Untukmu, Inilah Penutup Sebuah Kisah Kita Dariku

Dear, You.

Hidup, mengenal, berpisah, menghilang, bertemu, enggan mengenal kembali, selamanya hilang.

Advertisement

Kita manusia, selalu melakukan hal serupa. Nampak menyambut perpisahan dengan senyuman, namun rapuh.

Penutup sebuah kisah–bagian dari cerita usang yang tak pernah diketahui oleh tuan pemiliknya.

***

Advertisement

Kau meletakkan setumpuk buku psikologi, berharap penatmu hilang. Lalu kau ambil gitar kesayanganmu, sambil melantunkan alunan lagu yang terngiang dibenakmu, namun tak pernah kau ketahui judulnya.

Malam itu sangat dingin. Kau hampir beku. 

Advertisement

Terlintas beberapa kenangan bahagiamu, berharap mereka kembali suatu saat.

Berharap hidupmu kembali seperti sediakala, namun mustahil. Jadi kau mulai menata kehidupan, dan menjalankannya tanpa berharap akan bertemu lagi dengannya.

Sementara itu,

Dia mulai bahagia dengan kehidupan barunya. Dikelilingi teman-teman yang menyayanginya, dan seorang kekasih yang sangat mencintainya.

Dia selalu memamerkan senyumnya yang indah. Terlihat bahagia, sangat bahagia. Seperti mengetahui bahwa kebahagiaannya takkan habis.

Malam itu, dia juga meletakkan setumpuk buku komunikasi. Berharap penatnya hilang. Kemudian membuka beberapa keping ingatan, dan sadar pernah sebahagia itu sebelumnya. 

Saat memikirkan sebuah bahagia, senyuman seorang pria terlintas dalam benaknya. Namun, bukan senyum dari kekasih yang sangat mencintainya itu.

Pun bukan senyuman dari teman-teman, yang sangat menyayanginya.

Namun dari seorang pria, yang mahir dalam memetik senar. Pecinta hening dalam keramaian, yang selalu menyempatkan matanya untuk tertutup; dari peningnya keramaian.

Seorang pria yang terlihat malu-malu, namun berambisi.

Dia mulai tersenyum, sejenak bersyukur bertemu dengan pria itu. Terkadang jika ingatan itu kembali lagi, dia akan menepisnya. Mengalihkan pikiran, karena akan merasa sangat bersalah pada kekasihnya. Karena hatinya masih bergetar, ketika mengulang memori tentangnya; dan air matanya masih bergelinang, saat mengingat sebuah perpisahan.

Kemudian pikiran tentang pria itu kabur, setelahnya ia menerima pesan dari tercintanya.

Dia mengusap air matanya, lalu membalas pesan itu. Senyumnya kembali terukir di wajahnya, entah menyatakan bahagia atau sadar kisahnya sudah usai.

Perpisahan yang mencekiknya pun sudah usai.

 

Kini bahagianya bukan lagi tentangmu. 

 

Ia sudah siap mengibarkan bendera kuning, atas matinya sebuah rasa. Dan siap mengakhiri sebuah cerita dengan titik.

Oh ya, sebelum benar-benar mengakhirinya, izinkan dia mengucap selamat ulang tahun untuk dirimu yang semakin dewasa.

Selamat ulang tahun, jaga dirimu baik-baik.

Dia harap tak lagi bertemu denganmu, agar kau bisa merasakan kembali bahagiamu.

 

Selamat tinggal.



Ditulis,

12 Februari 2020.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Student of Marketing Communication at Bina Nusantara University📚

CLOSE