Paradigma Penanggulangan Sampah

Sampah adalah suatu hal yang dibuang karena dianggap tidak ada fungsinya lagi. Belum menyelidik lebih dalam sebenarnya apa yang dikatakan orang tidak berguna menurut orang lain masih dapat digunakan atau masih bernilai. Begitulah persepsi orang mengenai hal-hal di dekat kita yang terbuang. Sebelum benda dibuang seharusnya bisa ditimbang timbang aspek-aspeknya sehingga tidak jadi dibuang. Begitulah sampah dan akan menjadi sampah ketika tidak ada pertimbangan. 

Advertisement

Belakangan ini kasus perihal sampah sangat intens dibahas. Baik dari kalangan organisasi lingkungan itu sendiri maupun organisasi yang fakus garapnya atau ketertarikannya dalam hal lain. Sekarang permasalahan lingkungan menjadi milik bersama seharusnya. Saling bersinergi satu sama lain dan saling menguatkan dalam bidang apapun semisal dalam pendanaan, administrasi, maupun pemahaman. 

Sampah yang ada di lingkungan kita memang bisa saja dari tempat lain atau kiriman, oleh itu perlu upaya bersama, bukan malah membuat unggul-unggulan program agar menjadi terbaik dan penghargaan.  Paradigma satu inilah menjadi hal penting di antaranya. Sebab paradigma sosial yaitu hubungan satu dengan yang lainnya, terkadang kabur karena satu diantara sebabnya adalah ingin menjadi terbaik dari semua yang mengurusi sampah. 

Advertisement

Paradigma lain adalah berkaitan dengan religiusitas. Religiusitas menjadi pondasi selanjutnya dalam mengatasi sampah. Sudah seharusnya manusia yang bertuhan, sadar atas pengaruh prilaku menyampahnya. Sudah banyak diantara ormas Islam misalnya yang mengeluarkan keputusan tentang pengeloaan sampah, tapi belum sepenuhnya terejawantahkan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan baik ditataran atas apalagi di desa-desa yang menjadi basis dukungan. Oleh itu pendekatan dan kekonsistensien atas nilai religiusitas ini perlu diejawantahkan dan dikontrol. 

Paradigma berikutnya yaitu berkaitan dengan nilai ekologi. Nilai ini berkaitan dengan keberlangsungan alam atau lingkungan hidup. Tidak hanya berbicara tentang manusia, tapi makhuk hidup yang lain, baik tumbuhan, hewan, fungi, dan lain sebagainya. Nilai ini menjadi penting karena paradigma dalam mengatasi sampah yang berkembang sekarang yaitu berkutat pada sirkular ekonomi. Bagaimana mendapatkan keuntungan dalam mengelola sampah. Dengan slogan atau jargon yang populer adalah sampah menjadi berkah, sampah menjadi rupiah. Padahal ada nilai ekologi yang ketika ada kesadaran kolektif, maka lingkungan akan aman nyaman sehingga bekerja pun akan lancar. Tanah dan air menjadi produktif. Lapangan kerja bidang jasa dan lingkungan juga terbuka. Tetapi karena pandangannya yang dikejar bagaimana ada siklus ekonomi, fungsi ekologi menjadi terabaikan. Tabik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang hamba Allah yang fakir ilmu dan terus berjuang untuk mendapatkan kebermanfaatan hidup

CLOSE