Peluang Munculnya Hambatan Kuliah Daring jika Dilihat dari Elemen Komunikasi

Transfer ilmu dari dosen ke mahasiswa dirasa kurang efektif jikalau kuliah dilaksanakan secara daring. Hambatan yang muncul selama proses komunikasi menjadi permasalahan utamanya.

Advertisement

Proses komunikasi yang terjadi di dalam perkuliahan terkadang mengalami penundaan lantaran menggunakan media perantara. Hal ini berbeda apabila interaksi perkuliahan dilaksanakan offline di ruang kelas, dimana antara komunikator dan komunikan dapat menjalin interaksi secara secara tatap muka.

Komunikasi sendiri menurut Harold Lasswel yaitu Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect atau siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya. Namun proses komunikasi pastinya menemui gangguan atau noise, hal ini tak terlepaskan pada kuliah daring.

Adanya perantara dalam komunikasi di kuliah daring rawan adanya noise. Akibatnya pengiriman pesan berupa ilmu ke mahasiswa mengalami hambatan. Fenomena ini dapat diamati selama perkuliahan berlangsung yang mayoritas mahasiswanya lebih memilih diam tanpa merespon dosen, entah itu dari gangguan teknis maupun individunya.

Advertisement

Mari kita lihat peluang terjadinya hambatan kuliah daring pada tiap elemen komunikasi. Yang pertama mungkin bisa dilihat dari segi komunikatornya yaitu dosen. Penggunaan media perantara seperti zoom meeting, google meet dan sebagainya pastinya menjadi baru bagi para pengajar. Hal ini pun pastinya memerlukan waktu untuk penyesuaian terhadap kebiasaan baru ini.

Selain itu, keterbatasan ruang juga menjadi faktor penghalang terjadinya diskusi antara dosen dan mahasiswa. Diskusi yang dilakukan melalui aplikasi meeting tak seleluasa jika bertemu secara langsung. Dimana dosen yang seharusnya dapat memandu secara langsung dan mengetahui respon mahasiswanya tak dapat terlaksana seutuhnya dalam diskusi online. Tak jarang penyampaian pesan berupa materi pembelajaran secara monoton hanya dengan memaparkan presentasi yang disambung dengan pemberian tugas.

Advertisement

Menyambung perihal penyampaian pesan, selanjutnya mari melihat gangguan pada elemen pesan komunikasi saat kuliah daring. Pengiriman pesan yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi mahasiswa, apalagi yang hanya bermodalkan materi berupa powerpoint tanpa ada penjelasan di dalamnya. Selain itu aktivitas kuliah daring menyebabkan berkurangnya akses untuk mencari data pendukung materi yang telah disampaikan oleh dosen.

Setelah membahas dari segi komunikator dan pesan, tak afdol jika tidak menyinggung juga dari segi komunikannya yaitu mahasiswa. Perpindahan aktivitas perkuliahan tak hanya terasa bagi dosen, mahasiswa juga dituntut untuk penyesuaian, dimana harus ekstra dalam mencoba menyerap ilmu yang ditanamkan oleh dosen. Tak jarang rasa bosan menghampiri mahasiswa yang hanya dijejali materi dan tugas secara daring tanpa sempat bersosialisasi langsung.

Selain itu, kurangnya pengawasan langsung dari dosen berdampak pada turunnya kedisiplinan mahasiswa, dimana mengikuti kuliah sambil menjalankan kegiatan lain seperti tiduran, bermain media sosial dan lainnya. Bahkan tak jarang jika kuliah tak wajib menyalakan fitur on camera maka hanya sekedar hadir dan ditinggal pergi tanpa di simak.

Setelah membahas dari ketiga elemen komunikasi di atas, telah sampailah pada elemen terakhir dan bintang utama dalam kuliah daring yaitu saluran komunikasi. Dirasa saluran memiliki peluang kendala paling besar dalam metode pembelajaran ini. Hal ini dikarenakan civitas akademika tergantung terhadap media, perangkat atau device, dan jaringan internet dalam proses menimba ilmu yang rawan terjadinya permasalahan. Pasalnya latar belakang serta letak geografis sangat berpengaruh, setiap mahasiswa memiliki kemampuan berbeda dan tidak semuanya memiliki device yang mumpuni digunakan dalam proses pembelajaran online.

Selain itu, persebaran sinyal internet yang belum merata menjadi permasalahan serius. Pasalnya terdapat daerah yang belum terfasilitasi jaringan internet sama sekali. Menurut buletin APJII (asosiasi penyelenggara jasa internet Indonesia) Januari 2021 menyebutkan bahwa 196 juta penduduk atau 73,7 persen populasi masyarakat telah terjangkau internet, namun ada sekitar 70 juta penduduk yang belum tersentuh internet.

Bahkan daerah yang telah tersentuh jaringan internet pun masih dapat terkendala perihal sinyal. Hal ini lantaran setiap lokasi memiliki kekuatan sinyal yang berbeda sedangkan pembelajaran menggunakan aplikasi teleconference membutuhkan sinyal kuat. Tidak meratanya infrastruktur yang berkaitan dengan jaringan seluler juga berpengaruh pada kestabilan sinyal, tak hanya itu saja, hal ini diperparah dengan jaringan seluler yang menggunakan spektrum radio sebagai pengantar rentan terhadap gangguan. Dalam riset yang dikeluarkan Speedtest pada Speedtest Global Index bulan Desember 2021, kecepatan internet kategori mobile Indonesia berada di posisi 115 dari 138 negara dengan kecepatan rata-rata download 22,41 Mbps dan upload 11,82 Mbps.

Setelah dilihat dari elemen komunikasi saat kuliah online, besar kemungkinan penyampaian pesan berupa ilmu pengetahuan dapat terhambat dan tidak maksimal. Namun hal ini lebih baik daripada proses pembelajaran harus berhenti total. Civitas akademika di seluruh Indonesia pantas mendapat apresiasi lantaran tetap berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan di tengah pandemi dan keterbatasan untuk memajukan bangsa, selamat hari pendidikan nasional.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta Konsentrasi Media dan Jurnalisme

CLOSE