Bahasa merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia, bahasa adalah alat utama dalam berkomunikasi, adapun fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa juga merupakan salah satu manifestasi kebudayaan, kedudukan bahasa dijadikan unsur pokok dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa bukanlah sesuatu yang berbentuk lisan saja, namun juga berbentuk tulisan dan ekspresi. Seiring berkembangnya peradaban manusia, bahasa juga kian mengalami variasi dan perkembangan, seperti fenomena yang terjadi sekarang ini, yaitu penggunaan bahasa campuran.
Dalam era globalisasi, penggunaan bahasa campuran (Bahasa Indonesia dan Inggris) sudah merupakan hal yang lumrah, karena di era ini juga, bahasa Inggris merupakan bahasa yang harus dikuasai oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Di instansi pendidikan, selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah, bahasa Inggris juga acapkali dijadikan mata pelajaran. Hal ini membuktikan bahwa sedikit demi sedikit, masyarakat Indonesia dihimbau untuk mengetahui, setidaknya, dasar-dasar bahasa Inggris. Karena hal ini, anak-anak di usia dini pun kini sudah dilatih untuk berbicara bahasa Inggris, msialnya semenjak usia Paud atau TK (Taman Kanak-Kanak), anak-anak sudah mulai dibiasakan untuk belajar, bahkan berbicara dalam bahasa Inggris. Tak sedikit di antara Paud atau TK di Kota-Kota besar yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi kedua dalam pembelajaran. Contohnya saja, anak-anak para selebriti, dapat dilihat bahwa mereka sudah cukup lancar berbahasa Inggris, karena selain di sekolah, di rumah juga mereka dibiasakan untuk berkomunikasi dengan bahasa Inggris oleh orangtuanya.
Lantas, apakah menerapkan bahasa Inggris sejak dini dapat berpengaruh kepada nasionalisme anak-anak? Seperti yang diketahui, pembelajaran bahasa Inggris bagi mayoritas anak-anak di Indonesia merupakan pembelajaran bahasa kedua atau bahkan ketiga—apabila si anak diajarkan bahasa daerah terlebih dahulu, dan bahasa pertamanya tentu saja bahasa Indonesia. Karena hal ini, si anak akan tumbuh dari beberapa bahasa, bahasa Indonesia sebagai bahasa utama,  bahasa daerah sebagai bahasa kedua, dan bahasa Inggris sebagai bahasa ketika, atau dikenal dengan istilah bilingual.
Tak perlu ada yang dikhawatirkan dalam penerapan bahasa Inggris sejak dini, karena di instansi pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Perguruan Tinggi pun, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) juga selalu ada, bahkan menjadi mata pelajaran wajib. Nilai yang perlu dibangun dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak adalah nilai Pancasila. Sebab dalam nilai Pancasila ini, terkandung karakter Bangsa Indonesia, sehingga dapat memupuk karakter anak-anak yang berjiwa nasionalis. Dengan tetap diterapkannya pengajaran ini, tentu anak-anak tidak akan melupakan eksistensi bahasa Indonesia, karena bagaimana pun, bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama mereka. Inilah sebabnya, para guru dan orangtua juga harus selalu mampu mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak, semenjak berada di usia dini.
Lalu, hasil riset pun menunjukkan bahwa, anak yang bilingual acapkali membawa impact yang baik dan positif terhadap perkembangan pendidikan untuk si anak itu sendiri. Karena, penggunaan bahasa Inggris sejak dini pun diharapkan mampu menjadikan anak-anak sebagai penerus bangsa yang berkualitas, dan mampu bersaing secara internasional. Dengan tetap menerapkan nilai-nilai Pancasila, maka sang anak akan menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dengan sendirinya. Sehingga penerapan bahasa Inggris sejak dini, sama sekali tidak mengurangi rasa nasionalis anak-anak.
Nisa Meisa Zarawaki, mahasiswi semester jurusan sastra inggris di UIN Bandung.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”