#RemajaBicaraKespro-Terbatasnya Informasi Kesehatan Reproduksi, Membuatku Dilema Beradaptasi

Dilema Adaptasi Menstruasi Pertama

Hai Sobat Hipwee, gimana nih kabarnya? Semoga sehat selalu dan tetap jaga protokol kesehatan ya. Kali ini aku ingin cerita pengalamanku tentang kesehatan reproduksi atau kespro. 

Advertisement

Seperti yang kita ketahui, 'tabu' masih melekat di masyarakat, apalagi kalau bahasannya kespro maupun seksualitas. Tabu inilah yang menjadi alasan terkendalanya aku beradaptasi di masa awal remaja. Sebagai anak perempuan, peralihan ke masa remajaku ditandai dengan menstruasi pertama. Pengalaman ini adalah kisah di masa SD tepatnya kelas 6.

Sedikit gambaran tentang sekolahku merupakan sekolah swasta berbasis agama dengan sistem full day school. Di kelas 6 para siswa mendapatkan materi kespro yang terangkum di mata pelajaran IPA. Ingatanku jelas tentang ini. Ketika kelas kami berlangsung, sang guru (kami menyebutnya Ustadzah) mengajarkan tema pubertas. Guru kami menjelaskan dengan panduan dari modul pembelajaran sembari memperhatikan seluruh siswa di kelas. Saat pertengahan pelajaran, sebuah pertanyaan muncul oleh teman kelasku.

“Ustadzah, kalau perempuan halangan itu kan berdarah, nah itu lewat mana keluarnya?” tanya teman kelasku. Guruku menjawab “Darah menstruasi itu keluarnya di bagian bawah, Nak”. Jawab guruku dengan singkat. Aku pun masih kurang paham dengan maksud sang guru. Dan ternyata tidak hanya aku saja yang bingung akan materi itu. Aku mendengar temanku berbisik dengan teman lainnya.

Advertisement

“Di bagian bawah yang mana itu maksudnya? Terus kalau laki-laki itu mimpi basah kayak bagaimana?”. “Tidak tau juga, coba yuk tanya ke Ustadzah”. “Mau tanya tapi malu..”. Karena merasa malu, tak satupun dari kami melanjutkan bertanya. Teman-temanku merasa sebaiknya tanya secara privasi ke guru karena malu didengar teman laki-laki.

Pelajaran di hari itu terasa cepat dan guru kami selalu mengakhiri sesi pembelajaran dengan nasehat, “Anak-anakku, kalau sudah 'baligh' ingat ya jaga diri, batasi pergaulan dengan lawan jenis, jangan tinggalkan shalat dan ibadah lainnya. Kalau sudah 'baligh', dosanya bukan orangtua lagi yang menanggung Nak, namun kita sendiri". “Baik, Ustadzah,” jawab kami serentak.

Advertisement

Bel pun berbunyi. Kami para siswi memanfaatkan waktu istirahat membeli makanan di kantin dan membawanya ke taman bermain sambil bercerita disana. Teman-teman perempuan di kelasku itu kalem banget, tapi sekalinya kumpul curhatnya panjang lebar dari A sampai Z. Maklumlah, kan perempuan memang seperti itu, hahaha.

Sesi istirahat di hari itu penuh dengan bahasan seputar menstruasi. Mulai dari cerita pengalaman menstruasi, pantangan saat menstruasi, sampai mitos yang tersebar membuat kami percaya begitu saja. Ada tiga mitos yang sangat berdampak dengan keseharian kami para gadis ketika mengalami menstruasi.

Pertama, kalau menstruasi jangan keramas nanti darahnya nggak lancar keluar. Kedua, kalau membersihkan darah menstruasi, jangan saat sebelum tidur malam nanti diganggu sama makhluk halus. Ketiga, kalau sudah menstruasi terus sentuhan tangan sama laki-laki nanti bisa hamil. Bagaimana nih, apakah mitos ini pernah kalian lalui juga? Hehehe.

Dari semua mitos itu, banyak kejadian lucu yang kami alami. Salah satunya sahabatku. Sebut saja Fitri, gadis yang paling populer di kelas. Sahabatku ini adalah teman yang paling pertama mendapatkan menstruasi di antara kami. Singkatnya, temanku Liza yang berkarakter humoris dan jahil sering banget mendorong kami ketika berpapasan dengan teman laki-laki. Nah, sahabatku lah yang menjadi korban keusilannya itu. Karena percaya mitos, lantas kami terkejut dan sahabatku menangis.

Berbeda denganku, menstruasi pertama ketika pertengahan semester kelas 6. Saat itu kami kelas 6 berolahraga di lapangan. Awalnya aku yang bersemangat tiba-tiba merasa sakit kram di bagian perut, kepala pusing, dan wajah terlihat pucat. Karena nggak sanggup, aku pun memutuskan izin pada guru dan meminta bantuan sahabatku untuk mengantarku ke UKS. Saat itu aku mengira sakit maagku kambuh. Akhirnya aku mengambil obat maag di kotak P3K.

Ketika aku merasa sedikit baikan, aku pergi ke toilet dan terkejut karena melihat sedikit flek darah. Aku pun panik dan dilema harus mengatakan ke temanku atau tidak. Aku berusaha menenangkan diri dan temanku menanyakan apakah aku baik-baik saja. “Hmm, sakit perutku karena menstruasi,” ucapku. Seketika temanku berteriak, “Aaa.. akhirnya ada temanku juga barengan menstruasinya,” responnya sambil tertawa.

“Yaah, kenapa dapatnya di sekolah. Terus sekarang bagaimana, nggak bawa pembalut juga nih," keluhku dengan panik. “Ayo kita beli di kios dulu, tapi nanti pas izin ke Ustadz bilang mau beli minyak kayu putih”. Kami pun pergi ke kios di luar sekolah. Sesampainya kami di kios, membeli pembalut pun rasanya malu sekali. Mungkin kami tidak terlalu malu jika yang melayani kami Bibi kios, tapi kami dilayani oleh Paman. “Mau beli apa?”. “Mmm,itu Pak mau beli minyak kayu putih,” jawabku.

“Ada lagi?” Aku menatap ke sahabatku sambil memberikan kode harus bilang gimana. “Mmm, itu Pak mau beli pembalutnya satu,” jawab sahabatku sambil ragu-ragu. “Oh itu, sudah jadi remaja ya muridnya Ustadz ini”. “Hehe, iya. Minta tolong dibungkus di plastik hitam ya, Pak”.

Setelah berhasil membeli pembalut, aku pun menyembunyikan dalam saku rok dan minyak kayu putih digenggam oleh sahabatku. “Ustadz, ini kita sudah beli minyak kayu putihnya”. “Oke, segera kembali ke kelas ya”. “Baik, Ustadz”. Kami pun pergi dan aku bergegas menuju ke toilet untuk memakai pembalut. Lagi-lagi, aku kebingungan cara memakainya. Akhirnya aku bertanya ke sahabatku dari balik pintu dan dia menjelaskan.

“Oh ini pakainya buka bungkusannya terus langsung direkatkan ke pakaian dalam. Pas pertama menstruasi aku juga nggak tau cara pakainya. Akhirnya aku tanya ke mamaku. Eh, ini di bungkusnya ada cara pemakaiannya ternyata”. “Ehh, iya baru sadar juga aku, hahaha”. Setelah dari toilet, aku dan temanku kembali ke kelas dan mengabarkan teman perempuan lainnya. Lantas mereka terkejut dan saling bertanya, “Wah sudah dua orang, kira-kira kapan ya aku menstruasi juga?”.

Itulah pengalamanku dengan dilema menghadapi menstruasi pertama. Sesekali di waktu istirahat kami bertanya pada guru dan terkadang mengalihkan topik pembicaraan hingga akhirnya aku memilih bertanya pada orang tua.

Tabu akan informasi kespro tidak hanya di sekolah, tapi di rumah terkadang para orang tua kami bingung harus menjelaskan bagaimana. Masa awal remajaku seharusnya mendapatkan informasi dari orang terdekatku. Beruntungnya terdapat perpustakaan umum untuk akses buku yang menjadi sumber informasi kami tentang menstruasi.

Pengalaman itu menyadarkanku belajar kesehatan reproduksi sangatlah penting sejak dini secara bertahap. Nggak perlu menunggu nanti sudah 'baligh'. Orang tua dan guru juga berperan banget jelasin ke anak atau muridnya biar nggak salah persepsi atau informasi. 

Sekian cerita pengalamanku. Kalau teman-teman gimana nih pengalamannya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini