Pendidikan Atau Sepak Bola?

Curhatan anak remaja

    Perkenalkan, saya Zidan anak desa yang memiliki tekad yang tinggi. Sepak bola merupakan hobi saya sampai sekarang. Berawal dari hobi yang menjadi bakat. Kata sepak bola bukan sekedar hal biasa tetapi bagi saya merupakan suatu anugerah yang indah. Sepak bola sudah menjadi bagian dari hidup dan perjuanganku. Sebuah bola sudah menjadi layaknya teman yang selalu menemani hari-hari saya. 

    Pendidikan merupakan kata-kata yang selalu terucap dalam mulut orang tuaku. Hal yang selalu di prioritaskan buat saya dan sudah seperti keharusan. Menurut orang tua saya, Pendidikan itu yang utama dan lebih penting dari segala hal. Bahkan mimpi saya terhalang ketika berurusan dengan pendidikan.

    Saya mulai bermain sepak bola sejak umur 7 tahun atau kelas 1 SD. Pada waktu itu saya sudah ikut Sekolah Sepak Bola (SSB) di kampung. Bakat saya sudah kelihatan semenjak masuk SSB. Banyak prestasi yang sudah saya raih bersama tim selama masuk SSB. Waktu itu orang tua belum terlalu mengekang aku dalam urusan pendidikan. Tetapi, pada kelas 4 SD orang tua sudah mulai membatasi saya dalam sepak bola. Ketika bermain sepak bola setelah itu nilainya turun langsung kena marah dan hukuman. Hukumannya ialah berhenti sepak bola sampai nilainya naik lagi. Sejak saat itu saya mulai terkekang atas semua peraturan yang dibuat orang tua. 

    Ibu yang selalu menekanku di pelajaran kalau bapak lebih ke mengerti apa mauku. Menurut bapak, kembangkan prestasi yang ada asalkan tetap bersekolah. Menurut ibu, pendidikan nomer satu dan sepak bola hanya sebuah hobi bukan cita-cita. Saya hanya bisa mematuhi apa yang dikatakan oleh ibu walaupun hati tidak terlalu puas. Saya menjalani sekolah dan membatasi sepak bola setiap harinya. Walaupun saya berprestasi di sepak bola namun tidak merubah pandangan ibu mengenai pendidikan. 

    Suatu saat ada turnamen Liga Pendidikan Indonesia (LPI). Nah, saya terpilih masuk tim SMP Negeri 1 Wiradesa buat mengikuti turnamen tersebut. Saat mendekati turnamen jam latian diambil pada waktu pembelajaran dan saya berbohong kepada ibu. Saya memasukan sepatu secara diam diam dan tidak bilang kalau ada acara saat pembelajaran. Saya sudah paham dengan ibu pasti tidak boleh kalau jamnya sama dengan pembelajaran. Maka dari itu saya berbohong dan ini demi kebaikan tim SMP. Setelah perjuangan panjang akhirnya tim saya meraih juara 3 Liga Pendidikan Indonesia. Dan saya bilang ke ibu dengan rasa bangga meskipun ibu hanya berkomentar dengan ucapan selamat saja. Semoga saja dari hasil yang saya raih bisa membuka pintu hati ibu buat karir sepak bola saya.

    Setelah itu, saya bisa merasa nyaman lagi dalam bemain sepak bola. Karir saya berlanjut pada tim Kabupaten Pekalongan U-15 buat turnamen Piala Soeratin 2019. Saya masuk skuat inti Kabupaten Pekalongan dan saya merasa sangat senang. Tidak ada kendala selama latian sebab jam latian dialihkan setelah pulang sekolah. Saat itu saya tidak lagi berbohong kepada ibu mengenai jadwal latian. Namun takdir berkata lain, jadwal pertandingan ternyata sama persis ketika Ulangan Akhir Semester. Tidak ada toleransi bagi ibu mengenai pendidikan dan saya harus ikut ulangan itu tanpa harus ikut susulan. Saat itu dengan terpaksa saya mengundurkan diri dari tim dan memohon maaf kepada seluruh staf kepelatihan. Bujukan dari tim pelatih kepada ibu tidak bisa merubah keputusan ibu. Akhirnya perjuanganku selama latian sia-sia dan tidak ada hasil apa-apa.

    Semenjak saat itu, mentalku down dan sedih. Hari-hari yang saya jalani terasa biasa saja tanpa ada rasa. Hidupku terlalu dikekang oleh orang tua yang hanya menginginkan egonya tanpa memikirkan kemauan anaknya. Saya berusaha bangkit sedikit demi sedikit dan tetap yakin pada sepak bola. 

    Saya tetap berlatih sepak bola di SSB dan terus bekerja keras buat membuktikan kepada ibu. Saat itu ada seleksi tim Kabupaten Pekalongan untuk turnamen Piala Soeratin U-17. Saya ikut seleksi dengan penuh semangat. Akhirnya saya terpilih dalam seleksi tersebut untuk mewakili Kabupaten Pekalongan lagi. Saya sudah bisa mengatur jadwal latihan dan pelajaran dengan baik sehingga ibu tidak terlalu mengekang kepadaku. Setiap hari berlatih buat pematangan fisik dan strategi agar bisa mencapai target lolos ke Semarang. 

    Saya bersyukur karena jadwal pertandingan dilaksanakan setelah ujian sekolah. Akhirnya saya bisa mengikuti pertandingan tersebut dengan lancar. Dua kali pertandingan Tim Persekap Kabupaten Pekalongan menyapu bersih kemenangan dan lolos ke Semarang. Saya pulang meluk ibu sambil berkata saya lolos bu. Ibu hanya mendoakanku selalu agar diberi keselamatan saat di Semarang nantinya. Momen itu hal yang sulit saya lupakan dan kerja keras saya mampu menghantarkan Persekap ke Semarang.

    Pada saat di Semarang, hasil kurang memuaskan dialami tim saya. Hanya bermain imbang dan seri membuat tim Persekap tidak lolos ke zona nasional. Walaupun gagal lolos tetapi saya bersyukur atas apa yang Allah beri. Mungkin saja belum rezekinya dan kurangnya kerja keras lagi. Saya pulang ke rumah dengan wajah lesu dan langsung cerita tentang kegagalan saya di turnamen tersebut kepada ibu. Ibu cuman memberikan motivasi kepada saya agar lebih semangat lagi. Namun, ibu belum sepenuhnya membuka hatinya untuk sepak bola.

    Perjalanan sepak bola saya berlanjut di Tim PORPROV dan saya sudah terpanggil untuk masuk dalam tim tersebut. Namun, kesempatan itu tidak mendapat izin dari ibu dan saya gagal ikut tim. Ibu memprioritaskan supaya aku fokus berkuliah tanpa adanya gangguan walaupun ibu tetap mengizinkan saya untuk tetap memiliki hobi sepak bola. Sepak bola hanya sekedar hobi bukan profesi. Saya hanya bisa memenuhi permintaan ibu agar ibu senang. 

    Mungkin segitu saja perjalanan sepak bola dan pendidikan saya selama ini. Saya bakal tetap berjuang dan berusaha membahagiakan kedua orang tua. Restu orang tua lebih baik daripada membantah. Walaupun belum terlalu puas namun tetap bersyukur atas apa yang Allah beri kepada saya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini