Pernah Menjadi Support System Dalam Hidupmu, Hingga Timbullah Jarak Antara Kita

Ini kisah ku, kisah ini berawal dari waktu aku menduduki bangku kelas 2 sekolah menengah pertama. aku bukanlah tipe orang yang mudah untuk menyukai orang terutama lawan jenis, tapi entah kenapa tepat diawal kenaikan kelas 2 SMP aku menyukai teman laki-laki satu kelasku.

Advertisement

Laki-laki itu bukanlah orang yang memiliki sikap, kepribadian yang baik. Dia terkenal disekolah karena brandal, nakal, suka bolos, tukang tidur dikelas, dan susah di atur, tidak ada satupun guru,teman seangkatan dan kakak tingkat yang tidak mengenalnya. Tapi entah kenapa aku menyukai laki-laki tersebut.

2 bulan kemudian tentang perasaanku yang menyukai dia diketahui oleh dia dan teman-teman satu kelas. Namun, ada satu teman yang tidak menyukai kalau aku dekat dengan dia tapi dalam maksud ini temanku tidak menyukainya karena temanku ini mengenal betul sikap dan perilaku laki-laki itu yang brandal dan nakal. 

Singkat cerita aku sudah dekat dengan dia, sudah mengetahui sikap dan kebiasaan dia. Yang ku kenal sikap dia tidak jauh beda dengan yang terkenal disekolah, dan ada yang baru ku tau tentang dia kalo dia jarang mengerjakan solat dan tidak bisa membaca Alquran. 

Advertisement

Entah kenapa aku masih tetap menyukainya, sampai pada suatu hari aku baru melihat dia selesai mengerjakan solat berjamaah disekolah, kata dia aku ingin belajar solat dari situ aku seneng banget aku dukung dia buat terbiasa untuk mengerjakan solat 5 waktunya selalu ku ingatkan solat-solat udah belum. Hingga akhirnya dia terbiasa dengan solat 5 waktunya. 

Pada suatu hari ada kelas Qur'an, dan tugas pelajaran Qur'an adalah menghafal surat pendek. 2 kali pertemuan kelas Qur'an guru pelajaran Qur'an itu tau kalau dia tidak bisa membaca Alquran jangan membaca Alquran huruf Hijaiyah aja dia lupa lupa ingat. Terus kata guru pelajaran Qur'an ini kamu kalo terus-terusan gini gimana? Nilai mu bisa jelek?

Advertisement

Dari situ aku pernah bertanya kepada dia apakah kamu tidak ingin belajar mengaji seperti kamu mempunyai keinginan untuk belajar solat? Namun dia belum mempunyai keinginan untuk belajar mengaji, namun aku terus berusaha untuk meyakinkan dia agar dia mau belajar mengaji seperti dia ingin belajar mengerjakan solat. 

Hingga akhirnya dia memiliki keinginan untuk belajar mengaji dan aku disuruh mencari guru privat untuk mengerjakan dia mengulang kembali huruf huruf Hijaiyah yang pernah dia pelajari sebelumnya, aku seneng dan semangat untuk mencari guru privat untuk dia dan ku pilih guru pelajaran Qur'an yang mengajarkannya. 

Beberapa bulan telah berlalu dia telah mengaji sampai jilid 5, namun guru pelajaran Qur'an memberitahu kalo dia akhir-akhir ini jarang meminta untuk belajar privat hingga ku tanya pada dia kenapa udah jarang berangkat privat? Ternyata dia kalo nongkrong sama temennya selalu dikatain ngapain sih belajar mengaji kan udah gede itu kata yang selalu dia dapatkan kalo lagi nongkrong sama temennya sampai dia punya keinginan untuk sudahlah tidak usah belajar mengaji lagi.

Namun aku terus dukung dia memberikan semangat ke dia dan aku selalu bilang jangan dengarkan kata mereka, jika kamu berhasil kamu yang akan merasa senang dan bahagia. setelah beberapa bulan berhenti belajar privat mengaji akhirnya dia mau melanjutkan belajar mengajinya sampai dia khatam. 

Pada akhir kelas 2 SMP dia pernah mengungkapkan perasaannya pada ku, entah kenapa aku disini menyukai dia namun tidak ingin menjadi kekasihnya. bukan maksudku menolak dia  karena memang aku menyukai dia namun tidak ingin menjadi kekasihnya

Dan dia menilainya bahwa aku mempermainkannya sampai kita akhirnya lost contact dia menjauh dari ku, mulai enggan menyapa ku. aku sempat merasa bersalah dan kecewa mengapa tidak menerimanya saja, umumnya anak seusia aku pada punya kekasih, namun aku tidak boleh menyalahkan diri sendiri terus menerus. jika berjodoh biarkan kita bertemu kembali dititik yang terbaik menurut Takdir.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor