Rasanya Ramadan Perdana di Perantauan. Antara Rindu Rumah tapi Ingin Tetap Bertahan

Ramadan pertama anak perantauan

Memasuki bulan suci Ramadan kali ini mungkin akan terasa berbeda bagi anak kos yang baru pertama kali merasakan ibadah puasa jauh dari orang tua. Akan ada hal baru yang mereka rasakan, yang biasa sahur dibangunkan oleh orang tua terutama Ibu mereka, sekarang mereka harus sahur sendiri, harus mencari makanan untuk sahur mereka sendiri juga.

Advertisement

Tidak jauh berbeda, mereka juga harus memikirkan menu apa yang akan mereka santap untuk berbuka puasa nanti. Seru memang karena menjadi pengalaman baru untuk kehidupan. Tapi bagaimana bagi mereka yang justru tidak bisa jauh dari orang tua, dan terpaksa merantau. Mungkin akan membuat mereka kebingungan harus berbuat apa. Bagi mereka yang memang ingin mencoba hal baru mungkin akan senang dan asyik dalam menjalaninya.

Lalu cara apa saja yang biasa dilakukan para anak kost dalam menentukan bukaan puasa mereka? Para anak kos ini akan dijuluki sebagai PPT alias Para Pemburu Takjil yang tentunya takjil yang gratis. Demi menghemat uang saku, mereka rela berkeliling mencari masjid-masjid besar terutama untuk mendapatkan takjil sampai makan besar. Mau laki-laki atau perempuan mereka akan berlomba-lomba untuk dapat menghemat uang saku mereka. Unik dan seru memang dan hal ini memang akan rutin dan sudah menjadi tradisi yang dijalani oleh mereka para PPT. Bahkan di grup-grup sosial media mereka memang sudah ada beberapa yang menginfokan tempat mana saja yang menyediakan takijl.

Kegiatan seperti ini akan banyak dijumpai di daerah sekitar kampus dan kos-kosan tempat para anak rantau tinggal. Bukan tanpa alasan mereka melakukan hal demikian, menghemat uang saku mereka lakukan agar mereka dapat membeli tiket untuk kembali ke kampung halaman mereka, karena memang rata-rata tiket untuk mudik cenderung akan lebih mahal daripada hari biasanya.

Advertisement


Alasan lain, bagi anak kos uang mereka dapat digunakan untuk membeli kebutuhan lain misalnya untuk membeli baju lebaran ataupun barang-barang kebutuhan kuliah lainnya. Para mahasiswa ini memang harus pandai memutar otak dalam me-manage keuangan mereka.


Lain halnya dengan anak kos yang PPT, ada juga anak kos terutama para mahasiswa justru memanfaatkan kesempatan Ramadan kali ini sebagai aji mumpung untuk berwirausaha. Mereka akan membuka lapak di pasar Ramadan saat menjelang waktu buka puasa. Para anak kos ini akan berjualan beraneka takjil seperti kolak, sop buah, gorengan, jajanan pasar hingga makanan besar. Dagangan mereka ada yang sengaja membuat sendiri lalu mereka jual ada juga yang mengambil dari orang lain lalu mereka jualkan dan membagi keuntungannya.

Advertisement

Ketika nanti akan mendekati lebaran mereka juga akan memutar otak lagi selain menjual menu buka puasa, mereka juga akan berjualan baju-baju lebaran dengan harga yang lebih miring daripada di toko-toko lain karena mereka biasanya akan membuka lapak di pasar kaget Ramadhan yang beroperasi biasanya dari pagi sampai sore, dan menjelang buka puasa akan digunakan untuk lapak takjil.

Kegiatan tersebut mereka lakukan juga bukan tanpa alasan. Mereka berjualan demi untuk menambah uang saku mereka yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan kuliah mereka. Mereka tidak akan malu karena apa yang mereka lakukan merupakan perbuatan yang halal dan tidak merugikan orang lain. Ini juga bisa menjadi titik awal mereka dalam berwirausaha, bahkan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya menjadi seorang wirausahawan.


Kisah anak peratauan memanglah sangat beragam, cara mereka dalam melewati bulan Ramadan di tanah perantauan juga bermacam-macam.


Semua kegiatan yang mereka lakukan semua ini menjadi sebuah pengalaman baru bagi kehidupan mereka. Ini juga akan membuat seseorang lebih mandiri lagi dan mampu menghadapi dunia baru di masa depan. Hal yang kecil memang tapi pasti akan membawa suatu perubahan besar. Ramadan memang akan selalu membawa berkah bagi para umat yang sedang menjalani ibadah di bulan suci ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE