#RamadandiPerantauan Negara Afrika Timur, Tanzania

Waktunya Kontemplasi dan Menyadari Kasih Nya yang Tiada Berkesudahan

Empat kali Ramadan terlewati, sudah empat kali lebaran dirasakan dan tanpa terasa, hampir genap 4 tahun saya menjalani kehidupan di Dar es Salaam, Tanzania, negara bagian di Afrika Timur. Mungkin sebagian dari kalian yang membaca ini masih asing dengan Tanzania, karena banyak yang mengira Tanzania adalah Tasmania atau negara yang terletak di Afrika Selatan. Sedikit informasi Tanzania adalah negara cantik nan eksotis yang terletak di Afrika bagian Timur. Berbatasan dengan Kenya, Uganda, Rwanda, Burundi, Democratic Republic of Congo, Zambia, Malawi, dan Mozambique dengan luas wilayahnya adalah 945.087 km2 dan terkenal dengan gunungnya yaitu Kilimanjaro dan taman nasional Serengeti, dengan beragam hewan liar didalamnya.

Advertisement

Menjelang akhir tahun 2016, saya memutuskan untuk merantau ke Tanzania, untuk bekerja. Merajut mimpi dan mengukir asa, sejalan dengan tekad saya setelah lulus SMA, yang selalu ingin menempuh pendidikan atau bekerja diluar negeri. Pada akhirnya, secara perlahan pintu itupun terbuka.

Terdapat quote yang mengatakan, “If Your Dream Doesn't Scare You, It Isn't Big Enough.” Hal ini terasa benar adanya, karena memutuskan untuk merantau ke negeri orang dan menjalani kehidupan selama beberapa tahun itu adalah pengorbanan yang cukup menguras emosi. Sepi, sendiri, rindu keluarga, sahabat dan tanah air menjadi tantangan tersendiri di masa merantau ini.

Akan tetapi ada nikmat lainnya yang tersembunyi dikala kegalauan itu melanda yaitu, kedamaian atas rasa syukur kepada Tuhan yang tiada henti karena Ia selalu menopang dan menguatkan diri saya selama di perantauan. Pada tahun pertama saat merantau, semuanya dimulai dari titik awal. Segala kesulitan, tangis, rasa sedih, bahagia terlewati hari demi harinya dengan banyak pelajaran didalamnya. Namun, kehidupanku senantiasa tak terlepas dari tangan pemeliharanNya selama berada dimasa merantau ini. Tak dibiarkannya ku jatuh tergeletak karena tanganku dipegang teguh.

Advertisement

Setiap memasuki bulan Ramadan di Tanzania pada tahun – tahun sebelumnya, saya bersama keluarga besar di kantor dan warga Indonesia lainnya yang sedang berada di Tanzania, sering menjalankan kegiatan bersama. Mulai dari ibadah, buka puasa bersama hingga merayakan hari kemenangan secara bersamaan. Beragam hidangan Indonesia spesial lebaran selalu ada menghiasi kebersamaan kami di Tanzania, mulai dari opor ayam, sambal goreng ati, ketupat, sate ayam, sayur lodeh, rendang dan tidak ketinggalan kue nastar dan kastengel. Hal ini terjadi karena rasa senasib sepenanggungan yang timbul Ketika berada di perantauan. Keluarga besar Indonesia di Tanzania selalu berusaha untuk menghadirkan keindahan masa Ramadan di tanah air serta nuansa dan tradisi Indonesia yang sering dilakukan di kampung halaman kami masing – masing, karena adanya perbedaan budaya tanah air dan negara yang kini kami tinggali. Memasuki bulan Ramadan tahun 2020 ini terasa sangat berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya. Mungkin tidak hanya dirasakan oleh kami yang sedang merantau di negeri orang tetapi juga masyarakat Indonesia yang berada di tanah air. Pada masa karantina pandemik Covid19, banyak kegiatan selama bulan Ramadan yang ditiadakan. Hingga saat ini, saya dan warga negara Indonesia yang berada di Tanzania juga sedang berusaha untuk melakukan program social distancing.

Namun begitu, bulan Ramadan dimasa pandemik Covid19 ini menjadi waktu bagi saya dan juga mungkin sebagian banyak orang untuk berkontemplasi dan menyadari kasih Nya yang tiada berkesudahan. Hal pertama, selama masa pandemik ini kami bisa saling berbagi. Walaupun saya dan banyak masyarakat Indonesia di Tanzania tidak bisa menghabiskan waktu bersama, seperti berbuka puasa bersama tetapi kami masih bisa menjaga tali silaturahmi. Salah satunya adalah dengan berbagi, saya membantu mendistribusikan bantuan seperti handsanitizer, sabun dan sembako ke rumah – rumah beberapa warga negara Indonesia di Tanzania, karena kantor dimana saya bekerja mengadakan kegiatan tersebut. Hal ini mampu menjadi obat dikala hati yang rindu untuk bersilaturahmi di bulan Ramadan ini.

Advertisement

Selain itu, walaupun saya berada jauh dari keluarga besar serta para sahabat di tanah air dan banyak mendengar kabar tidak baik terkait pandemik Covid19 ini, saya masih bisa merasakan berkat dari-Nya bagi saya. Hingga saat ini saya masih bisa bekerja dan membantu keluarga di rumah.

Keadaan kesehatan yang masih terjaga, kebutuhan yang masih tercukupi, menikmati makanan yang menggugah selera, tidur dengan nyaman dan tinggal di rumah yang masih memiliki atap, mendengar suara orang tua, saudara, teman dari telefon yang masih mengatakan bahwa kondisi mereka baik dan sehat. Hal ini merupakan nikmat dan berkat yang tidak ternilai apabila kita mau menyadarinya. Merantau di negeri orang dan menjalani aktivitas di masa pandemik ini tidaklah mudah. Akan tetapi biarlah kiranya masa sukar ini menjadi waktu bagi kita untuk berkontemplasi dan menyadari bahwa kasih Tuhan yang tiada berkesudahan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Indonesian living in Tanzania

CLOSE