Alasan Sekali Seumur Hidup Kamu Perlu Naik Gunung. Demi Jiwa yang Lebih Waras Lagi~

Alam akan menunjukan rasa tanpa drama rekayasa


“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka," – Soe Hok Gie


Advertisement

Kutipan quotes tersebut mengisyaratkan untuk memberikan kesadaran akan pilihan hidup yang akan kita ambil selanjutnya, di bawah tekanan atau memilih menjadi manusia yang merdeka berartikan bebas tanpa tekanan. Bebas berkreasi dan berimajinasi dari generasi yang biasa menjadi luar biasa.

Gunung Lawu terelatak di Pulau Jawa tepatnya diperbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini lama tidak aktif yang terlihat dari rapatnya vegestasi serta puncaknya yang tererosi. Gunung Lawu memiliki ketinggian 3265 MDPL, sangat popular dan terkenal untuk kegiatan pendakian karena pesona yang tiada tandinganya di mana memiliki 3 jalur yaitu Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, dan Candhi Cetho yang memiliki khas keindahan masing masing. Bagi pemula, banyak yang melewati jalur Cemoro Sewu karena aksesnya tidak terlalu susah dan jauh. Biasanya untuk pendaki pemula dapat menempuh waktu 6-7 jam sampai di pos 5. Sedangkan untuk ke puncaknya cukup berjalan 30 menit dari pos 5 di mana puncak Gunung Lawu ini bernama Hargo Dumilah.

Bukan hal yang aneh jika kita muak dengan kehidupan yang begitu padat dari pagi, siang, sore, dan malam. Itulah kehidupan yang tengah kita jalani dengan segala lika liku. Meski banyak dari mereka yang memilih kekuasaan dan nama untuk dipandang hanya untuk popularitas semata, namun mereka akan tetap kecil dihadapan alam semesta.

Advertisement

Mengapa tidak mencoba beranjak untuk memulai petualanganmu dalam hal apapun? Alam menunggumu dengan jiwa yang suci tanpa kemunafikan, tanpa dendam, tanpa amarah yang bergelora.

Pergilah! Alam akan membawamu kepada jiwa yang sejati dan teman sejati. Alam akan menunjukan rasa tanpa drama rekayasa. Mungkin sebagian dari mereka akan bertanya-tanya untuk apa mendaki? Untuk apa berjelajah dengan alam? Mereka terbutakan dengan realita kesibukan masing-masing. Mereka hanya beranggapan orang-orang yang hanya menghabiskan waktunya dengan alam bebas adalah orang yang tidak produktif. Itu adalah sebuah persepsi yang sangat salah dan perlu diubah . Kita memiliki kesibukan untuk selalu bersyukur, belajar tenang, belajar ikhlas dan legawa dalam segala situasi untuk rendah hati bawasanya di atas langit masih ada langit.

Advertisement

Menyatu dengan alam seperti halnnya mendaki gununng. Apa sih enaknya mendaki gunung? Lagipula yang didapat hanyalah berbagai rasa capek, lelah, letih, pegal, berkeringat, badan dekil, dan kumel. Belum lagi perjalanan yang sangat jauh dan membosankan karena bawaan beban carier yang super duper beratnya. Namun dari situlah semuanya terbayarkan dari segi apapun. Dengarkan dan rasakan suara alam menggema memanggil dengan gigilnya ini tanah surga, tanah Indonesia.

Setelah semua lelah dan amarah, datanglah seribu tanya. Mengapa masih di sini? Di atas ketinggian sebuah MDPL? Mungkin kala itu tawa menutup senja dan tas punggung siap diangkat. Raga ini berkelanana membaur dengan situasi, berbalut asa dalam jurang yang curam bahkan merengkut dusta nestapa yang kian meringkik. Berbaur dengan alam, berbaur dengan ketenangan, mungkin dengan penat yang kemarin tidaklah salah seketika kita memanjakan imaji dalam lara jingga. Bahkan romansa antara manusia, alam dan Tuhan tiada lagi tanpa batasan. Kawan, jika semua ini tentang kekuasaaan layaknya sebuah pertanyaan yang mungkin tidak akan kita ketahui jawabannya. Tapi ingatlah, alam mempunyai caranya tersendiri. Hukum alam akan tetap selalu berjalan apapun kondisi semesta. Terkadang ada pertanyaan yang terbesit dalam memori, tentang langkah yang aku yakini apakah kita terperangkap dalam luapan emosi, apa terjebak dalam jurang kebodohan diri.

Jika saya boleh mengutip kata teman saya, “Justru itulah istimewanya gunung dan hutan. Uang dan kekayaan tiba-tiba tak lagi seberarti di kota. Canda dan tawa tak lagi sepura-pura di kota. Persahabatan tiba-tiba tak lagi sepalsu di kota. Puncak gunung seperti cita-cita, saat kita memulai perjalanan kita harus memulai berdoa sebelum melangkah. Di perjalanan kita terjatuh dan bangkit kembali, kita menemukan diri kita sendiri dan kita belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik," – Fiersa Bestari

So, buat kalian yang terlalu ambisi atau kalian capek dengan padatnya kehidupan  dengan segala realita dalamnya penulis menyarankan untuk kalian bersahabat dengan alam berjalarlah dari sisi alam. Seperti mendaki Gunung Lawu yang memiliki keindahan tersendiri. Keluarlah sebentar agar kalian mengerti arti rendah hati. Semoga harimu tak membutakan jiwamu. Good vibes.    

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE