampak bagi masa yang akan datang. Menjadi generasi milenial harus cerdas dan tak mudah termakan hoaxKids zaman now say no to hoax dan saring sebelum sharing.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE