Resensi Buku Interupsi! Mahasiswa Menyoal Indonesia

Interupsi! Mahasiswa Menyoal Indonesia

Dalam buku “Interupsi! Mahasiswa Menyoal Indonesia” merupakan antologi ataupun kumpulan tulisan yang memuat karya mahasiswa IAIN Purwokerto, di dalamnya termuat 12 tulisan dari para generasi prubahan yang sering disematkan pada diri seorang mahasiswa. Dalam buku tersebut semua judul tulisan sangat menarik sebetulnya untuk ditulis dan sangat rekomendasi buat teman-teman membacanya. Namun saya akan mengulas sebuah tulisan dari Marina Nurjamilah yang berjudul “Urgensi Pendidikan Moral Di Era Millenial”.

Advertisement

Pada pembukaanya penulis menulis sebuah kalimat motivasi yang menurut saya menarik dan begitu inspiratif dari Kuan-tsu “jika anda berpikir setahun ke depan, taburlah benih. Jika anda berpikir sepuluh tahun ke depan, tanamlah sebatang pohon. Jika anda berpikir seratus tahun ke depan, didiklah rakyat”. Kalimat yang sangat inspiratif dan menyegarkan untuk pengetahuan kita yang dipilih oleh penulis, dimana hal itu menjadi interpretasi, menjadi bahan renungan, menjadi modal bagi setiap individu terlebih untuk seorang pendidik yang menjadi garda terdepan dalam hal peran mencerdaskan rakyat. Karena bagaimana pun pengetahuan akan terus mengalir seperti mengalirnya air dari generasi ke genrasi dan itu benar terjadi, pengetahuan yang kita miliki merupakan bagian manifestasi dari pengetahuan sebelumnya.

Lalu bagaimana di era millenial sekarang ? mari kita kupas apa itu generasi millenial, menurut penulis generasi millenial adalah sebutan bagi orang-orang hidup pada era internet booming. (hlm. 105). Sedangkan menurut saya dari berbagai sumber generasi millenial merupakan generasi yang kira-kira menurut para ahli awal kelahirannya pada tahun 1980-an, karena pada era ini komputer baru mulai booming, lalu pada pertengahan pada tahun 1990-an dan sampai awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Bisa dilihat pada wikipedia. Yang menjadi perbedaan pula dengan generasi sebelumnya adalah pada karakteristik, lingkungan kerja yang disukai, kehidupan sosial media, dan pola pikir.

Lalu bagaimana kita kaitkan generasi millenial ini dengan pendidikan moral, jelasnya sudah banyak perbedaan dan orang tua dulu pun tidak bisa menyamakn lagi sistem yang dulu dengan sekarang, karena memang sudah berbeda. Apalagi dengan pengaruh kehidupan sosial media yang sudah merenggut setiap individu yang hampir semuanya menjadi konsumen sosial media. Penulis memberikan permasalahan yang mungkin dulu tidak seperti itu, ada namun mungkin tidak separah sekarang, menurutnya “dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan siswa terhadap guru”(hlm. 106). Jika kita telisik mungkin memang benar, bahkan media Tv ataupun koran sering memuat berita tersebut. Hal itu menjadi poin pentingnya pendidikan moral di era sekarang. Jika kita sedikit membandingkan sistem pendidikan, maka kita lihat yang sudah mashur di negara Jepang sitem pendidikan sejak dini tentang pendidikan etika dan moral lebih diutamakan dibanding ilmu pengetahuan, sedang dinegara kita pendidikan etika dan moral terselip dalam mata pelajaran, itu pun terkadang guru lupa menyelipkan dan menyampaikan pendidikan etika dan moral.

Advertisement

Kutian yang menarik oleh penulis dalam tulisannya, menhutip kalimat dari Helen G. Douglas “karakter tidak diwariskan, tertapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan”. Pendidikan karakter merupakan pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi pribadi yang memiliki etika dan moral. Yang tentunya juga akan menjadi cerminan dari sikap dan perilaku setiap orang.

Penulis menambahkan pendidikan karakter menurut KI Hajar Dewantara, yang dimana pendidikan menurut KI Hajar Dewantara adalah suatu proses pembentukan karakter manusia agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya, bukan hanya sebagai proses transfer pengetahuan saja tapi juga sebagai proses transformasi nilai serta memperhatikan keseimbangan cipta, rasa dan karsa (hlm. 108-10). Dalam tumbuh kembangnya seorang anak, KI Hajar Dewantara memandang adanya peranan besar yang dikenal dengan “Tripusat pendidikan” yaitu pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, pendidikan di lingkungan masyarakat.

Advertisement

Konsep pendidikan karakter juga seharusnya tidak lepas dari konsep pendidikan yang diajarkan dan diwariskan kepada kita khususnya untuk para pendidik dari KI Hajar Dewantara melalui istilah  “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Dalam artian Ing Ngarsa Sung Tuladha yaitu didepan memberi contoh, Ing Madya Mangun Karsa yaitu ditengah memberi semangat, Tut Wuri Handayani yaitu di belakang memberi dorongan.

Dengan demikian saya cukupkan dengan sekilas membahas bagaimana pendidikan moral di era millenial dalam buku “Interupsi ! Mahasiswa Menyoal Indonesia” tentunya buku ini sangat menarik untuk dibaca dan diulas untuk teman-teman, dimana pendidikan moral dan etika harus kembali kita kuatkan bersama-sama demi generasi yang lebih baik nantinya.


Judul               : Interupsi ! Mahasiswa Menyoal Indonesia

Penulis             : Anisa Wiyugo, Sisin Sundari Dkk.

Halaman          : 185 Hlm.

Tahun Terbit    : 1 Juli 2019

Penerbit           : CV. RIZQUNA

ISBN               : 978-623-90846-7-7

Peresensi         : M. Habibulloh Maftuh


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE