Ratusan Pelajar Ajukan Dispensasi Nikah Karena Pergaulan Bebas Sebelum Menikah, Pacaran jadi Hamil

Peran orangtua bukan sekadar mencari nafkah, tapi mendidik anak.

Ketika saya membaca judul berita tentang ratusan pelajar yang mengajukan dispensasi nikah. Mereka masih di bawah umur, beberapa sumber mengatakan ada yang sudah hamil. Saya menjadi bergidik. Sebegitu besarnya dampak perkembangan zaman, dari apa yang ditonton jadi tuntunan. Anak kehilangan jati dirinya, mereka dewasa sebelum waktunya. Dengan berani melakukan hubungan selayaknya pasutri di saat masih mengenyam bangku belajar. 

Advertisement

Pergaulan bebas sebelum menikah, seperti jamur yang muncul ketika musim hujan. Sementara yang menanggung beban mental tidak hanya anak, orangtua, keluarga, dan mungkin anak yang dilahirkannya jika sampai berujung hamil.

Identitas generasi muda penerus bangsa kini mulai digantikan dengan sebutan-sebutan generasi tiktok, generasi strawberry, generasi gen Z yang terjerumus pada pergaulan yang salah. Lagi-lagi orangtua yang memiliki peran penting di sini, menjadi pusat pengendali belum mampu melindungi sang anak dari pengaruh negatif dari tontotan yang mudah di akses lewat gawai. 

Bagaimana pun, si anak khususnya yang perempuan belum mampu menjadi peran sebagai wanita hamil dan melahirkan di usia masih remaja. Di saat masanya untuk mencari jati diri, mengejar cita-cita dan menggapai sukses harus melahirkan seorang bayi. Maka tidak heran jika berita berikutnya terlalu sering terdengar berita ditemukannya bayi yang dibuang. Seolah-olah bayi itu tidak ada harganya lagi. 

Advertisement

Mungkin berawal dari pendekatan, berujung pada pacaran, hingga perbuatan yang tidak senonoh itu, mereka lakukan dengan hasrat seksual yang menggebu tanpa memperdulikan usia mereka dan tanggung jawab sebagai seorang siswa. Mereka hanya mengikuti fantasi yang terlintas dalam benaknya. Untuk yang laki-laki mungkin tidak akan merasakan namanya hamil, tetapi tahukah kalau pergaulan bebas bisa memicu penyakit menular. 

Padahal setahu saya, ketika kami di sekolah sudah ada penyuluhan dari berbagai instansi agar tidak melakukan hubungan bebas. Namun, berbeda dengan generasi sekarang, makin dilarang makin kebangetan pengennya. Tidak ada langkah preventif yang paling penting selain dibentuk dari keluarga yang sehat, hadirnya figur ayah dan ibu yang mencontohkan kasih sayang.

Advertisement

Memberikan bahasa kasih kepada anak. Ada 5 bahasa kasih, yakni sentuhan fisik, ucapan, hadiah, waktu kebersamaan dan pelayanan. Kalau anak sudah mendapatkan ini semua, niscaya ia tidak akan membutuhkan lagi di luar. Mereka akan sibuk untuk mengasah bakat dan potensinya, menyiapkan diri menjadi generasi yang bisa menghidupkan karakter Pancasila. Mengamalkan nilai-nilai agama dan berakhak yang baik. 

Tentunya kontrol penting berada pada si orangtua, walaupun menitipkan kepada sekolah untuk dididik dengan baik, orangtua tidak bisa lepas tangan. Sejak dini mulai mengajarkan tentang sek edukasi, bagaimana mengarahkan pada minat dan mengasah bakat. Kalau bisa mengantar dan menjemput setiap ke sekolah, agar terhindar dari pengaruh pergaulan buruk. 

Langkah selanjutnya kalah sudah terjadi, si anak butuh pendidikan mental, moral dan terapi penyembuhan jika memang dibutuhkan. Tentunya dalam naluri alam bawah sadar, si anak tidak akan mau mencelakakan dirinya pada perbuatan yang dilarang oleh norma-norma yang berlaku. Teruntuk kamu yang kini berada di masalah yang serius, tetap jalani kenyataan pahit. Jangan melakukan tindakan yang lebih buruk lagi. Karena sudah salah langkah, jangan membuat kesalahan lebih besar lagi. 

Jujur saya yang memandang dari sudut pandang orangtua, merasa nyilu hati. Bagaimana kerja keras orangtua untuk membiayai sekolah, memberikan nafkah, tetapi malah mengikuti hasrat bersama teman dekatnya untuk melakukan hal yang demikian.

Kalau perlu orangtua harus berbekal ilmu lebih bijaksana, untuk menjadi pelindung bagi si anak.Jangan rusak kehormatan dengan kenikmatan sesaat. Karena hancurnya sebuah bangsa, ketika generasi sudah tidak ada semangat pariot untuk memajukan negara. Stop untuk pergaulan bebas, lebih baik sibuk belajar mengejar cita-cita dan membayar jerih payah orang tua dengan keberhasilan prestasi yang gemilang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Wanita muda yang suka fotografi, Editor freelance, bookstagram. Suka menulis cerpen, novel dan blog. Bukunya yang sudah terbit DARAH: sepuluh cerita psikopat dan September Wish. Menulis membuatmu ada.

Editor

Penikmat buku dan perjalanan

CLOSE