Romansa Mengendarai Mobil Tua, Banyak Drama dan Ada-ada Saja

Kadang bikin geleng kepala tapi juga mengundang tawa

Alasan awal kami menerima tawaran untuk meminang Si Ti, begitu kami memanggilnya, kependekan dari Si Timor, karena persekawanan. Bukan karena suka apalagi cinta. Seorang teman membutuhkan dana cepat, sementara kami membutuhkan kendaraan roda empat untuk menghemat. Mobil sedan keluaran tahun 1997 bermesin DOHC kami nilai layak jalan untuk mengobati rasa rindu akan kampung halaman. Sebelum memiliki mobil ini, kami pulang 3 sampai 4 bulan sekali menggunakan transportasi umum. Sekarang bisa satu bulan sekali atau sesuai kebutuhan.

Advertisement

Namun, ibarat perempuan yang dinikahi tanpa cinta, emosi Si Ti sulit ditebak. Suatu hari Si Ti ngambek. Mesin mati mendadak usai mengisi bahan bakar. Pemilik lama yang kami hubungi hanya menyarankan membiarkan Si Ti kurang lebih 30 menit. Benar saja, tak lama mesin Si Ti bisa dihidupkan kembali. Walah, PMS (pre menstruasi syndrome), kelakar saya mengingat kebiasaan marah tanpa alasan saat datang bulan dan akan reda sendiri jika didiamkan.

Lain hari, entah karena baper terlalu sering mendengarkan lagu Nella Kharisma yang kami putar, AC mobil tiba-tiba tak berfungsi membuat kami satu keluarga mandi keringat di hari yang panas menyengat. Setelah dicek di bengkel ternyata AC bocor dan selama belum diperbaiki harus bolak balik isi freon jika melakukan perjalanan jauh. Sementara untuk jarak dekat menggunakan AC alami alias angin sepoi sepoi.

Drama belum selesai. Saat perjalanan malam, kami dikagetkan dengan bunyi gerung cukup keras dari bawah mobil. Duh, apalagi ini? Jangan-jangan kaget bertemu hantu, canda saya lagi. Kami pun memilih berhenti di minimarket terdekat untuk mengecek apa yang terjadi. Ternyata knalpotnya patah.

Advertisement

Cerita yang ini  malah bikin kami geleng-geleng kepala. Saat bersilaturahmi ke rumah kerabat di luar kota, pintu mobil sama sekali tidak bisa dibuka. Sementara hari itu Minggu, sejumlah bengkel tak beroperasi. Si Ti, Si Ti, di ajak main ‘kok tidak mau pulang. Saya lemas membayangkan harus menginap di rumah orang tanpa persiapan. Ingin rasanya segera pulang melepas gamis yang saya pakai berganti daster buluk, lalu membaringkan tubuh di depan televisi menonton serial Upin Ipin.

Tak hanya menjalankan kewajiban, ternyata Si Ti juga sadar akan hak-haknya sebagai pasangan. Seusai perjalanan jauh pulang pergi Semarang – Tegal, tepat di parkiran depan rumah, Si Ti mogok. Bak masa cuti bersalin, hampir tiga bulan Si Ti rehat total karena untuk kembali beraktivitas harus ganti onderdil impor.

Walaupun banyak drama, mobil tua ini sangat membantu kami dalam beraktivitas. Kami tak kepayahan, kepanasan dan kehujanan lagi. Si Ti juga  terhitung tangguh di jalanan. Tarikannya lumayan, bensinnya irit, spare part-nya juga tidak membuat kami kelimpungan saat Si Ti mengajak ke bengkel. Tak kenal maka tak sayang. Bertahun-tahun bersama akhirnya kami jatuh hati. Sulit rasanya berpisah dengan Si Ti. Di mana ada kami, di situ Si Ti menemani. Semoga saja wacana pemerintah membatasi kendaraan maksimal berusia 20 tahun tidak menghalangi kami menapaki jalur deandles untuk mengukir kenangan indah. (*)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Young mom yang hobi merangkai kata. Meskipun waktu tercurah untuk keluarga tidak menyurutkan semangat untuk terus berkarya.

CLOSE