Peluk Hangat Untukmu Pejuang Skripsi. Bukan Sempurna, tapi Semampumu Saja~

Pertama-tama, yang ingin kutuliskan ialah ungkapan selamat.

Advertisement

Bahwa untuk berada di titik ini ialah hasil dari langkah-langkah kecil yang kau usahakan sejak menjadi mahasiswa baru beberapa tahun yang lalu. Masih ingatkah masa-masa itu? Mari menilik ke belakang barang sejenak saja, mencoba mengingat bagaimana perasaanmu sewaktu kali pertama mengikuti kelas perkuliahan atau bagaimana kamu berusaha beradaptasi dengan kultur perkualiahan yang terasa berbeda dengan saat kamu duduk di bangku SMA. Bukankah itu masa-masa yang tak bisa kau lupakan? Kalau begitu mari kita buat momenmu hari ini menjadi kenangan indah yang akan membuatmu terharu kelak beberapa tahun kemudian.

Seperti pelukan, lewat tulisan ini aku ingin menyalurkan energi hangat untukmu. Barangkali mungkin tidak terlalu sampainya, tapi kuharap mampu meredakan sedikit saja dari segudang kemelut yang tengah kau rasakan.

Cobalah bernapas dengan lega. Hirup udara dalam-dalam lalu hembuskan secara perlahan, lakukan hingga kamu merasa ringan. Udara yang sedang kau hirup itu mengandung berbagai hal, entah itu menyehatkan dengan kadar oksigen yang bagus atau mungkin polusi yang bisa merugikanmu. Namun, mengapa tetap kau hirup? Karena kamu membutuhkannya. Begitupula perihal skripsi, akan ada hal yang membuatmu bahagia maupun sedih, tapi kamu harus tetap mengerjakannya karena kamu membutuhkannya untuk memenuhi persyaratan kelulusan.

Advertisement

Aku mengerti, barangkali skripsi bagimu adalah sekumpulan patah hati. Penentuan tema dan objek penelitian sebagai langkah awal saja tak sesederhana seperti yang dikira. Lalu, kamu berada ditahap seminar proposal yang menandai perjuanganmu dengan skripsi dimulai. Kamu tak hanya harus melakukan penelitian, mengumpulkan data, lalu menyajikannya dalam bentuk karya tulis. Tak kalah pentingnya kamu juga harus mampu menjalin komunikasi baik dengan dosen pembimbing yang lewat karakternya bisa menentukan apakah jalanmu akan dibuat lancar atau malah sebaliknya.

Skripsi tak hanya menguras tenaga, namun juga perasaanmu. Kamu lelah harus mencari data ke sana dan ke mari, kamu khawatir dengan hasil praktik penelitian yang tidak sesuai harapan, kamu gundah bagaimana cara menyajikannya atau saat kamu tak kuasa untuk menangis saat hasil tulisanmu dicoret sana-sini. Kamu disuruh revisi ini-itu, kamu harus mencari data lain lagi atau saat kamu harus memperbaharui kalimat-kalimat yang berpotensi mengandung unsur jiplakan dari karya orang lain. Semua itu melelahkan, sungguh membuatmu ingin angkat tangan.

Advertisement

Hingga kamu di tahap dimana kamu berpikir untuk mengakhirinya di tengah jalan saja. Tertarik untuk menggunakan jasa joki, tapi kamu sendiri tahu bahwa hal tersebut ialah pecundang yang lebih pengecut ketimbang kamu mengerjakannya asal-asalan lalu kamu terkena semprot saat bimbingan. Kamu ingin lari, meninggalkan setumpuk lembar-lembar draft yang akhir-akhir ini membuatmu ingin membakarnya saja. Namun, jika benar-benar kau lakukan itu, akankah kau takkan menyesalinya?

Barangkali tidak hari ini atau satu-dua hari kedepan. Namun, bisa jadi lima tahun lagi, kamu akan mempertanyakan pada diri sendiri, kenapa aku sepengecut itu? Tidak salah lagi, benar bahwa kamu sudah menjadi pengecut.

Skripsi memang berat dan kamu lelah untuk melanjutkannya. Namun, skripsi bukan hanya sebatas kamu mengerjakan sebuah penelitian atau kamu harus baik-baik dengan pembimbingmu. Skripsi adalah bagian dari fase hidupmu, dan itulah tanggung jawab yang harus kau terima saat kamu menjadi mahasiswa. Skripsi melelahkan dan kamu dibuat stres karenanya, tapi kamu harus tetap memgerjakannya.

Langkahmu untuk menyelesaikannya memang berat, tapi aku percaya saat kamu yakin kamu bisa maka kamu akan mampu melewatinya. Tak perlu tergesa-gesa, skripsi bukan tentang siapa yang cepat selesai atau tidak meski terdapat batasan waktu penyelesaiannya. Skripsi bukan pula siapa yang langkahnya paling mulus dan lancar, melainkan tentang kamu yang bersaha tetap berjalan bagaimanapun kondisinya.


Skripsi bukanlah tentang kesempurnaan. Seperti hidup, ia adalah serangkaian senang dan sedihmu. Dan kabar baiknya adalah, ia hanya butuh diakhiri dengan usaha semampu yang kamu bisa.


Yang terakhir, cobalah bernapas lega sekali lagi. Sambil menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Pelan-pelan saja ya, maka kamu akan bisa menyelesaikannya. Peluk hangat dariku~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Abadi meski berlalu.