Ketika sedang berjalan sendiri—khususnya bagi perempuan—lalu melewati gerombolan pria, wajarkah bila merasa waswas? Itulah yang sering kali saya rasakan terutama sejak merantau untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Dalam sehari-hari, wajar bagi saya untuk berjalan kaki sendiri, dari kos menuju kampus dan sebaliknya, karena jarak yang cukup dekat. Jika melewati gerombolan pria, perasaan tidak enak sering merayap dalam hati dan berharap saya bisa lebih mempercepat langkah kaki. Walau terkadang mereka tidak bermaksud jahat, saya tetap selalu waspada. Ini terjadi karena saya mempunyai beberapa pengalaman tidak mengenakkan.
Seperti malam itu saya sedang mendapat giliran untuk menjaga pos medis bersama beberapa teman dan satu senior koas di Arena Lapangan Futsal dalam rangka pertandingan futsal Dies Natalis oleh Fakultas Kedokteran. Saya dan salah satu senior koas—yang kita sebut saja Mbak Tata—memutuskan untuk salat maghrib di masjid sekitar area futsal. Sepulangnya dari masjid, kami berjalan melewati tempat makan Warmindo. Ketika melewati tempat itu, terdengar suara seperti Assalamu’alaikum mbak yang pakai kerudung dengan nada mengganggu dan kata-kata semacamnya. Hanya saya yang mendengarkan karena Mbak Tata sedang sibuk mendengarkan Zoom Meeting. Saya pun berpura-pura tidak tahu dan lanjut saja berjalan.
Beberapa minggu setelahnya, hal yang mirip juga terjadi. Setelah melakukan responsi laboratorium, saya berjalan pulang. Siang itu keadaan sepi. Di tengah perjalanan, terdapat gerombolan pria—yang saya pun kurang tau siapa mereka. Jarak saya dengan mereka pun tergolong tidak terlalu dekat. Namun, terdengar pula suara-suara seperti Halo kakak, sendirian aja dan sebagainya. Saya pun hanya berpura-pura mengecek hp dan tidak menghiraukan mereka.
Bisa jadi saya yang terlalu berprasangka, tetapi menyatakan kalimat seperti itu dengan nada mengganggu tanpa maksud tujuan apa pun membuat saya tidak nyaman. Apalagi saya tidak mengenal sama sekali siapa mereka. Jika maksud mereka ramah, perkataan yang dilontarkan dengan nada seperti itu tidaklah pas dilakukan. Apalagi kepada orang asing. Hal itu bisa saja membuat orang lain tidak nyaman. Selain perkataan, ada suatu pengalaman yang membuat saya bertanya-tanya apakah itu termasuk ramah atau memang menjadi masalah.
Pada bulan Mei 2022, siang itu saya baru saja melakukan cap tiga jari ijazah di SMA saya yang berletak di Jakarta. Teman-teman berencana untuk makan siang bersama di daerah Kemang, saya pun tertarik dan ikut dengan mereka. Setelah makan, kami pulang menggunakan Transjakarta. Keadaan waktu itu memang cukup ramai. Sepanjang perjalanan saya berdiri sampai tiba-tiba ada penumpang yang berdiri dari duduknya dan hendak turun, menyisakan kursi kosong. Seorang bapak paruh baya di belakang saya memberitahu dan menujuk kursi kosong tersebut.
Namun, saat hendak berjalan ke arah kursi tersebut, tiba-tiba bapak paruh baya tersebut memegang pinggang saya. Saya pun terkejut dan merasa tidak nyaman. Saya tidak tahu apakah maksud bapak tersebut hanya untuk memberitahu saya atau ada maksud lain. Yang jelas, itu adalah suatu pengalaman yang kurang menyenangkan bagi saya.
Demikianlah, hal-hal tersebut bisa saja terjadi tanpa kita ketahui apakah maksud sang pelaku baik atau sebaliknya. Karena itu, khususnya sebagai perempuan, berhati-hatilah ketika melewati gerombolan pria asing ataupun di tempat umum. Memang tidak semua pria seperti itu, tetapi kita tidak tahu apakah yang kita temui mempunyai maksud baik atau tidak. Akan lebih baik jika kita berhati-hati.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”