Resesi Ekonomi dan Pentingnya Sikap Antisipasi Para Pemuda

Bak pepatah Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula,  tahun 2020 memberikan memori cukup pahit bagi masyarakat. Pasalnya belum cukup dunia dilanda oleh Pandemi Covid-19 yang mengakibatkan keterpurukan ekonomi, masyarakat masih harus mengalami Resesi. Berkat penyebaran kasus infeksi Covid-19 yang tak kunjung landai, keberlangsungan ekonomi di berbagai belahan dunia mengalami kemerosotan  masif.

Advertisement

Penanganan virus memiliki dampak pada pemasukan perusahaan yang menurun sehingga terjadi PHK massal untuk mengurangi pengeluaran perusahaan, mengakibatkan penurunan pendapatan perkapita karena meningkatnya angka pengangguran hingga kasus terburuk memungkinkan meningkatnya tindak kriminalitas karena angka kemiskinan juga meningkat.  

Resesi dalam pemahamannya merupakan kondisi dimana penurunan Produk Domestik Bruto (GDP) mengalami penurunan selama beberapa kuartal berturut turut, tingkat kemiskinan dan pengangguran meningkat hingga terjadinya kondisi lesunya perekonomian. Resesi nyaris mengancam 97% negara yang ada di dunia dengan Indonesia diantaranya.  Kompas.com dalam tulisannya menyatakan bahwa beberapa negara berikut seperti Jepang, Filipina, AS, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura resmi menyatakan berada dalam jurang resesi. 

Terhambatnya perputaran ekonomi atau nyaris terhentinya pertumbuhan ekonomi karena pandemi Covid19 tak lain adalah alasan dibalik terjadinya resesi. Negara Singa pun dicatat dalam cnbcindonesia.com sudah mengklaim bahwa sudah mengalami resesi di kuartal II dengan kontraksi sebesar 12,6 persen dan Korea Selatan juga menelan pil pahit atas resesi sebesar 3,3 persen pada kuartal II (Reuters,23 Juli 2020) terhitung sejak pandemi Covid-19 berlangsung.   

Advertisement

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Bumi pertiwi tercinta sudah pernah mengalami resesi bahkan jauh sebelum pandemi Covid-19 melanda. Tahun 1998 menjadi permulaan dengan pertumbuhan ekonomi minus hingga 18 persen, kemudian tahun 2008  dengan resesi sebesar 6,25 persen kemudian di tahun 2020 bahwa pada kuartal ke II Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 5,32 persen sedangkan Kepala Badan Kebijakan FIskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi akan mengalami pengurangan 2,9 persen hingga minus 1 persen. 

Dampaknya di Indonesia dapat dilihat saat PHK massal yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk meminimalisir biaya operasional yang menimbulkan bertambahnya  jumlah pengangguran siklis. Banyak kepala rumah tangga yang kehilangan pekerjaan, banyak dari masyarakat harus banting tulang agar mampu bertahan. Menteri Keungan Sri Mulyani dalam tirto.id memprediksi bahwa apabila pertumbuhan ekonomi kuartal ke 3 di tahun 2020 mengalami pertumbuhan paling tinggi hanya 0% maka dengan itu dinyatakan  Indonesia berada dalam resesi teknikal atau kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut turut.

Advertisement

Berbagai upaya terus dicanangkan pelaku ekonomi agar mampu bertahan di era pandemi. Selain itu, Pemuda juga mengalami kerugian dalam Pandemi Covid-19. Banyak lulusan tahun ini yang merasa kehilangan harapan untuk masa depan juga pekerjaan. Organisasi Perburuhan Internasional Perserikatan Bangsa Bangsa melaporkan setidaknya 42 persen anak muda dari seluruh dunia yang masih bekerja selama pandemi telah kehilangan pekerjaannya. Hal ini memperparah kondisi “kesehatan keuangan” anak muda dalam menghadapi resesi ditengah pandemi.

Belum lagi pemuda merupakan tombak kemajuan suatu bangsa, pemuda merupakan lambang koma dalam masa depan bangsa. Maka diharapkan pemuda turuti melakukan persiapan dalam menghadap. Sebelum melakukan kesiapan dasar lainnya, kesiapan yang dapat dilakukan adalah kesiapan mental dalam menghadapi badai resesi ini agar sekiranya para pemuda. Tapi untuk itu masyarakat khususnya pemuda tidak perlu panik dalam menghadapi Resesi. 

Hal pertama yang dapat dilakukan oleh pemuda dalam melakukan tindakan antisipatif adalah memastikan kondisi kesehatan finansial stabil, apakah memiliki tabungan yang memadai atau tidak, apabila tabungan dirasa belum memadai dapat dilakukan penguatan terhadap tabungan. Hal ini juga diungkapkan oleh Lead Financial Trainer dari @qm_Financial saat resesi fokuskan ke hal dasar dan  ia menambahkan agar juga tetap memperhatikan kondisi kesehatan keuangan sekitar dan membantu memperkuat kondisi kesehatan keuangan sekitar serta tidak melakukan pemborosan dan lebih baik menyimpan. Dalam artian masyarakat perlu mempersiapkan tabungan yang memadai karena resesi ekonomi bisa saja sewaktu waktu semakin terpuruk dan dalam kondisi terburuk resesi dapat terulang seperti resesi di tahun 1998 lalu. 

Lantas yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara untuk menjaga kondisi keuangan kita dan sekitar kita agar tetap “sehat”? Bagaimana menjaga keuangan agar sehat bagi pemuda yang belum memiliki penghasilan tetap? Dan bagaimana menjaga keuangan bagi pemuda yang sudah memiliki penghasilan namun dibawah rata-rata? Beberapa sumber menyatakan bahwa industri rumahan menjadi salah satu solusi yang mampu membantu perekonomian menengah kebawah disaat resesi.

Industri rumahan datang dengan dalam berbagai bentuk, industri rumahan bisa dijadikan alternatif dalam mempertahankan kondisi keuangan yang sehat karena bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak membutuhkan modal terlalu banyak. Pendorongan pengeluaran kelas menengah dapat membantu mengatasi resesi di Indonesia karena kecenderungan konsumsi berada pada masyarakat kelas menengah (MPC). Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, lakukan penyimpanan dana darurat agar sewaktu-waktu dapat digunakan dalam keadaan darurat. Dana darurat yang dimaksudkan bertujuan sebagai persiapan untuk 3 hingga 12 bulan kedepan tergantung dengan situasi. 

Dalam hal ini lah dibutuhkan ketegasan manajemen diri dari pribadi, Pemuda menentukan prioritas. Menyortir kebutuhan mana yang paling dibutuhkan dalam pandemi membantu pemuda dalam menyimpan keuangan seperti yang dijelaskan oleh perencana keuangan, finansial Consulting, Eko Indarto. Memahami Prioritas membantu dalam menyaring pengeluaran dan tetap menjadi. Hal serupa juga turut dikatakan oleh DIrektur RIset Center of Reform on Economics (Core) bahwa masyarakat sebaiknya membeli yang memang dirasa perlu dan mengurangi tindak impulsif dalam membeli sesuatu.

Kebangkitan kaum muda dalam menghadapi resesi di tengah pandemi dapat dimulai dari penguasaan diri, kemajuan teknologi dan media baru dapat dijadikan peluang oleh pemuda agar menjadi salah satu pegiat ekonomi yang berdampak bagi lingkungan sekitar serta menyokong pendapatan sekitar agar dapat bertahan kala Resesi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE