Perkembangan TikTok Menjadi Aspek Integral dalam Budaya Masyarakat

Perkembangan tiktok, aspek integral budaya, tiktok menjadi lifestyle

Selama beberapa tahun belakangan tren short video telah beredar dan berhasil memenuhi pasar digital di seluruh dunia. Salah satu platform atau aplikasi yang banyak digunakan masyarakat yang berhasil mendapat banyak perhatian adalah TikTok. Dari anak-anak, remaja, dewasa, entah laki-laki maupun perempuan menggunakan aplikasi tersebut. Ini mengakibatkan fenomena booming terhadap penggunaan dari aplikasi tersebut sebagai salah satu pemenuhan permintaan masyarakat terhadap konten video digital yang dapat di akses dimanapun dan kapanpun.

Advertisement

Melihat dari tren tersebut maka dapat dilihat adanya keuntungan dan perkembangan yang cukup pesat dari aplikasi tersebut. Apalagi di kala pandemi ini, dimana kebijakan social distancing, work from home, dan sebagainya yang memberikan sedikit kebebasan terhadap aktivitas-aktivitas di luar rumah, maka dapat dilihat juga bagaimana pengaruh aplikasi ini terhadap kehidupan masyarakat di seluruh dunia.           

Awalnya aplikasi TikTok ini diluncurkan di tahun 2016 oleh Bytedance. Aplikasi Tik Tok tersebut telah booming sejak tahun 2017 lalu diawali dengan promosi melalui acara-acara serta promosi oleh selebriti China. Selain itu strategi pemasaran online yang unik dimana video TikTok tersebut dapat dibagikan ke sosial media lain seperti Instagram, WeChat, dan sebagainya mengakibatkan meningkatnya penyebaran penggunaan platform atau aplikasi tersebut di seluruh dunia. Menurut Li Xu, kelebihan yang dimliki aplikasi ini terdapat dalam kemudahan penggunaannya, lagu-lagu yang cukup bagus dalam menarik para remaja yang memang menjadi target dari produk tersebut.

Selain itu aplikasi tersebut juga dilengkapi dengan Artificial Intelligence yang dapat mengatur algoritma sehingga rekomendasi yang diberikan oleh aplikasi tersebut sesuai dengan keinginan penggunanya entah itu rekomendasi musik atau lagu maupun feeds atau rekomendasi tontonan. Selain itu perusahaan juga berusaha meningkatkan konsumer melalui kompetisi offline misalkan di tahun 2017 yang bernama National Youth Talent Competition dimana kompetisi ini merupakan kerja sama dengan media Jundi Brothers. Hal ini tentunya diikuti dengan penyebaran aplikasi ke luar negeri yang memfokuskan pada wilayah Asia Tenggara, Jepang, dan Korea Selatan sesuai dengan target pemasaran.

Advertisement

Aplikasi ini juga meningkatkan dan terus mengembangkan teknologinya sehingga dapat terus mempertahankan eksistensinya dan meningkatkan ketertarikan masyarakat. Pemilihan target negara-negara di kawasan tersebut adalah karena infrastruktur yang memadai dan kebijakan jalur sutra China. Akan tetapi pada tahun 2018 aplikasi ini mulai mendapat sorotan dan beberapa kritik bahkan terdapat juga beberapa negara yang sempat memban atau melarang penggunaan aplikasi tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan alasan bahwa aplikasi tersebut mengandung konten yang berbahaya dan konten tidak layak bagi sebagian masyarakat.

Negara-negara yang melarang aplikasi tersebut juga mempertanyakan mengenai keamanan dari aplikasi tersebut, bahkan hingga terdapat kampanye yang menuduh aplikasi tersebut memberikan data pengguna kepada pemerintah China. Salah satunya adalah Amerika Serikat sendiri yang telah melarang aplikasi terebut dengan label berbahaya dan mengancam keamanan nasional. Akan tetapi hal ini justru merubah strategi yang digunakan oleh Bytedance dalam mengatur teknologi dari aplikasi tersebut serta penambahan kerja sama dengan sektor e-commerce dan memasukkan fitur perdagangan kedalam aplikasi tersebut. Dan akhirnya sesuai data di tahun 2019 TikTok menjadi aplikasi atau platform terbesar dalam hal mengkomunikasikan seni, informasi, dan nilai-nilai budaya tradisi China. Dalam sebuah konferensi, CEO dari Bytedance yang merupakan pengembang dari TikTok menyatakan bahwa nilai sosial budaya yang tertanam dalam aplikasi tersebut adalah membawakan kebahagiaan bagi seluruh dan memberikan informasi dalam setiap bidang sosial karena setiap video yang dibuat akan menjadi suatu data bagi peradaban manusia yang terintegrasi dalam TikTok itu sendiri.            

