Aku menyebut kakek dan nenekku dengan sebutan mbah kakung dan mbah uti. Baik mbah kakung maupun mbah uti, keduanya memiliki citra yang baik di mata kami, anak-anaknya, cucu-cucunya, dan tetangganya. Hal ini dibuktikan dengan cerita-cerita baik tentang mereka yang sampai di telingaku serta memoriku yang berisi kenangan indah saat bersama mbah kakung dan mbah uti. Salah satu memori yang aku ingat tentang mbah kakung adalah ketika beliau mengunjungi rumahku. Saat itu mungkin aku berumur lima tahun. Mbah kakung naik bis dari rumahnya kemudian disambung menaiki becak untuk sampai ke rumahku. Aku ingat, beliau duduk di tengah becak sambil membawa bingkisan besar berisi jajan untuk aku dan kakakku.
Satu jajan yang paling aku ingat adalah permen jelly berwarna merah kuning dan hijau. Saat melihatnya perasaanku sangat senang. Perasaan yang wajar dimiliki oleh anak kecil ketika bertemu kakeknya. Aku sambut beliau dengan gembira, menyalaminya, dan mengantarnya masuk ke rumahku. Kesamaan ayahku dan kakekku adalah mereka selalu konsisten. Mbah kakung selalu sampai ke depan rumahku dengan menaiki becak, selalu juga membawa bingkisan besar berisi jajan dengan permen jelly di dalamnya. Kegiatan itu beliau lakukan kira-kira sampai usiaku tujuh tahun.Â
Bukan hanya mbah kakung yang pernah mengunjungi rumahku, tetapi mbah uti juga, bahkan beliau menginap beberapa hari di sini. Mbah uti pribadi yang kreatif, saat di rumahku, kami bersama-sama menghias kebun, mengecat beberapa pot menggunakan cat warna putih dan kuning. Pernah tidak sengaja catku mengenai tangannya, beliau sedikit kesal, tetapi beralih senang saat aku berkata maaf. Bukan hanya kebun depan rumah saja yang dihias oleh mbah uti, tetapi halaman belakang rumah dijadikannya kebun yang indah. Aku, kakakku, dan mbah uti bersama-sama membersihkan dan menata halaman belakang rumah kemudian menanaminya dengan tanaman hias dan berbagai macam sayuran, menjadikan salah satu impianku terwujud.
Berbicara tentang mbah kakung dan mbah uti, ada satu hal yang tidak boleh terlewatkan tentang mereka yaitu rumah tegong, rumah milik mbah kakung dan mbah uti yang penuh dengan cerita. Di antara rumah-rumah indah yang pernah aku kunjungi dengan ukuran yang besar serta desain yang modern, rumah mbah kakung dan mbah uti tetap menjadi favoritku. Terdapat sesuatu yang membuat rumah ini begitu istimewa, sesuatu yang membuatku merasa aman, nyaman, dan rindu. Biar kuceritakan betapa istimewanya tempat ini. Lokasi rumah ini berada di salah satu desa yang dikelilingi sawah, kebun, sekaligus jalan raya. Lebih tepatnya, rumah mbah kakung dan mbah uti terletak di tikungan gang dan berhadapan langsung dengan hamparan sawah. Oleh karena itu kami menyebut rumah ini dengan sebutan tegong yang berarti tikungan.
Dari segi ukuran, rumah tegong tidak begitu besar, tetapi tidak kecil juga, cukup untuk tempat kami sekeluarga berkumpul dan beristirahat. Kemudian dari segi arsitektur sampai desain interiornya juga masih menggunakan sentuhan lama. Penataan rumah tegong unik, membuat anak-anak sampai lansia pun betah berlama-lama di sana. Rumah tegong memiliki halaman yang cukup luas. Terdapat satu jalan lurus ke arah pintu masuk rumah dengan kebun di kanan dan kirinya. Kebun di sebelah kanan ditanami pohon rambutan yang aktif berbuah di setiap musimnya. Di sekelilingnya, ditanami berbagai macam tanaman hias oleh mbah uti. Kebun di sebelah kiri ditanami lebih banyak tanaman mulai dari sayur-sayuran sampai buah-buahan seperti pohon durian. Mbah uti sangat telaten merawat kebunnya, kebunnya bersih dan indah, membuat orang-orang senang dan betah berlama-lama saat berada di kebunnya.Â
Selanjutnya, masuk ke bagian isi dari rumah tegong. Bagian pertama adalah teras rumah yang menghadap langsung ke hamparan sawah. Ditemani pemandangan yang indah serta hembusan angin yang silir menjadikan teras sebagai spot favorit kami untuk mengobrol dan menghabiskan sore bersama. Beralih ke ruang tamu yang luas, terdapat tempat duduk di sayap kanan dan juga kiri dengan pintu yang memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga di bagian tengah ruangan. Di hari biasa, ruang tamu ini memang sering kosong, berbeda ketika hari besar seperti lebaran, ruang tamu dipadati oleh keluarga dan tetangga yang berkunjung, menjadikannya spot teramai di rumah ini. Setelah dari ruang tamu, berlanjut ke ruang keluarga.
Ruangan ini berbentuk huruf T dengan kamar-kamar tidur di sisi kiri dan halaman di sisi kanan. Kami banyak menghabiskan waktu di sini untuk menonton tv, bercengkrama, atau sekedar duduk dan melakukan aktivitas masing-masing. Beralih ke tempat yang paling luas di rumah tegong yaitu bagian belakang rumah. Di bagian belakang rumah terdapat tempat kerja mbah kakung, tempat makan, mushola, kamar mandi, dapur, sumur, dan tempat jemuran. Secara keseluruhan, rumah tegong sudah beralaskan keramik, hanya di tempat-tempat tertentu yang beralaskan semen seperti bagian sumur, beralaskan batu-batuan seperti tempat jemuran, bahkan ada yang dibiarkan seperti asalnya yaitu bagian dapur yang masih beralaskan tanah. Itulah beberapa kalimat yang mendeskripsikan singkat tentang rumah favoritku, rumah tegong.
Rumah tegong dengan segala isinya merupakan cerminan dari kepribadian mbah kakung dan mbah uti. Hal inilah yang membuat rumah ini begitu istimewa karena terdapat cinta dan kasih sayang mbah kakung dan mbah uti yang membuatku merasa aman, nyaman, dan rindu terhadap tempat ini.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”