#RamadandiPerantauan Bukan Berarti Tidak Rindu Kehangatan Rumah, tapi Semata Karena Sayang dengan Keluarga

Ramadan di perantauan tanpa keluarga


Sudah di PHK, tak bisa pulang juga karena Corona.


Advertisement

Kalimat itu rasanya seperti tak ingin keluar dari mulutmu. Tapi apa daya, kenyataan itu harus kau terima. Lagi-lagi, bisa merayakan ramadan di rumah bersama keluarga hanya sebatas wacana. Bukan karena tak rindu rumah, hanya saja kebijakan pemerintah harus ditaati oleh semua warganya. Tak terkecuali dengan dirimu.

Rasanya tak tega memberikan kabar untuk ayah-ibu di rumah, namun mereka juga harus tahu keadaanmu yang jauh dari pelukan mereka. Hampir setiap jam kau menilik saldo ATM atau pun dompet yang rasanya semakin berkurang dan menipis saja. Rencana ingin membelikan baju baru untuk keluarga jadi tertunda, bahkan tidak bisa karena harus kau pergunakan untuk memperpanjang hidup di perantauan.

Yang biasanya ada keponakan atau saudara dari luar kota berkunjung, kini mungkin tak bisa lagi. Yang dulunya ada yang minta THR, kini juga tak tega sebenarnya untukmu tak memberikannya. Yang tahun kemarin masih bisa buka bersama teman-teman satu kerjaan, kini harus mendengar mereka hanya dari ujung telvon atau hanya bertatap muka dari video call saja.

Advertisement

Tak bisa dan tak mungkin untukmu menyalahkan keadaan, kenyataan ini harus tetap kau jalani. Apalagi ditambah dengan tagihan pembayaran kos yang selalu siap menanti tiap bulannya. Rasa hati ingin pulang saja dan hidup di rumah saja. Tapi apa daya semua itu tidak bisa. Pekerjaan pun sementara belum ada, entah sampai kapan waktunya.

Rasa rindu kali ini jauh lebih berat. Mau beli takjil atau makan buat buka puasa harus jaga jarak. Jabat tangan pun harus diganti dengan cara yang lain. Semua serba dibatasi untuk mencegah penularan virus yang bisa datang kapan saja. Seperti dirimu yang memang tak bisa pulang karena kau sangat sayang kepada mereka. Kau tidak ingin dengan kepulanganmu justru menambah beban mereka karena virus yang mungkin bisa saja kau bawa.

Advertisement

Demikian juga denganmu yang kini harus berjuang di garda terdepan. Dirimu yang harus dinas di luar kota dan berjuang menyelamatkan pasien COVID-19. Ramadan kali ini kau harus berjuang lebih extra dari sebelumnya. Kau ingin melihat mereka sembuh dan mereka bisa merayakan ramadan bersama keluarga mereka. Namun, untuk dirimu sendiri, kau harus rela menahan diri untuk memeluk keluargamu sendiri. 

Semua kerinduan tentang sholat tarawih bersama dan membunyikan tong-tek untuk membangunkan warga untuk sahur setiap tahunnya, kini rasanya tidak bisa. Semua perbedaan itu rasanya sangat kentara. Berharap keadaan bisa segera membaik agar kau pun bisa segera bekerja kembali. Bisa pulang dan kembali ke tanah rantau tanpa disertai kekhawatiran.

Semoga Ramadan tahun ini bisa memberikanmu pelajaran lebih. Lebih bisa bersabar, lebih bisa menahan rasa kecewa dan marah karena keadaanmu kini yang tidak bisa berbuat apa-apa. Lebih bisa bersyukur dengan apa yang kau makan dan minum saat berbuka atau pun saat sahur. Lebih bersabar untuk menahan rasa rindu yang tak terkira.

Tanpa mengurangi rasa hormatmu pada mereka yang kau sayangi, kau mengucapkan kata maaf meski harus terbatas jarak dan waktu di sana. Semoga puasamu tetap kuat, ya. Doa orangtuamu selalu mengiringi langkahmu di sana.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

Editor

une femme libre

CLOSE