Advertisement

Setelah mencapai berbagai pencapaian yang luar biasa tentunya tidak menghentikan aplikasi tersebut untuk terus berkembang, termasuk menciptakan brand yang sudah sangat terkenal hingga saat ini. Pengembangan tersebut dilakukan melalui berbagai cara dalam meningkatkan jumlah pengguna melalui berbagai kerja sama dengan perusahaan lain, pembuatan acara seperti kompetisi, monetasi dari periklanan, dan sebagainya. Hingga pada akhir 2019 lalu WHO mengumumkan bahwa dunia secara resmi mengalami pandemi. Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh negara dalam menanggulangi bencana tersebut seperti social distancing, work from home, protokol kesehatan, dan lain sebagainya yang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat di seluruh dunia. China sebagai negara pertama yang mengalami hal tersebut merupakan negara yang paling terdampak, hal ini terbukti dari adanya penurunan pendapatan yang cukup signifikan dari sektor manufaktur, perdagangan, dan sebagainya.            

Hal ini di satu sisi juga mengakibatkan perlunya tindakan dan keputusan yang dapat mempertahankan bisnis di tengah krisis tersebut, sehingga beberapa perusahaan manufaktur melakukan alih produksi misalkan beberapa di antaranya memproduksi ventilator. Karena ventilator tersebut merupakan salah satu alat kesehatan yang diperlukan dalam mengatasi krisis kesehatan tersebut. Hal ini juga diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain melalui alih fungsi, dan berbagai inovasi lainnya. Akan tetapi pandemi ini juga menjadi proses seleksi bagi beberapa perusahaan yang tidak mampu bertahan sehingga harus menutup diri atau mengalami kebangkrutan. Berbeda dengan perusahaan manufaktur, perdagangan, dan sektor lain yang lebih terlihat di benda material atau yang memiliki bentuk fisik, TikTok justru mengalami peningkatan dan pengembangan yang signifikan melalui berbagai inovasi teknologi yang sangat efektif hingga mampu tetap membawa nilai sosial dan originalitasnya menjadi budaya baru masyarakat di tengah pandemi ini. Dengan slogan kebahagiaan bagi semua tersebut dan banyak juga yang mengatakan sebagai penghilang stess, akhirnya TikTok dapat menjadi bagian khusus dalam kehidupan masyarakat. Bahkan beberapa negara cenderung menggunakan aplikasi tersebut untuk mencapai seluruh lapisan masyarakat terutama lapisan bawah, entah melalui influencer atau melalui akun resmi pemerintahan. Indonesia misalkan menggunakan TikTok sebagai alat kampanye atau penyebaran informasi mengenai protokol kesehatan.             

Perlu diingat bahwa total pendapatan dan penggunaan TikTok di seluruh dunia telah mengalami peningkatan yang sangat signifikan di tengah pandemi. Melalui brand yang telah tertanam tersebut, TikTok disebut sebagai hasil ekspor terbesar yang berkontribusi kepada ekonomi China. Belum lagi kontribusinya sebagai jalur sutra digital yang dikatakan sebagai perpanjangan dari kebijakan One Belt One Road Policy yang dicanangkan oleh pemerintah China sejak 2013 lalu. Perkembangan teknologi yang digunakan seperti artificial intelligence juga menjadi prioritas dalam pengembangan perusahaan karena sesuai dengan kebijakan tersebut yang menekankan pada dominasi digital China di era digitalisasi yang akan merubah budaya konsumsi dan penerimaan informasi masyarakat dunia. Sehingga apabila melihat beberapa opini mengenai adanya hubungan antara pemerintah China dengan akses terhadap data pengguna tik tok maka dapat dilihat bahwa China sebenarnya juga mendukung aplikasi tersebut, sehingga tidak heran apabila aplikasi tersebut menjadi booming dan terintegrasi dengan budaya masyarakat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE