Sleep Deprivation, Kondisi yang Terjadi Akibat Penggunaan Media Sosial

Apakah kalian pernah mendengar sleep deprivation?

Sewaktu kecil kita mungkin akan dimarahi oleh orangtua jika kita belum tidur di malam hari. Semakin bertambahnya umur, waktu tidur yang kita butuhkan perlahan berkurang. Orang dewasa membutuhkan setidaknya 6 jam untuk tidur. Meskipun begitu, beberapa orang tidur kurang dari waktu biologis yang cukup untuk manusia tidur. Hal ini biasa disebut sleep deprivation.

Advertisement

Sleep deprivation adalah kondisi dimana durasi tidur kita kurang dari yang seharusnya dibutuhkan. Dalam konteks ini, seseorang yang mengalami sleep deprivation tidur selama kurang dari 6 jam per hari. Kita banyak menemukan fenomena di masyarakat sekarang dimana banyak di antara mereka yang tidur hanya dalam beberapa jam saja. Di dunia serba digital seperti sekarang dimana hampir semua orang memiliki sosial media, kita dapat membuat postingan pada jam berapa saja. Tidak ada aturan yang melarang kita untuk aktif di media sosial pada jam tertentu saja alias semua orang dapat mengakses media sosial kapanpun dan dimanapun.

Karena tidak adanya larangan mengenai waktu membagikan pesan atau membuat postingan di media sosial, banyak dari netizen (orang yang menggunakan internet di sosial media) yang aktif melakukan kegiatan di media sosial pada malam hari bahkan larut hingga pagi. Beberapa istilah kekinian atau frasa bermunculan di dunia maya seperti “sleep is for the weak” (tidur adalah untuk mereka yang lemah) yang memiliki makna tafsiran bahwa jika kita tidur cepat berarti kita termasuk orang-orang yang lemah atau dianggap seperti bayi karena tidur yang cepat. Hal ini tentu bertentangan dengan kondisi biologis manusia dimana kita membutuhkan waktu tidur yang cukup untuk dapat beraktivitas.

Banyak penelitian-penelitian telah dilakukan yang membuktikan bahwa penggunaan sosial media yang berlebih mempengaruhi durasi jam tidur seseorang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Putri mahasiswi UIN Surabaya menunjukan bahwa ketika seseorang bermain sosial media, orang tersebut akan lebih mudah untuk cemas karena berbagai macam hal yang ia temui di dunia maya. Kecemasan-kecemasan ini kemudian membuat seseorang mengalami kesulitan tidur.

Advertisement

Penelitian lainnya juga mengemukakan bahwa beberapa orang yang kecanduan smartphone dimana dirinya menghabiskan waktunya di layar pintar mereka menyatakan bahwa dirinya tidak bisa hidup tanpa media sosial. Akibat adanya gangguan mental yang dialami, mereka menghabiskan waktunya di layar smartphone yang menyebabkan waktu tidurnya berkurang sehingga mereka mengalami sleep deprivation.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Manarisip mengatakan bahwa smartphone yang kita pakai sehari-hari memancarkan radiasi secara langsung ke mata kita. Ketika kita berselancar di dunia maya, secara tidak kita sadari smartphone kita memancarkan radiasi yang dapat menganggu pola tidur kita yang berujung pada sleep deprivation. Hampir serupa dengan penelitian sebelumnya, ketika kita menggunakan media sosial, banyak di antara kita yang menggunakan brightness atau pencahayaan yang sama ketika di pagi atau siang hari. Cahaya biru yang ada di ponsel kita juga akan menganggu pola tidur kita karena otak kita akan menganggap cahaya tersebut adalah cahaya matahari dimana kita dituntut untuk tetap terjaga dan belum memasuki waktu tidur. Semakin lama kita bermain media sosial tentu saja cahaya yang dipancarkan akan membuat kita tidur lebih lama dan mengakibatkan kekurangan tidur.

Advertisement

Sleep deprivation yang disebabkan oleh penggunaan media sosial yang berlebih tentu memiliki dampak negatif dalam hidup manusia. Sebuah penelitian membuktikan bahwa orang yang bermain media sosial tidurnya lebih buruk dari mereka yang tidak begitu sering menggunakan media sosial. Sebuah penelitian mengenai efek sleep deprivation terhadap kognitif seseorang mengatakan bahwa seseorang yang kekurangan tidur maka akan mengalami penurunan atensi dan keawasan psikomotor.

Sleep deprivation juga mengubah cara pemrosesan afektif seseorang yang menyebabkan adanya bias emosi yang negatif dalam mood yang menyebabkan seseorang memiliki mood yang kurang baik. Tidak hanya itu, kekurangan tidur jujga mengaganggu persepsi, memori, dan dapat memicu seseorang untuk mudah frustasi dibandingkan ketika ia mendapatkan tidur yang cukup. Semakin lama seseorang bermain media sosial khususnya sebelum tidur, semakin banyak waktu tidur yang terpotong bagi individu dan menyebabkan dirinya mengalami dampak yang lebih buruk.

 Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan sebelumnya, maka kita dapat menarik benang merah untuk membuat kesimpulan dalam topik ini bahwasanya sleep deprivation adalah kondisi dimana seseorang mengalami kondisi dimana durasi tidur kita kurang dari yang seharusnya dibutuhkan yaitu kurang dari 6 jam perhari. Di jaman digital yang ramai dengan media sosial, hampir setiap orang bermain media sosial setiap harinya. Meskipun dari media sosial kita bisa mendapatkan informasi yang berguna, tetapi kenyataannya media sosial malah membuat orang-orang mengalami kekurangan waktu tidur. Apabila kita kekurangan tidur, kesehatan individu jaman sekarang akan sangat rentan terganggu.

Oleh : Tasya Mutiara Jenisa Putri

Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang

DAFTAR PUSTAKA

1. Haryono, A., Rindiarti, A., Arianti, A., Pawitri, A., Ushuluddin, A., Setiawati, A., Reza, A., Wawolumaja, C. W., & Sekartini, R. (2016). Prevalensi Gangguan Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri, 11(3), 149.

2. Killgore, W. D. S. (2010). Effects of sleep deprivation on cognition. In Progress in Brain Research (Vol. 185, Issue C). Elsevier B.V.

3. Putri, A. Y. (2018). Hubungan antara kecanduan smartphone dengan kualitas tidur pada remaja (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE