Puisi 1:
Manusia-Manusia Penanti
Sampai kapan harus begini?
Atau memang terus seperti ini?
Tak habis pikir saja
Mengapa selalu dirundung sunyi?
Tak pernah ada yang menemani
Aku juga ingin merasakannya
Merasakan yang ia rasakan
Bersama denganmu setiap saat
Di kala surya mulai menyapa hingga akhirnya ia menepi
Â
Benarkah bakal terus begini?
Namun aku telah berjanji
Tak akan berdebar hati ini tatkala wajahmu kupandangi
Tak akan ada lagi rasa yang tumbuh pabila kita bertemu lagi
Tapi nyatanya apa?
Bahkan sekadar terpampang namamu dalam notifikasi
Menyeruak keluar segala yang terpendam di ulu hati
Keluar bak duri yang menusuk setiap inci tubuh ini
Dan hanya dengan melihatmulah aku terobati
Â
Maka jadilah aku manusia penanti
Yang kelak bertemu kasihnya jika Tuhan menghendaki
Atau malah kekal menanti hingga sepi rela 'tuk pergi
Â
Masih berharap akan tibanya setitik cahaya
Namun aku mencoba realistis saja
Kau tak akan sudi menjemputku, kan?
Â
Puisi 2:
Dengki
Ada satu perasaan
Yang sangat sulit untuk dilepaskan
Telah berusaha meninggalkannya
Hanya saja
Ia selalu muncul dari arah yang tak terduga
Â
Sudah kucoba
Untuk tak mengindahkannya
Untuk memaksa diri agar tersenyum
Di kala senang menghampiri mereka
Hanya saja
Dengki ini nyaris tak terbendung
Â
Ingin menyudahi segalanya
Namun hati masih tak rela
Serasa ingin terus menang sendiri
Masih ingin sorot lampu hanya menuju diri ini
Ataukah dengki telah merajai tubuh ini?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”