Kini di Indonesia kelompok yang rentan terjangkit HIV/AIDS yaitu ibu rumah tangga dan anak-anak di bawah usia 15 tahun. Mereka yang terjangkit mengalami diskriminasi dan seringkali sulit mendapatkan perawatan medis yang layak untuk diri mereka sendiri.
ADVERTISEMENTS
Hidup dalam bayang-bayang stigma
HIV/AIDS yang dari awal munculnya tahun 1980-an sebagai permasalahan medis serta juga dianggap penyakit stigma. Penyakit ini karena berkaitan dengan permasalahan moral. Sehingga orang yang terkena HIV/AIDS akan mengalami stigma negatif dan perasaan malu di lingkungan sekitar.
Meskipun HIV/AIDS awalnya ditemukan pada kelompok berisiko tinggi seperti homoseksual, pekerja seks, dan pengguna narkotika, kini ibu rumah tangga dan anak-anak juga dapat tertular HIV. Mereka mendapat stigma yang lebih buruk.
ADVERTISEMENTS
Bertahan hidup dengan stigma
Bentuk-bentuk dari stigma yang dialami perempuan yaitu pertama, memberikan stigma pada diri sendiri dengan cara menyalahkan diri sendiri. Kedua, stigma yang terkait dengan ketakutan perempuan jika mereka membuka status positif HIV/AIDS mereka terhadap lingkungan sekitar. Ketiga, stigma diskriminasi oleh keluarga, teman, lingkungan sekitar maupun dari negara terkait akses pelayanan kesehatan bagi mereka yang positif HIV/AIDS.
Jika dibandingkan dengan laki-laki, perempuan kerap kali tidak mempunyai kendali yang luas atas hak kesehatan reproduksi dan seksual. Misalnya kurangnya dukungan sosial dan kemampuan untuk menuntut kehidupan seks yang lebih aman ataupun menolak berhubungan seks yang tidak perempuan inginkan. Risiko penularan HIV/AIDS akan semakin tinggi jika terjadi kekerasan seksual berbasis gender.
Kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan harus ditingkatkan. Faktor tersebut dapat menjadi penentu untuk mengurangi perempuan rentan terkena HIV. Program yang terkait dengan peningkatan hak dan akses perempuan terhadap layanan kesehatan reproduksi harus diprioritaskan.
Pencegahan terhadap laki-laki atas perilaku yang berisiko terutama kegiatan seksual yang tidak aman dengan lebih dari satu pasangan. Laki-laki bisa terlibat dalam ruang negosiasi sehingga perempuan dapat melindungi diri dari hubungan seksual yang tidak aman. Kebijakan berbasis gender yang dapat meningkatkan kondisi hidup perempuan dengan peningkatan dalam sumber daya ekonomi, sosial dan politik.
Konsisten melakukan sosialisasi terkait HIV/AIDS agar dapat mengurangi stigma bagi mereka yang positif dengan penyakit ini. Isu moralitas terkait penyakit ini harus dihentikan yang nantinya sangat membantu dalan penerimaan masyarakat terhadap mereka yang hidup dengan HIV.
Laki-laki harus mencegah diri mereka dari perilaku seksual yang tidak aman dengan lebih dari satu pasangan
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”