Mungkin sebagian dari pembaca sudah mengenal atau bahkan menggunakan aplikasi tersebut. TikTok merupakan aplikasi jejaring sosial yang memungkinkan para penggunanya untuk membuat dan mengedit video pendek.
Sebelum sepopuler sekarang, berbagai sepak terjang pernah dilalui aplikasi asal Cina ini. Seperti pernah mendapat julukan ‘aplikasi alay’ sampai diblokir oleh Kominfo karena banyak dari kontennya yang melenceng. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat para TikTokers untuk terus berkarya dan bertahan sampai saat ini. Sebenarnya bagaimana prinsip kreativitas tanpa batas melalui aplikasi TikTok? Apakah benar benar tanpa batas sehingga kerap menimbulkan kontroversi? Namun sebelum itu, mari kita kenalan lebih dalam dengan aplikasi populer ini.Â
Pencabutan status blokir yang dilakukan oleh Kominfo pada 2018 lalu membuat TikTok kembali mendapatkan atensi publik. Hanya berselang empat tahun saja, TikTok sudah menempati posisi pertama dalam aplikasi paling banyak diunduh pada tahun 2021, mengalahkan Instagram, Facebook, WhatsApp, dan Telegram. Kejayaan Tik Tok tak berhenti sampai di situ. Pada tahun yang sama, App Store mengumumkan beberapa aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia. Posisi pertama diraih oleh Whatsapp lalu disusul oleh Instagram, YouTube, TikTok, dan Facebook. Meski berada di urutan keempat, TikTok sudah berhasil meraih rekor dengan menempati posisi pertama dalam aplikasi hiburan di App Store.
Hal ini membuat popularitas TikTok meningkat dan seketika menjadi aplikasi favorit warganet Indonesia. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang ini. Masyarakat yang bosan dengan kehidupan karantina berbondong-bondong untuk mencari hiburan lewat TikTok. Seketika lahir kreator konten dadakan yang berhasil mendapatkan banyak viewers.
Tak melulu soal hiburan, konten yang mereka sajikan pun beragam, mulai dari healthy, fashion, culinary sampai sports. Melansir dari laman era.id, terdapat lima konten TikTok yang paling disukai oleh para TikTokers, diantaranya yaitu comedy, education, beauty, talent, dan food. Di puncak popularitasnya, banyak dari mereka (kreator konten dadakan) yang akhirnya sukses dan memutuskan untuk bekerja sebagai TikTokers.
Saat ini, TikTok sudah banyak berkembang dan menjadi aplikasi favorit untuk mencari infomasi dan hiburan. Tak jarang TikTok menjadi tempat untuk berburu isnpirasi serta mengembangkan kreativitas bagi para kreator. Namun, kreativitas yang terjadi dalam TikTok tak selalu menorehkan hasil yang positif. Masih terdapat beberapa konten yang dirasa kurang pantas untuk diposting sebagai karya. Konten konten seperti pamer kekayaan, provokasi, dan pelecehan agama masih kerap kita jumpai. Hendaknya prinsip kreativitas tanpa batas ini perlu dibersamai dengan sikap mawas diri dan toleransi.
Kreativitas tanpa batas boleh boleh saja dituangkan dalam bentuk karya di TikTok dengan syarat tetap mematuhi etiket yang telah ditetapkan. Jangan sampai prinsip ‘kreativitas tanpa batas’ ini disalahartikan sebagai landasan untuk berkarya tanpa mematuhi aturan. Sebagai pengguna internet yang cerdas, kita harus selektif dalam memilih konten yang ingin kita lihat.
Tontonlah konten yang dirasa membawa manfaat dan tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Bagi para kreator, silakan berkarya sekreatif mungkin dengan tetap memegang teguh netiket. Hendaknya buatlah karya yang membawa manfaat bagi orang lain dan usahakan agar tidak membuat karya yang dapat menyinggung pihak tertentu. Dengan mematuhi etiket TikTok dapat menjadi komunitas yang efekif untuk berkarya dan mengapresiasi karya milik orang lain. Â Â Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”