Kata orang percintaan di masa SMP itu adalah hal yang paling sulit dilupakan. Wah, sepertinya memang benar adanya. Terdengar aneh dan sedikit berlebihan, tapi sejujurnya memang ini yang aku rasakan.
Aku dan dia berada dalam satu organisasi yang sama dan dari sinilah semuanya bermula. Aku yang saat itu berada di kelas 7 dan dia yang berada satu tingkat di atasku membuatku berpikir bahwa rasa yang muncul setiap membicarakannya hanyalah sebuah perasaan kagum.
Awalnya biasa saja ketika berbincang bersama, namun entah mengapa perlahan muncul rasa canggung bahkan ketika berpapasan saja. Dalam satu oganisasi yang sama yang juga artinya sering bertemu dan bekerja bersama membuat rasa kagum itu perlahan berubah jadi perasaan suka.
Memasuki kelas 8 yang artinya sang adam berada di kelas 9 membuat semuanya jadi terasa lebih nyata. Tak ada satu hari pun tanpa perbincangan. Semua hal kita bicarakan mulai dari keluh kesah satu sama lain, aktivitas apa yang akan dikerjakan di hari itu, berbagi rekomendasi musik, curhat tentang berbagai hal, dan perbincangan random lainnya. Selama itu terjadi, waktu bagaikan berlalu dengan cepat nan indah bagiku. Dari situ pula aku mulai sadar bahwa memang benar adanya. Aku menyukai dia.Â
Semua berjalan lancar, sampai pada akhirnya aku mulai berani menyinggung dan memberi kode pada sang adam bahwa diriku ini menyukainya. Entah sang adam yang tidak paham atau memang kode ku yang tak sampai padanya, namun dia tak kunjung peka. Banyak hari yang kuhabiskan hanya untuk memberinya sebuah kode namun tetap saja berujung nihil. Sampai sang adam menunujukkan gerak-gerik bahwa dirinya tak memiliki perasaan apapun untukku.
Friendzone menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku saat itu. Yap, dirinya hanya menganggapku seorang teman tanpa perasaan lebih dari itu. Dari situ aku mulai bertekad untuk memberi sedikit jarak antara aku dan dia agar rasa ini tak lagi bertambah. Namun semesta terlalu usil padaku. Sang adam justru semakin gencar dekat denganku. Akhirnya aku harus siap berdiri dalam hubungan sebatas pertemanan dengan sang adam.Â
Semesta memang terlalu suka menjahiliku. Di akhir masa kelas 9-nya, sang adam mendadak pergi menjauh dengan alasan yang masih sulit kupahami. Bagaimana perasaanku? Ah, sudah pasti sakit hati. Tiga bulan sejak sang adam memutuskan pergi masih terasa berat untukku. Menangisi takdir mengapa aku dan dirinya tak bisa seperti dulu.
Untuk pertama kalinya, aku merasa bersyukur berada dalam sebuah status friendzone dari pada dijauhi sang adam. Satu tahun berlalu, aku mulai membuka hati untuk pria lainnya. Naas, hanya berjalan sekitar 2 bulan saja. Karena faktanya dia yang berjalan denganku selama 2 bulan tak bisa menggantikan sang adam yang membuatku bersyukur terjebak dalam hubungan friendzone.
Jatuh bangun dalam proses move on ku jalani hampir satu tahun lebih. Dan pada akhirnya, aku berhasil keluar dari lingkaran move on dan melupakan sang adam beserta perasaan serta kenangannya.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”