Pria dan Wanita Memang Sangat Berbeda, Meski Begitu Mereka Diciptakan untuk Saling Bekerjasama

Sebuah Titik Temu.

Pernah nggak sih kamu merasa kalau apapun yang kita lakukan itu salah? Utamanya bagi sepasang kekasih atau suami isteri. Pernah? Bagi seorang pria yang dituntut untuk selalu tahu dan mengerti apa yang diinginkan atau dirasakan pasangan wanitanya dengan berbagai kode, itu adalah hal yang berat.

Advertisement

Lalu, jika gagal membaca kode pasangan wanitanya, maka akan menerima risiko didiamkan sampai berjam-jam bahkan berhari-hari silent treatment. Sehingga ujungnya, hubungan menjadi kaku dan jika sering diulang berakibat pada dinginnya hubungan, bahkan bisa-bisa memicu munculnya pihak-pihak lain di dalam hubungan tersebut. 

Dan kata si pria dalam hati, Please lah, aku bukan dukun yang tahu semua yang kamu rasakan dan inginkan hanya dengan kode! Ngomong dong, ngomong! Arghhh! Well, tapi tidak hanya laki-laki yang harus menghadapi hal berat semacam ini dalam sebuah hubungan atau rumah tangga, nyatanya wanita juga bisa menghadapi hal yang sama atau bahkan lebih rumit.

Di mana, ketika pembahasan tentang banyak kode wanita yang ingin dipahami pasangannya mulai dibahas dalam berbagai tulisan, podcast, ataupun stand up, dampaknya membuat kebanyakan wanita kini mulai sadar untuk mulai mengurangi kebiasaan buruk ini. Akhirnya, mereka mulai belajar untuk bisa mengungkapkan apa yang dimau atau diinginkan, dan dirasa dengan langsung membicarakannya kepada pasangan tanpa harus menggunakan kode tertentu – atau dengan tiba-tiba mendiamkan pasangannya.

Advertisement

Namun, sayangnya, kebanyakan pria akhirnya menanggapi proses belajar ini dengan menganggap kalau wanitanya terlalu cerewet, suka ngomel, dan banyak maunya. Lalu kata si wanita dalam hati, Binguh ih, diam salah, ngomong dibilang ngomel lah, marah lah, ini lah, itu lah. Arghhh! Lalu, siapa yang salah dong? 

Pada dasarnya atau konsepnya, setiap orang selalu merasa benar menurut anggapan mereka sendiri. Sehingga, jawaban dari siapa yang salah ini, tentu saja tidak ada yang salah. Perlu diingat lagi bahwa, ketika Pencipta menciptakan manusia kedua, si Hawa, Dia tidak berniat menciptakanNya untuk akhirnya saling berebut, berdebat, berselisih, bahkan bertengkar dengan si manusia pertama, Adam. Tidak seperti itu, salah besar.

Advertisement

Tapi, Dia mulai berinisiatif untuk menciptakan Hawa, karena Dia melihat bahwa si Adam tak akan mampu merawat taman Eden sendirian. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa, diciptakannya Hawa atau wanita itu tujuannya untuk saling bekerjasama untuk menjaga dan merawat taman Eden. 

Dari dasar ini, kita harusnya mulai sadar bahwa solusi dari permasalahan-permasalahan yang muncul antara laki-laki dan wanita di dalam sebuah hubungan atau pernikahan di zaman sekarang ini adalah, dengan mulai  menyadari lagi bahwa kita itu bukan musuh tapi partner. Kita diciptakan, ada, dan hidup di bumi ini bukan untuk saling mengungguli, melukai, menjatuhkan, atau merendahkan, tapi untuk bisa saling bekerjasama menjaga dan merawat bumi.

Sehingga, untuk mengatasi permasalahan tentang kode, mendiamkan silent treatment, menyampaikan apa yang dirasa dan dimau adalah saling ngalah atau intropeksi diri dan mulai mencari titik temunya di tengah.

Nah, gimana tuh maksudnya? Ya, mungkin untuk para kaum Adam atau laki-laki itu, dengan cara mulai mau menaikkan tingkat ke-peka-annya, inisiatifnya dalam memahami pasangan wanitanya. Karena kadangkala meskipun sudah belajar untuk meminimalisir kode dengan mengutarakan apa yang dirasa dan dimau, tapi ada masanya wanita itu juga ingin untuk sesekali dimengerti dan diperhatikan tanpa mereka mengutarakan secara detail semuanya – ya, sesekali mengharapkan inisiatif dari prianya.

Dan, untuk kaum Hawa atau wanita, seperti yang sudah dijelaskan secara tersurat diatas, mulailah untuk tidak menggunakan kode-kode atau bahkan sengaja mendiamkan pasanganmu ketika perasaan dan maumu gagal mereka pahami.

Kalau pria meningkatkan ke-peka-an, maka wanita harus mau juga menurunkan rasa egoisnya untuk harus bisa dimengerti tanpa mau ngomong dan hanya memberikan kode, dengan mulai belajar ngomong. Iya, belajar membiasakan untuk bisa menyampaikan apa yang dirasa dan dimau kepada pasangannya.

Kalau akhirnya dianggap cerewet, suka ngomel, atau bahkan banyak maunya oleh pasanganmu, jangan-jangan ada yang salah dari caramu menyampaikan sebuah rasa dan keinginan – salah cara berkomunikasi. Mulai lah mencoba menyampaikan apa yang dirasa dan diinginkan dengan cara yang benar. Salah satu contohnya, wanita harus lemah lembut dalam membahasakan semua yang dirasa dan diinginkan kepada pasangan prianya.

Lemah lembut? Berarti harus pelan-pelan dong? Hahaha. Bukan secara harafiah begitu artinya, tapi lemah lembut disini itu artinya kita bisa tahu kapan waktu yang pas atau tepat untuk mulai mengkomunikasikan apa yang dirasa dan diinginkan kepada pacar atau suami.

Jangan coba-coba menyampaikan perasaan dan keinginan ketika pacar atau suami kita baru pulang kerja atau melakukan aktivitas yang berat dan melelahkan, karena itulah asal muasal akhirnya mereka menganggap atau melabeli wanita yang mulai mau mengungkapkan perasaan dan maunya dengan label wanita cerewet, suka ngomel, dan banyak maunya.

Cobalah untuk menahan dan menunggu waktu yang tepat ketika ingin menyampaikan hal-hal yang kamu rasakan dan inginkan kepada pasangan priamu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Shangrila.(n) ; any place of complete bliss and delight and peace→The Lost Horizon, James Hilton(England,1933)™ Passion Never Weak

CLOSE