[CERPEN] Pertemuan Ini Adalah Unsur Ketidaksengajaan yang Indah

Kali ini yang di nanti bukan lagi sebuah kabar atau pertemuan melainkan keinginan untuk tetap bersama dan mau bersama

Aku rasa bagian inti dari sebuah penantian adalah ada unsur harapan di dalamnya, bisa harapan yang berujung manis atau buruknya berujung duka. Aku adalah gadis berusia 24 tahun yang sedang menjalani hubungan jarak jarak jauh. Sebut saja “serendipity”. Kita saling menemukan bukan mencari dan kemudian bertemu. Bagiku pertemuan ini adalah unsur ketidaksengajaan yang indah. Dia adalah bagian dari ketidaklengkapan yang aku miliki. 

Advertisement

Kembali pada 2 tahun yang lalu di pulau timur Indonesia. Aku memandangnya, ah tidak mata kita bertemu pandang. Dia laki-laki berambut gondrong, berkulit cokelat dan.. senyumnya tampan! Saat itu ada sebuah jeda yang ingin ku ulangi, sebuah titik di mana semesta setuju untuk menjatuhkan cinta kepada kami.

Tapi hubungan ini tidak mudah. Aku harus merapal doa setiap malam berharap dia baik-baik saja disana, juga terus menyibukkan diri sendiri dengan berbagai macam aktivitas. Ini pertama kalinya dalam hidupku menjalani hubungan jarak jauh, tapi anehnya aku menikmatinya. Seakan aku baik-baik saja dengan hubungan ini. 

Aku tidak pernah merengek untuk bertemu, ataupun menuntut banyak waktu darinya. Tapi bukan berarti aku tidak merindukannya. Aku sangat merindukannya, bahkan untuk ukuran rindu ini sudah sangat keterlaluan. Dadaku nyaris kehabisan oksigen dan airmataku sudah lelah menjalankan tugasnya. Aku merindukan semua tentangnya.

Advertisement

Aku ingat, tahun lalu aku mengunjungi kampung halamannya. Sebuah pulau indah  dan sebagian besar penduduknya adalah pelaut hebat. Dia memperkenalkanku dengan keluarganya. Aku di terima dengan hangat, keluarganya menyenangkan walaupun kami berbeda bahasa daerah tapi tidak sulit untuk saling memahami. Aku melihatnya tersenyum penuh arti. Senyumnya masih sama, jujur dan luas. Seperti dermaga di pantai tempat kami menunggu kapal nelayan sore itu, hening dan damai. 

Suara deburan ombak memecah keheningan, angin sepoi membelai rambut gondrong yang sedari tadi mampir lesu di rahang pipinya. Bagaimana aku bisa tidak menunggu laki-laki yang telah mencuri hatiku ini? Aku menatapnya dalam diam, dalam doa yang terus ku tabahkan. Sore itu kita menatap langit senja yang sama.

Advertisement

Dia bilang padaku untuk tetap bersamnya, dia akan berjuang untuk bersamaku. Aku menafsirkan semuanya melalui matanya. Lantas aku bertanya untuk berapa lama aku harus menunggu? Apakah aku mendapatkan kepastian setelah aku menunggu? Dia diam saja. Diamnya adalah aksara angkuh paling utuh dan aku entah berantah menerjemahkannya. Aku yakin ini pertanyaan paling membuat isi kepala dan hatinya frustasi. Dia memejamkan matanya, menengadahkan kepalanya ke langit seakan ingin meratapi keadaan. 

Tiba-tiba tangan kokohnya menggenggam tanganku, dia menatapku lekat dan berkata, “Aku tidak bisa menjanjikan apapun, tapi tolong doakan aku. Aku akan berjuang untukmu, aku ingin bersamamu. “ kemudian langit sore itu menjadi lebih terang, waktu berhenti sekejap dan jantungku berdetak kencang hingga nyaris tidak pada tempatnya. Kami berpelukan sangat erat seakan sebentar lagi akan di pisahkan oleh jarak dan waktu. Di tepian dermaga itu, di saksikan senja jingga nan cantik, diiringi nyanyian ombak dan rengkuhan semesta, aku akan menunggunya hingga senja bahkan larut. Aku menyerahkan hatiku untuk dia miliki.

Penantian demi penantian kita jalani dengan tabah. Dengan saling berkabar juga merindu. Ini aneh bagaimana aku dapat mempercayakan hatiku kepada laki-laki yang berada jauh di pulau sebrang sana. Padahal kenyataan jarak sudah sangat jelas terganbar di depan mata. Hubungan ini bukan tanpa topan dan badai, bahkan kita sempat ingin merelakan, sempat menyerah dengan keadaan yang semakin lama semakin tidak memihak pada hubungan ini. 

Aku lelah dengan ketidakpastian, aku lelah menunggu dan terlelap oleh harapan dan dia putus asa oleh keadaan. Sepekan sudah tiada kabar, kita mulai hilang komunikasi, mulai berjarak dan membatasi diri dengan perasaan. Kita sibuk tenggelam dalam resah masing-masing.

Aku perempuan paling hancur di lalap rindu ketika sedikit kabar darinya pun tak ada, aku bagai hanyut di tengah samudera gelisah yang kuciptakan sendiri. Aku memaki setiap keadaan, aku menyalahkan diri sendiri, aku mengutuk hatiku yang dengan sembarangan lari ke dalam buaian laki-laki. Diantara perasaan menyakitkan dalam sebuah hubungan, bagian ini adalah bagian paling menyiksa. Bagian dimana aku tidak bisa memilih untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan. Diibaratkan manusia sakit, aku sudah stadium akhir dan nyaris mati karena perasaan kacau.

Namun semesta tak hentinya membuat kejutan. Di malam tepat sepekan dia hilang kabar, tiba-tiba aku melihat sosoknya berdiri dengan gigih di depan gerbang tempat kerjaku. Dengan kaos hitam favoritnya, dia tersenyum dengan lebar, senyuman yang aku rindukan setengah mati. Untuk kesekian detik aku limbung dan nyaris pingsan, hingga aku sadar bahwa aku harus berlari dan memeluknya kemudian aku menangis sejadinya. Bagaimana bisa ini terjadi, bahkan untuk sedetik saja aku tidak berani membayangkan kehadirannya di saat seperti ini. 

Tapi Tuhan Maha Baik. Dia mengirimkan sekali lagi, laki-laki yang sampai saat ini menggenggam hatiku. Laki-laki yang bila ada di dekatnya segalanya menjadi sedikit lebih melegakan, yang di didekatnya aku ingin terus berlari ke pelukannya, terus menatap mata tajam elangnya, ingin terus bersandar di bahunya.

 Perasaan ini masih sama, hatiku masih utuh bila bertemu denganya. Ternyata aku masih perempuan yang sama yang jatuh hati dan akan tetap jatuh hati pada laki-laki yang sama yang tidak pernah menyuruhku menunggu untuknya melainkan tetap bersamanya dalam keadaan apapun.

Ya, dia menemui keluargaku. Dan pada saat itu aku tidak lagi ingin menunggu, tapi tetap bersamanya dalam banyak waktu, dari matahari terbit hingga senja menjelang petang. Aku tidak lagi ingin menafsirkan penantian dengan sebuah kepastian melainkan dengan keyakinan karena sejatinya tunggu adalah tinggal. Tunggu untuk tetap bersama dan tinggal untuk selamanya bersama. Terima kasih semesta, kini senja telah menemukan pemiliknya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

INFJ | books, poems, travel, philosophically talk, deep thinker enthusiast || a human – selenophile 상현달 || proud aRMy #방탄소년단

CLOSE