Orang Kecil atau Orang Besar. Kamu yang Mana?

Apa yang kepikir di benak kita tentang orang kecil dan orang besar?

Jawabnya, 2 hal. Satu, ngukur dari fisik orangnya. Dua, ngukur dari status sosial manusianya.

Lho kok bisa? Ya iyalah, ngomongin orang kecil, orang besar. Apalagi kalo bukan dari fisik dan status sosialnya. Dari fisik, tentu sudah sangat jelas. Orang kecil itu, orang kuntet alias gak tinggi postur tubuhnya. Atau orang yang kurus badannya alias kerempeng. Sedangkan orang besar itu orang yang badannya gemuk alias gendut, kata banyak orang. Atau orang yang badannya tinggi, gede, sterek. Enak dipandang mata.

Dalam bahasa sehari-hari, mulut kita suka manggil mereka, “Noh, yang orangnya kecil pake baju putih”. Atau, “Noh, orang yang lagi duduk, yang badannya besar”. Alih-alih, kita mau bilang, orang kecil itu orang susah, kalo orang besar itu orang gak susah. Parahhhh, mainnya fisik.

Orang kecil, orang besar juga bisa dilihat dari status sosialnya. Kalo orang kecil, dianggap orang rendahan. Pangkat di kantor gak tinggi-tinggi amat. Gajinya juga gak gede. Udah gitu pendidikannya cuma sampe S-bonbon, karena di Sekolah suka jajan es bonbon alias gak kuliah. Makanya, orang kecil jarang dimintain saran. Gak penting-penting amat.

Beda sama orang besar, yang status sosialnya ada. Dianggap orang penting, kayak pejabat negara. Di kantor, pangkatnya tinggi. Gajinya besar. Pendidikannya tak terbatas, S-1, S-2, S-3 sampe-sampe doyannya es teler. Terus, kita panggil orang ini dengan sebutan, “Ohhh, iya tahu. Dia mah orang besar”. Alih-alih lagi, kita mau bilang kalo berdasar status sosial, orang kecil itu orang miskin, orang besar itu orang kaya. Parahhhh, mainnya uang.

Asal tahu aja. Ngukur orang kecil, orang besar dari urusan fisik ama status sosial itu semuanya SALAH. Gak ada yang benar. Kata siapa orang kecil itu susah dan miskin. Kata siapa juga orang besar itu, gak susah dan kaya. Mikir model begini, sudah jelas, peninggalan penjajah. VOC alias londo, hahaha. Emang, udah gak salah.

Banyak orang kayak kita cuma bisa bedain orang kecil, orang besar ngeliatnya dari fisik dan status sosial doang. Gak tahu siapa yang ngajarin? Kasihan aja sama nenek moyang, disalahin mulu. “Lha dari dulu kayak gitu, dari zaman nenek moyang” gitu katanya. Hohoho.. Lantas, di mana moral, dimana hati nurani, dimana akal sehat yang kita punya. Masak ngukur orang cuma dari KASTA doang. Duhh pucing.

Pernah denger cerita ini gak? Ada 2 orang tukang mancing, sebut aja Si A dan Si B. Saat lagi mancing, Si A setiap kali dapat ikan besar ia selalu mengeluh dan langsung melempar hasil pancingannya ke air. Dan ia lakukan itu terus berkali-kali. Sikapnya aneh. Hingga Si B nanya, “Kenapa elo buang lagi ke air itu ikan besar? Kan itu yang kita cari?” Sambil menggerutu Si A menjawab, “Abis ikannya kebesaran.

Di rumah gue, hanya ada kuali kecil. Gak bisa masaknya, gak muat”. Hikmahnya, memang banyak orang yang terbelenggu oleh pikirannya sendiri. Pikiran yang sempit, jiwa yang kerdil. Dikasih kesempatan, rezeki, peluang seperti “ikan besar” yang datang dalam hidup kita, tapi sayang “kualinya” terlalu kecil. Kuali, kuali …

Jadi, apa dong beda orang kecil ama orang besar? Kok jadi nanya ama gue. Gue juga gak tahu kelesss. Tapi kalo boleh berpendapat sih, menurut gue, ORANG KECIL itu sukanya NGOMONGIN ORANG LAIN, dan ORANG BESAR itu sukanya NGOMONGIN IDE.

Setuju gak elo pade? Setuju, lakukan. Gak setuju, mikirrr. Orang KECIL sukanya ngomongin orang lain. Ini tipe yang paling banyak di negeri ini. Katanya negeri ini “negeri gemah ripah loh jinawi” tapi sayang orangnya kecil-kecil ya. Orang kecil fokus perhatiannya malah pada orang lain, bukan dirinya sendiri. Capek dech. Kerjanya sibuk ngomentarin orang lain. Pikirannya sempit, picik. Terlalu mudah iri, dengki, dan dendam. Apalagi kepada orang yang lebih unggul dari dirinya.

Kita harus kasihan pada orang kecil, karena energi di tubuhnya selalu negatif. Di otak, mata, bahkan telinganya tidak ada yang positif. Karena semboyannya, “harus untung buat dirinya”. Kasihan banget gue ya, nulis kayak gini gak ada untungnya. Paling cuma dibaca, itu juga kalo orangnya doyan baca hahaha.

Maaf ya bro. Orang kecil habis waktunya buat hal-hal sepele, yang gak perlu plus isinya lagi-lagi ngomongin orang lain. Beratnya lagi, orang kecil itu paling jago nginget kejelekan orang, sampe lupa budi baik orang. Oh ya, orang kecil itu hidup di atas dalil, “tidak mungkin", "tidak dapat dikerjakan", "tidak ada gunanya mencoba" untuk urusan apapun. Serem banget ya …

Lain halnya orang BESAR. Orang besar fokusnya ngomongin IDE. Boleh juga disebut MIMPI. Kerjanya ngebahas ide-ide untuk mengembangkan diri. Cukup ambisius. Energik dalam mencari jalan untuk mewujudkan mimpinya. Orang besar pikirannya positif. Lebih optimis, lebih berbobot ngomongin masa depan.

Orang besar tumbuh bersama pikirannya yang besar, lalu segera bertindak. Kekalahan buat orang besar selalu jadi pelajaran. Dan ingin segera diubah menjadi kemenangan. Bagusnya, orang besar selalu berpikir benar tentang orang lain. Selalu optimis dalam menyikapi anugerah kesehatan, kecerdasan, usia, atau nasib. Makanya, orang besar selalu berani bertindak, di samping percaya diri. Istilah agamanya, ashaab an nufuus al kabiirah.

Terus, orang kecil atau orang besar punya masalah gak? Iya punyalah. Siapa sih di dunia ini yang gak punya masalah. Mana ada orang bahagia melulu. Atau orang yang susah melulu. Hidup kayak gitu hambar, monoton. Lagian, masalah atau apapun dalam hidup ini udah diatur Tuhan. Cuma buat orang kecil, masalah selalu dianggap sebagai beban.

Masalah kecil dianggap masalah besar, atau dibesar-besarkan. Akhirnya, ia terpuruk dan meratapi nasibnya. Mengeluh tiap hari, lalu mengutuk Tuhan dibilang tidak adil, tidak mendengar doanya.

Sedangkan orang besar, masalah dianggap ujian dan tantangan. Dianggap kecil dan selalu dilihat dari sudut pandang positif. Buat orang besar, masalah adalah hadiah dari Tuhan untuk diselesaikan sehingga menjadi manusia yang lebih matang, lebih sempurna (kaffah).

Duh, maaf ya. Ini tulisan jadi ngalor-ngidul gini. Cuma soal orang kecil, orang besar doang. Tapi bagus juga sih untuk direnungkan, biar kita tetap eling nan waspada. Toh, tinggal kita yang memilih. Mau jadi, orang kecil atau orang besar? Karena, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri.". Salam buat orang besar. Ciamikkk !! #BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!