Perjuangan Nyai Demi Menghidupi Adik-adiknya

Advertisement

Entah mulai darimana untuk bercerita, karena Nyai (sebutan Nenek dalam Bahasa betawi) termasuk orang yang senang menceritakan berbagai pengalamannya sejak dulu. Dimulai dari Nyai yang seorang anak pertama sudah diharuskan tumbuh hidup mandiri mengurus adik-adiknya. Pada saat masih remaja Nyai sudah diwajibkan untuk memomong adik-adiknya dikarenakan Ayahnya bekerja di Jakarta dan Ibu-nya sering kali menyusul Ayah-nya ke Jakarta dan pada saat itu Nyai masih tinggal di Bandung. Pernah satu ketika, Nyai yang sedang mencari daun eceng gondok di sawah untuk dimasak tiba-tiba terjerebam ke dalam lumpur dan ternyata lumpur itu lumpur hidup. Dengan berbekal nasihat dari Ibu-nya, dia berusaha tenang sambil membacakan ayat-ayat Al-Quran sehingga dia bisa lolos dari jebakan lumpur hidup.

Nyai kecil sudah terbiasa mengurus pekerjaan rumah tangga, pada saat itu Nyai baru berumur sekitar 10 tahun dan dia diajak oleh salah satu kerabat untuk bekerja di Jakarta. Nyai bekerja sebagai ART pada sebuah keluarga yang cukup berada. Sampai pada satu ketika dia harus keluar dari pekerjaannya karena adik-adik dan Ibu-nya ikut tinggal di Jakarta. Nyai pun berkerja sambil mengurus adik-adik. Di saat tidak ada makanan yang bisa di beli, Nyai terbiasa menawarkan diri pada orang-orang yang pada saat itu masih mempunyai kebun yang luas, yang digunakan untuk bercocok tanam. Apapun dilakukan asal adik-adiknya bisa makan setiap harinya. Upah yang di terima Nyai terkadang hanya sayur-sayuran hasil kebun. Itu pun sambil mengajak salah satu adik-nya.

Nyai juga pernah bekerja membuat batik, setiap seminggu sekali Nyai mengambil batik bersama beberapa orang Ibu-ibu untuk kemudian di gambar sesuai dengan cetakan. Oh iya, ada kisah sedih dan juga horror pada bagian ini. Seperti biasa, Nyai mendapatkan jatah sekitar 10 lembar kain yang harus di batik dari Juragan Batik pada waktu itu. Entah kenapa, salah satu kerabat yang tidak suka dengan Nyai bertindak curang sehingga salah satu kain pada tumpukan-tumpukan kain yang sudah jadi di tukar dengan kainnya yang rusak. Deadline untuk mengumpulkan batik-batik tersebut esok hari. Pada saat malam Nyai baru sadar kalau salah satu batik ada yang rusak. Nyai hanya bisa menangis mengingat Juragan Batik amat sangat tak suka jika terjadi kesalahan pada batik-batiknya. Upah di potong adalah salah satu konsekuensinya.

Advertisement

Dengan lapang dada Nyai menerima apa yang telah terjadi. Pada saat pagi masih gulita, Nyai berombongan berjalan kaki untuk mengumpulkan kain-kain batik yang sudah jadi ke Juragan Batik. Karena pada saat itu masih sangat minim sekali penerangan, mereka menggunakan obor dan berjalan beriringan. Rombongan Nyai terdiri dari sekitar 10 orang. Pada saat itu belum ada kendaraan umum dan jalan-jalan besar pun belum ada. Mungkin, bisa dibayangkan kondisi Jakarta pada sekitar tahun 1970-1980-an kebanyakan masih terdapat kebun atau mungkin masih terdapat hutan.

Pada saat berjalan beriringan, karena kondisi masih gelap pekat. Dari kejauhan mereka melihat satu rombongan lagi dengan obor remang-remang di jarak sekitar 100 meter di tengah kegelapan. Mereka pun berniat untuk mengejar rombongan tersebut agar suasana semakin ramai. Tapi, mereka mengejar rombongan tersebut sambil setengah berlari namun tidak sampai juga mereka menemui rombongan tersebut. Sampai akhirnya hari sudah terang, sehingga sampailah mereka ke tempat pengumpulan batik. Dan ternyata, rombongan yang daritadi mereka kejar tidak ketemu. Entahlah, mungkin mereka berbeda arah atau memang tiada.

Advertisement

Mereka berbaris untuk mengumpulan masing-masing kerjaan mereka. Sampailah pada saat pekerjaan Nyai yang dikumpulkan. Dengan keringat dingin, Nyai mengumpulkan hasil kerjaannya. Seperti biasa bahan satu-satu diperiksa dengan detail oleh Juragan Batik. Dan entah kenapa, kain Nyai yang rusak itu lolos dari pengecekan Sang Juragan, malah Nyai mendapat pujian karena hasil batik-nya bagus dan rapi. Alhamdulillah, Nyai bisa pulang dengan upah lebih dikarenakan juragan suka dengan batik yang Nyai buat.

Sekian dulu cerita-cerita seru dari Nyai.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bahagia bersama-sama lebih baik daripada bahagia hanya untuk diri sendiri. Berbagi hal yang kecil mungkin bisa membuat orang lain bahagia. _Naia_

CLOSE