#MudaBerkarya-Tulis Saja Dahulu, Kemudian Berdoa dan Berusaha Sekuat Tenaga

Sejak kecil menurut saya pertanyaan dari orang tua sering terdengar dan terngiang-ngiang sampe sekarang seperti kalau udah gede nanti mau jadi apa? pasti banyak juga yang jawab jadi dokter, insinyur, dan juga pilot. Mungkin kalau kesannya jadi insinyur biar kaya si Doel Anak Sekolahan kali ya. Salah satu tontonan yang menurut saya banyak nilai moral, budaya dan juga hal positif yang bisa diambil. Oke, tapi saya ngga akan bahas si Doel, karena tema tulisan ini adalah Meraih Mimpi

Advertisement

Dulu, saya senang dan sering banget dengerin radio. Pokoknya dengar radio adalah rutinitas saya sewaktu sekolah saya masuk di siang hari karena kakak-kakak kelasnya memakai kelas sewaktu ujian nasional kala itu. Dari mulai radio Bogor, radio Jakarta, radio Depok, semua saya dengarkan, hingga saya hapal banyak stasiun radio, baik di Bogor maupun Jakarta.

Satu waktu, salah satu penyiar di radio Prambors membicarakan perihal keinginan bagi penyiar untuk para pendengarnya. Penyiar itu membacakan beberapa syarat maupun kriteria jika ingin menjadi penyiar di Prambors.

Kriterianya banyak dan juga sangat-sangat berjiwa muda sekali. Diantaranya ada mahir berbahasa Inggris dan juga mengetahui perkembangan musik kala itu. Saya mencatat beberapa poin tersebut. Dan saya baca-baca lagi, mengingat poin-poin tersebut, berharap apakah di poin-poin itu saya bisa masuk ke dalamnya?

Advertisement

Mimpi-mimpi itu tetap saya simpan dan tetap saya ingat, bahwa saya ingin siaran di radio anak muda terbesar di Jakarta. Saya sering mendengar Dagienkz dan Desta waktu itu, dan siaran sorenya ada Darto-Oki. Saya tahu dan saya merasa terikat dengan mereka. Ibaratnya sudah menyatu.

Kehidupan semua orang memang tidak bisa ditebak dengan mudah. Ibarat kata, hidup tidak akan bisa lurus dan lancar-lancar saja. Selepas SMA, saya tidak langsung melanjutkan kuliah seperti teman-teman saya yang lain. Menandakan saya harus punya kegiatan yang baik agar saya tetap bergerak dan menjadi beban keluarga (hehe..).

Advertisement

Karena saya juga punya keahlian untuk mengajar ekstrakurikuler, saya memutuskan untuk menekuni dahulu profesi itu. Bergelut dengan teman-teman SMP, mengajari untuk baca not balok, memainkan alat musik pukul (perkusi) serta berbagi ilmu.

Di tahun 2012 pula mungkin yang namanya rezeki tidak ada yang mengetahui ya kan? Karena di tahun 2012 juga saya memulai karir saya sebagai instruktur (pelatih) ekstrakurikuler musik. Kalau ditarik ke belakang lagi—tahun 2010–memang saat itu, pemicunya adalah kompetisi ekstrakurikuler sekota Bogor.

Dimana sejak itu, beberapa bulan menjelang lomba pelatih saya meninggalkan saya dan tim. Dan itu yang membuat limbung juga goyah, karena tim perkusi—saya termasuk di dalamnya–menjadi kehilangan mentor sekaligus pelatih.

Satu momen adalah ketika rekan-rekan alat musik tiup—terompet—sudah menyelesaikan lagu yang berisikan berpuluh-puluh lembar, sedangkan saya dan anak perkusi lain belum bisa menyusul ketertinggalan tersebut.

Pelatih utama lantas marah-marah. Suasana menjadi tegang. Satu tim seakan membela divisi perkusi. Tapi hukuman tetap berjalan. Perkusi seingat saya waktu itu hampir melakukan hukuman sebanyak 10 seri—1 seri itu 10—ketika hukuman tersebut hampir dilaksanakan, pelatih dari divisi bendera mencoba melobi pelatih utama tersebut.

Tapi saya dan anak perkusi yang lain memang sudah siap menjalani konsekuensi tersebut. Suasana latihan sempat terhenti sebentar. Kalut dan juga sedih terasa. Terasa bahwa teman-teman yang lain juga ikut merasakan ‘kita ini satu tim besar lho. Satu sakit semua harus sakit’ namun divisi alat tiup urung untuk melakukan hukuman bersama itu.

Setelah latihan sempat terhenti agak lama, keluarlah sebuah peringatan keras bagi anak perkusi bahwa partitur lagu harus menyusul rekan-rekan yang lain. Tim alat tiup sudah menyelesaikan lagu tersebut, tim bendera sudah, hanya tersisa anak perkusi yang sama sekali belum menyelesaikan lagu tersebut.

Sedangkan lagu tersebut kalau tidak salah saya ingat ada 83 bar dalam lembaran partitur tersebut. Saya dan tim berjuang ekstra, berjuang keras. Mau tidak mau, dengan pengetahuan seadanya mengenai not balok, saya dan tim mencoba meraba dan membaca—yang katanya toge—not tersebut menjadi hidup, menjadi sebuah pukulan.

Akhirnya setelah berturut-turut dua minggu fokus latihan pukulan, pulang malam, pelajaran sekolah—hampir—diabaikan, anak perkusi bisa mengejar ketertinggalannya. Maka jadilah sebuah paket komplit lagu tersebut dan di tahun 2010 saya dan tim berhasil menjadi juara umum Kota Bogor.

Baru setelah itu perjalanan saya mengajarkan ilmu, membagikan ilmu kepada anak-anak SMP dan juga SMA dimulai, di tahun 2012 sampai dengan tahun 2018. Dengan mengajar ke berbagai daerah, menjumpai berbagai anak yang sudah peka dengan pukulan, hentakan, irama, juga dengan banyak kurang lebih pihak sekolah yang ingin ada ekstrakurikuler musik tapi dana tidak memadai, sering saya dan rekan saya temui.

Iseng kala itu di tahun 2013, saya melihat lowongan sebagai penyiar radio di sebuah radio besar di Bogor, yaitu Megaswara FM. Tanpa pikir panjang saya pun melamar. Tanpa ada pengalaman sama sekali, saya putuskan untuk menaruh lamaran pekerjaan saya yang pada saat itu memang sedang butuh uang.

Tidak ada ekspektasi tinggi untuk bisa siaran radio. Hanya mimpi saya ingin siaran radio saja dulu. Baik di Jakarta maupun di Bogor. Tak sampai 3 hari, ada panggilan di telepon genggam saya, yang menandakan saya lolos dan harus melewati tahap pertama.

Besoknya saya datang dan langsung di tes vokal oleh tim produksi. Tantangan pertamanya adalah langsung siaran. Tim produksi tadi tidak memberikan petunjuk apapun, tapi mereka hanya memberikan sedikit saran adalah seinget kamu aja bagaimana kamu mendengarkan idola kamu siaran.

Dari kurang lebih 30 orang yang masuk ke tahap tersebut, saya menjadi salah satu yang lolos untuk menjadi calon penyiar Megaswara FM hingga pada akhirnya menjadi penyiar Megaswara FM dari rentang tahun 2013-2019.

Intinya adalah kamu bisa menulis apapun mimpi kamu, apapun cita-cita kamu. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Mungkin kamu ingin kuliah pasca sarjana selepas kuliah strata satu, tapi Tuhan tidak mengizinkan. Tapi yakinlah, Tuhan sedang mempersiapkan hal yang lebih baik untuk kedepannya.

Jalani saja apa yang kamu bisa sekarang. Terus belajar, belajar, dan belajar. Sampai tua pun menurut saya, manusia harus terus belajar, berkembang juga berproses.

Jadi semangat buat kamu yang dulu pernah menulis cita-cita di buku harian kamu, mungkin bisa kamu tengok lagi, kamu lihat lagi, apakah ini mimpi yang kamu idam-idamkan? Apakah masih bisa dikejar? Apakah masih berada di satu garis yang sama?

Jika iya tetap berjuang & berdoa. Jika tidak, jadilah versi terbaik bagi dirimu sekarang. Selalu sayangi dirimu sendir

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE