Panduan Memahami Hidup Tanpa Kalimat Motivasi

Saya pernah dalam satu masa didapuk sebagai ahli merangkai kata bijak. Kalimat berirama senada dengan makna menyayat adalah keahlian saya. Kala itu. Tentu saja tak didapat langsung turun dari langit. Akun medsos berisi kalimat motivasi nan indah harus saya ikuti. Luar biasa. Saya seolah menjadi pertapa bijak yang telah lama meditasi di puncak tertinggi gunung dunia. Orang-orang akan berbondong meminta nasehat saya. Atau setidaknya meminta kalimat penyemangat.

Ternyata bermulut bijak tak menjamin hidup saya terarah. Masalah-masalah masih saja ada. Apalagi memasuki fase menuju kedewasaan. Asmara yang hancur, pertemanan yang semakin berkurang, susahnya cari uang, menghujam hidup saya. Sesekali kalimat bijak penuh semangat ampuh mengobati. Lambat laun saya merasa tak nyaman. Kalimat semesta mendukungmu, semua ini akan berlalu, harapan tak pernah pudar, akan datang ceria akhirnya saya respon "halah".

Bukan untuk mendorong kalian tak percaya kalimat positif, tetapi saya sudah masuk dalam fase ya sudah terima saja serta tak perlu pembelaan lagi. Bulu kuduk saya berdiri ketika membaca kalimat bernada inspirasi. Pemikiran utopis sudah tak bisa masuk ke dalam benak saya. Apa itu drama percintaan Korea sekali pandang jatuh cinta?! Tidak realistis. Apa itu hadiah keberhasilan dan ulang tahun?! Urus kebahagiaanmu sendiri!

Mungkin zaman sekarang akan mengenalnya toxic positivity. Namun yakinlah, sebelum istilah ini muncul saya sudah merasakan toxic-toxic tersebut. Bagi kalian yang masih merasa kalimat motivasi dan utopis perlu, tentu saja itu perlu. Bagi yang sudah menyingkirkannya, mari kita berpesta bersama di sini.

Akuilah, semakin dewasa kita tak hanya perlu kata-kata manis saja. Kita juga perlu aksi nyata. Kita tak perlu lagi gombalan menggunung ketika menjalin hubungan, kita tak perlu lagi stiker semangat di WA ketika kita gagal, kita perlu orang yang benar-benar mendukung kita dan pukpuk di kepala meski tak selalu hadir bersama.

Kalimat penerimaan seperti kamu memang tidak baik-baik saja atau sadar diri jangan banyak ekspektasi serasa lebih relevan. Atau setidaknya kalimat ngeluh nan misuh juga lebih bersahabat ketika diterpa masalah. Karena kita sudah tak perlu lagi membohongi diri sendiri, jika memang ini semua salahmu,  ya ini salahmu. Tutup dulu lagu Kunto Aji itu sementara. Sadarlah.

Menerima keadaanmu sekarang adalah bukti kedewasaan. Berani melihat kenyataan karena memang kehidupan berjalan tak selalu sesuai keinginan. Tak semua yang kamu harapkan akan tiba-tiba menjadi kenyataan. Bagi yang meminta semangat dari keterpurukan dengan kalimat bernada positif, silahkan. Bagi yang mulai mencari kalimat senasib, selamat kita berkawan. Kamu tidak sendirian. Saya juga mengalaminya. Gila memang dunia ini.

Setelah menyajikan fakta bahwa dunia tak selalu menghadirkan wajah ceria, saya merasa bertanggungjawab jika tak menuntun kalian yang tergoda untuk tak serius mendalaminya. Kali ini saya akan memberikan rekomendasi lagu tengah malam pengantar tidur. Yang biasanya akan membuat kalian merasa sepenanggungan. Overthinking tentang kehidupan dan mungkin sesekali nangis dikit.

Meskipun zaman sudah modern, falling in love with people we can’t have adalah tradisi. Lagu Rio Febrian Bukan Untukku sepertinya cocok. Juga bisa sambil meresapi video klip Ungu Cinta Dalam Hati ataupun Samsons Bukan Diriku. Atau yang mau bernuansa british, Someone Like You dari Adele. Selanjutnya silahkan cari sendiri pada kolom related videos di Youtube karena saya yakin algoritma Youtube sudah mengenali Anda sebagai orang falling from love and failed of course.

Jika Anda sedang sibuk menerima ketidakadilan dunia, saya rekomendasikan adalah Green Day 21 Guns, juga bisa Diary Depresiku dari Last Child, atau lagu yang sekarang ini sering saya dengarkan ketika tak bisa tidur, Avril Lavigne dengan I’m with You. Selebihnya silahkan Anda cari sendiri. Berjuanglah lagi. Hidup ini terlalu keras jika Anda mengandalkan rekomendasi saya saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu