Dimulai dari perkenalan, antara aku dan kamu
Hingga tak tau mata dan hati bicara apa waktu itu
Aku bagai perempuan yang naif
Namun, engkau bagai lelaki yang pintar
Â
Nan indah pancaran sinar matamu dan manis senyummu, seolah menghipnotis pandanganku
Ini membuat ku menduga-duga, rasa apa yang tertancap dalam dada
For the first in my heart, I don’t know
Entahlah dengan aku yang masih dalam spekulasiku
Â
Bertanya dalam logika dan hati
Rasa apa yang sebenarnya ada dalam dada
Ini seakan menjadi suatu hal yang masih dalam ketidak mungkinan
Ataukah aku yang hanya mengingkari rasa
Â
Namun seiring berjalannya waktu bersama denganmu
Terasa nyaman ketika bersama dan kau yang selalu ada dalam setiap suka dan dukaku
Oh Tuhan, mungkinkah aku menyukaimu dan rasa ini semakin bertambah
Engkau yang tahu dan Maha membolak-balikkan hati, renungku..
Â
Ruang dan waktu seiring berjalan begitu cepat
Masih sulit untuk aku membaca perangaimu karena,
Aku yang masih meragu
Â
Waktu dan proses yang akan menjawab suatu kebenaran
Atau suatu kesalahan dalam rasa yang disebut cinta
Tapi itu semua aku serahkan pada Tuhan Sang Maha Petunjuk
Intuisiku memang tak mudah untuk meyakini rasa seutuhnya
Sebab menaruh harapan kepada manusia akan selalu berakhir dengan kekecewaan. Renungku..
Â
Yang berlebihan tak kan baik pada akhirnya
Aku yang selalu mengalihkan pernyataan mu tentang rasa cinta
Harusnya aku tak senaif itu atau mungkin aku yang belum siap tuk jatuh cinta, maafkan aku..
Â
Rasamu, apakah mungkin mempunyai batas tenggang waktu?
Untuk itu jika kamu lebih bisa meyakinkanku
Dan jika Tuhan izinkan aku tuk belajar rasa dengan mu, maka..
Ini adalah kali pertama kuberanikan diri berproses pada suatu rasa yaitu cinta
Â
Cerminan jodoh adalah diri sendiri
Ikatan suci pernikahan adalah pilihan dan restu
Nantinya yang baik akan dipersatukan dengan yang baik sebab..
Tuhan tak pernah tutup mata
Aku dan kamu, akankah kita berjodoh?
Â
Yang terdalam tentang penyambutan hati
Akankah ini menjadi suatu kisah yang tercipta atau
Nanti yang akan dituliskan di dalam
Gagasan yang beraturan.. atau,
Â
Apakah kita yang meragu bersama?
Baik, jika itu alur kisahnya (dalam hati) Maka,
Untuk apa jua hati memberikan penyambutan tanpa penjelasan pasti.. (raguku) dan kini
Usai sudah keraguan, ketika dirimu
Undurkan diri secara perlahan, meninggalkan pertanyaan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”