Pilkada Bukan Drama Korea

Carut-marut bangsa kita memang bukan lagi jadi berita aneh di telinga kita. Alih-alih mengaku sebagai Negara paling kaya dan kuat nyatanya semua hanya dijadikan barang dagang para orang-orang rakus. Setiap orang memang disuruh untuk giat bekerja dan mencari nafkah. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, kebutuhan keluarga, kebutuhan anak istri. Tapi jangan sampai menjadi keblablasan, nyari duit alias kerja bukan menjadikan kita jadi rakus alias gragas. Negara ini di merdekakan untuk rakyat kecil, rakyat jelata yang tertindas karena kejahatan penjajahan yang dilakukan oleh negar-negara asing yang iri dan meri karena ingin menguasai segala kekayaan yang Indonesia punya.

Sampai akhirnya Indonesia di jajah oleh Negara asing yang berganti-ganti. Lalu orang-orang zaman dulu giat berjuang untuk mempertahankan segala yang menjadi milik bangsa demi keberlangsungan hidup. Yang menjadi miris adalah apakah kita sekarang masih merasa bahwa kita ini orang yang sudah merdeka atau tidak?

Indonesia saat ini sedang dalam keadaan koma dan kritis kembali meski dinyatakan merdeka. Bagaimana tidak segala penyakit yang ada di Indonesia bersarang dibagian vital yang sangat mematikan. Pemegang kekuasaan yang semakin kehilangan nilai-nilai ke arifan. Kalau bicara pemimpin yang pintar, pemimpin yang islam, pemimpin yang kaya, pemimpin yang tegas, pemimpin yang kuat memang banyak di Indonesia. Tapi yang bener-bener berjiwa arif itu gak ada. Semuanya saling sikut menyikut, saling berambisi, saling berlomba memperkaya diri. Ya gak heran kalau akhirnya Indonesia sekarang jadi negara bingung dan akhirnya diciduk dan di awut-awut sama negara asing yang masuk dengan segala akal bulusnya untuk menjajah Indonesia kembali.

Gak usah heran kalau seperti ini status Indonesia, lama-lama kekayaan Indonesia habis dan tidak punya apa-apa lagi. Semua di jual ke orang asing karena Indonesia itu cuma punya pemerintah, tapi belum punya Negara. Maksudnya adalah kita punya Presiden tapi posisi Presiden itu adalah Kepala Pemerintahan bukan Kepala Negara. Jadi statusnya berbeda, walau banyak orang yang berpikir kalau Presiden itu yang orang paling tinggi, ini yang salah dipahami oleh kita semua. Dan kalau dipikir kembali apakah kita punya kepala Negara? Presiden itu hanya pelayan rakyat yang melakukan tugas pemerintahan untuk kepentingan rakyat. Intinya Pak Presiden adalah orang yang bekerja untuk rakyat dibantu oleh pembantu nya para menteri. Jadi tidak sepantasnya mereka semua melakukan kebijakan yang bertentangan dengan rakyat.

“Lalu bagaimana caranya agar tidak menyimpang?” ya bikin Negara yang benar. Negara dan lembaga-lembaga Negara itu diatas pemerintahan kedudukannya. Mereka berfungsi untuk mengoreksi , menolak, menyetujui, memberikan saran dan membuat policy buat pemerintahan agar bertugas dengan baik dan benar.

Ditengah berita carut marut Pilkada ini dan ditambah dengan sidang pembunuhan Mirna oleh Jessica menambah daftar tentang bukti sakitnya Indonesia. “Sembuh gak sembuh yang penting gragas” itu yang di cerminkan mereka pencinta suap dan korupsi. Sungguh tidak ada lagi respect untuk menumbuhkan rasa arif yang benar dalam mengemban tanggung jawab kepemimpinan. Sampai semuanya menjadi sebuah sistem yang carut marut dan susah buat di revisi kembali.

Entah apa yang tersirat dari benak para pemimpin Indonesia sekarang, yang jelas rakya jelata makin banyak yang mati tragis, mati perlahan karena susahnya mencari pekerjaan karena kemiskinan, karena perbedaan kasta yang semakin menekan kaum bawah, dan itu sangat kejam. Sulit sekali membuat pemikiran yang seiring sejalan antara rakyat dan pemimpin pemerintahan, kalaupun bisa itu hanya waktu kampanye saja, setelah itu mereka semua lupa. Kalau sudah begini keberadaan Negara Indonesia semakin dipertanyakan jika kita memang merasa tinggal di Negara Indonesia tercinta ini. Walau demikian masih ada segelintir orang yang masih peduli dan lurus tapi masih tidak seimbang dengan mereka yang mencintai kegragasan dan jiwa kebangsatan dibsnding dengan jiwa kebangsaannya.

Minimal kita harus bisa menyelamatkan diri kita, menyelamatkan anak-istri, keluarga kita dari pergolakan perang moral. Kalau tidak ingin tergilas roda panas sebaiknya kita menepi dan biarkan mereka bertarung tanpa harus ikut berpihak kepada siapa-siapa. Cukup dengan berdoa dan memohon semoga Allah Yang Maha Pemaaf selalu dan selalu memberi hidayah atau memberi musibah agar perkara ini lekas selesai menurut hak Allah. Karena pilihan nya cuma itu. Kita tidak bisa memaksa Allah selalu nurut dengan doa dan kehendak kita sendiri. Kita semua tau pilihan Allah adalah yang terbaik walau menurut kita itu berbeda. Jadi ikhlas itu penting, menerima takdir kepahitan tapi meraih ujungnya dengan ikhlas agar menjadi manis.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

hidup adalah imajinasi dan menulis adalah nafas.