Politik Etis Gerbang Utama Pergerakan Nasional Indonesia

Ethische Politiek atau Politik Etis merupakan pemikiran baru kaum liberal dan borjuis belanda. Menurut Van Derventer, sudah saatnya Pemerintah Belanda memperhatikan kemajuan rakyat jajahannya. Pemerintah Belanda harus menebus hutangnya kepada masyarakat pribumi dengan memberikan prioritas utama yaitu mensejahterakan mereka. Sebab Hindia-Belanda telah memberikan kemakmuran bagi masyarakat dan kerajaan belanda.

Latar Belakang

Pemikiran tentang Politik Etis ini bermula dari kaum sosialis-liberalis yang sangat prihatin dengan keadaan sosial ekonomi kaum pribumi (inlander). Ide ini muncul atas prakarsa Pieter Brooshooft (jurnalis de locomotief) dan tokoh utama C. Th. Van Derventer (politikus) yang berhasil mengakhiri permainan politik tanam paksa (cultuurstelsel) yang sudah dijalankan Belanda selama 40 tahun, atas inisiatif mereka pemerintah Hindia-Belanda perlahan membuka matanya untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang terbelakang.

Pada kenaikan tahta Ratu Wilhelmina tanggal 17 September 1901, ia berpidato di hadapan Parlemen Belanda, menegaskan mengenai suatu penyelidikan tentang taraf kesejahteraan masyarakat yang berada di Jawa. Isi pidato dari Ratu Belanda yaitu sebagai negara kristen, netherland berkewajiban di kepulauan Hindia-Belanda untuk lebih memperhatikan penduduk pribumi, memberikan jalan yang tegas terhadap kristenisasi, serta meresapi keseluruhan tingkah laku pemerintah dengan kesadaran bahwa Netherland mempunyai tugas meringankan beban masyarakat Hindia-Belanda. Politik etis dimulai secara resmi setelah pidato dari Ratu Belanda dan merupakan pertanda dimulainya zaman baru bagi masyarakat Indonesia. Kebijakan dan gagasan Politik Etis ini terangkum dalam program Trias Van Derventer yang meliputi:

1. Irigasi (pengairan), membangun beberapa bendungan untuk mengairi sawah-sawah rakyat, dan melakukan perbaikan secara berkala.

2. Imigrasi, perpindahan penduduk untuk percepatan perataan jumlah penduduk di wilayah Hindia-Belanda, terutama penduduk dari Pulau Jawa.

3. Edukasi, yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan, juga membangun sekolah-sekolah rakyat baru. Ini merupakan program yang paling berdampak positif untuk rakyat.

Tumbuhnya Kesadaran akan Kebangsaan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa hal yang paling berdampak besar dari Politik Etis ini adalah dari Sektor Edukasi atau Pendidikan. Pada awal pembentukan dan perancangan untuk sektor ini Pemerintah Hindia-Belanda menerapkan program edukasi ala barat. Pendidikan ala barat tersebut banyak diterapkan di beberapa sekolah yang didirikan pemerintah Hindia-Belanda, antara lain:

- HIS (Hollandsche Inlandsche School) : jenjang pendidikan rendah atau setingkat SD sekarang.

- MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) : setara dengan SMP, bahasa belanda sebagai pengantarnya.

- AMS (Algemeene Middelbare School) : pendidikan menengah umum.

- STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen) : sekolah kedokteran bumiputera.

- OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) : sekolah pribumi untuk pegawai negeri sipil.

Melalui sekolah-sekolah ini, lahirlah golongan baru dalam masyarakat Hindia-Belanda yang disebut golongan elite baru. Golongan elite baru ini sering disebut juga golongan priyayi. Golongan priyayi tersebut banyak yang berprofesi sebagai dokter, guru, jurnalis, dan pegawai pemerintahan.

Mereka inilah yang memiliki pikiran yang maju dan semakin sadar terhadap berbagai macam penindasan yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, golongan elite baru ini berhasil mengubah corak perjuangan dari yang tadinya bersifat kedaerahan menjadi perjuangan bersifat nasional, serta golongan ini pula berhasil mengubah sebagian besar arah perjuangan yang memakai senjata sebagai tumpuan utamanya menjadi perjuangan dengan suatu perundingan, kerjasama, ataupun diplomasi.

Tentunya pemikiran dan perubahan ini sangat berperan besar pada munculnya kesadaran kebangsaan Indonesia, namun ada juga beberapa faktor tumbuhnya kesadaran kebangsaan, diantaranya:

 

1) Faktor Internal

- Penderitaan masyarakat bumiputera atas penindasan pemerintah kolonial.

- Tumbuhnya kenangan akan kejayaan bangsa di masa lalu. Indonesia pernah berjaya pada masa kerajaan sriwijaya dan majapahit.

- Tumbuhnya kesadaran untuk bersatu

2) Faktor Eksternal

- Masuk dan berkembangnya paham-paham baru di dunia, seperti (Demokrasi, Liberalisme, Komunisme, Nasionalisme, Pan islamisme, dll)

- Kemenangan jepang atas russia tahun 1905.

- Lahirnya pergerakan nasional di wilayah Asia dan Afrika.

Golongan Terpelajar = Pergerakan Nasional

Kini saatnya babak baru perjuangan bangsa Indonesia dimulai. Melalui surat kabar dapat dilihat kondisi para kaum pribumi pada masa Kolonial Belanda, antara lain keterpurukan hidup yang dialami masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang. Status kehidupan yang sangat rendah bila dibandingkan dengan taraf hidup golongan Eropa, perbandingan yang sangat kontras terjadi disepanjang kepulauan Hindia-Belanda selama berabad-abad lamanya, mereka seakan tidak pernah membuka matanya. Eksploitasi besar-besaran terjadi di segala aspek kehidupan, bahkan sumber daya manusianya sekalipun.

Melihat keadaan bangsanya yang tertindas demi kepentingan para petinggi Negara Belanda dan para elit pribumi kemudian bumiputera memiliki gagasan dan mengajak andil peran rakyat pribumi untuk melawan Pemerintahan Kolonial Belanda. Perlawanan tersebut dilatar belakangi atas keinginan maju dan memperluas kesempatan menuntut pendidikan.

Gagasan perlawanan atau gagasan untuk mengemansipasi diri tersebut diawali dengan pembentukan organisasi-organisasi pergerakan nasional, seperti Budi Utomo, Serikat Islam, Indische Partij (IP) yang kemudian diikuti dengan terbentuknya beberapa organisasi lainnya. Di dalam organisasi bentukan para Elit Pribumi tersebut mereka kemudian menyusun langkah-langkah, siasat-siasat konkrit untuk menaikkan derajat kaum pribumi agar tidak lagi tertindas, terhinakan oleh ketamakan Pemerintahan Kolonial Belanda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis