Permataku Laksana Bintang Bermata Biru

Sebuah rangkaian kata penghibur luka

Permata adalah hiasan yang sangatlah indah, semua yang bermata pastilah terkagum dengan keindahan permata. Kilau cahaya permata menghasilkan spektrum yang beraneka warna. Terpikatlah olehnya setiap orang yang lalu di labuh, di balik sebuah kaca melihatlah mereka dengan terpesona berkata “Wahai Indahnya dirimu Permata Alangkah beruntungnya aku dapat memilikimu”. Kan tetapi tidaklah mudah untuk mendapatkan permata setiap orang harus mengorbankan hal yang besar untuk memilikinya, letih peluh sesak nafas habis tenaga masih belum cukup untuk menyentuh permata begitu nian bernilai lah barang mulia ini.

 

Suatu nikmat yang kecil adanya dan diperebutkan oleh orang banyak karena masih berada di dunia durjana. Aku lewat diantara kerumunan orang di labuh itu yang mata mereka tertuju pada permata, tak henti decak kagum terucap seperti tidak berhentinya suara ombak di pantai barat. Sungguh sempurna karya sang pencipta atas kemuliaan dan keagungannya berkatalah aku dibalik bisunya lisan.

 

Permata tersimpan di dasar lautan yang sangat gelap, berada di antara batu batu karang dijaga oleh derasnya arus samudra terlindung oleh atap dinginnya lautan. Hampir Semua yang berkehendak takjub tadi seketika mengetahui asal permata mereka melemah seraya berbalik badan karena beratnya jalan yang hendak di tempuh jikalau harus memilikinya.

 

Tetapi begitulah permata karena setiap sesuatu yang diperoleh dengan perjuangan berat maka akan samalah dia dengan permata yang tersimpan diantara karang dasar samudra. Sangat indah dan bernilai yang tiada mampu semua orang meraihnya hanya mereka yang kuat berjuang yang kelak akan dipilih permata untuk membersamainya.

 

Namun ada suatu permata yang kutemui tidaklah berada di dasar laut maupun diantara karang. Putihnya lebih putih dari awan dan birunya lebih biru dari jantung laut. Tidaklah setiap yang memandang melainkan terkemuka oleh keindahan, permata itu ada diantara hiruk pikuk kesibukan dunia, ia terjaga dan semoga akan selalu terjaga. Ketika di awal cerita belumlah terbuka tabir hati mengetahui dimana permata itu berada.

 

Namun seketika melihat kali pertama, adalah rasa yang berbeda, muncul tiada duga. Pikiran tidak mampu menjawabnya dengan logika, hanya hati yang mampu merasa, bahwa itu adalah permata. Rasa itu muncul tiba tiba hingga aku bertanya pada logika apa hal ini yang telah mengemuka. Waktu mengubah segalanya menjadi cerita. Bait-bait kata terukir dari hari demi hari, teranyam erat dalam bingkai kisah Pujangga muda.

 

Hatiku telah terikat oleh permata, di belengu cakrawala namun belenggu yang tiada bertali rantai namun lebih kuat dari tali rantai karena ia mampu menembus dimanapun keberadaaan walaupun tiada membatasi jarak namun terasa mengikat. Tidak mampu melepas diri ia meronta namun melemah kembali seakan telah diatur oleh irama keinginannya. Permataku demikianlah aku memanggilnya karena memang hanyalah satu diantara sekian panjang pencarian hidupku aku menemukannya.

 

Terpikir pertanyaan selalu di pikiranku mengapa akulah orang yang mendapatkannya, akankah si pemuda malang tiada selalu mengira hingga permata ditipkan kepadanya untuk mengajarkan bahwa ia berharga. Oh Tuhan sungguh karunia besar yang tak mampu ku dusta. Begitu beruntungnya diriku dan begitu bersyukurnya aku. Lidahku seakan kelu tak mampu mengucap bahagiaku karena terasa telah penuh kalbuku.

 

Bersama permata yang berada di samping ku aku melihat setiap hari keindahannya lalu kusadari akankah yang indah ini akan selalu bersama di sampingku. Bukannya meragukan diri, tapi khawatirlah hati akankah yang memilikinya memang aku. Bagaimana cerita nanti ketika yang sesungguhnya memiliki meminta kembali seraya berkata: “Itu Adalah Permataku, Sama Sekali Bukan Milikmu, Maka Aku hendak mengambilnya kembali, tolong berikan padaku”.

 

Apalah daya jika memang begitu jadinya tentu tidaklah mampu ku menolak karena ketiadaberpunyaan. Namun selama permata masih berada di genggamanku, maka ia akan di jaga sepenuh jiwa. Dengan penjagaan yang pernah ada sebelum kehadirannya, buruk dikata jika tidak akan selalu bersama, setidaknya ia tahu siapa yang paling tulus menjagannya. Mengupayakan yang terbaik walaupun waktu tidak pernah cukup, selalu berupaya dan berikhtiar semoga permataku terjaga selalu.

 

Apabila berakhir cerita ia bersama maka aku lah si Beruntung itu maka tiada akan sia sia setiap tarik hembus nafas melainkan untuk menjagamu. Suatu saat nanti bersama permata, kita melihat awan bersama dan di ujung senja aku akan berkata “Wahai Permatakoe, Engkau Laksana Bintang Berwarna Biru”

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Merupakan Seorang laki laki biasa yang suka mencurahkan keresahan dalam bait bait aksara. Penulis di resahyangtercurah.blogpsot.com. Instagram : udaa.arif Facebook: Arif Budiman