Sebulan lagi masa pembelajaran di kampus akan dimulai. Orang tua sudah mulai turun tangan dan berkomentar. Memaksa saya untuk kuliah di kampus dan jurusan yang mereka inginkan.
Awalnya stress memang kuliah ditempat yang bukan keinginan sendiri. Tidak pernah terbayang untuk menjadi perawat. Ditambah masih teringat soal Nisa. Mencoba ikhlas dengan melihat keadaan orang tua. Dan pada akhirnya takdir berkehendak, saya mendapat beasiswa berprestasi dan lulus dengan nilai terbaik.
Ada tiga jawaban Tuhan untuk doa kita. Iya, Iya nanti di waktu yang tepat, Aku punya rencana terbaik untukmu
Selama kuliah pernah sekali bertemu dengan Nisa. Saat itu dia bilang bahwa sebelum ke Jawa dia menyatakan perasaannya ke Rafi, teman sekelas kami. Namun perasaannya tidak terbalas karena Rafi masih menyukai teman sekelas mereka yang tidak seorang pun tahu siapa perempuan itu.
- Mil. Gue mau bilang sesuatu. Tapi setelah ini udah jangan pernah dibahas lagi
- Apa emang?
- Gak lama setelah kelulusan gue pernah bilang ke Rafi kalo gue suka sama dia
- Respon dia?
- Dia masih suka sama perempuan itu. Sedih ya Mil. Gue suka sama dia dari awal kelas 2.Dan gue pikir perempuan itu gue.
- Gue ngerti ko sakitnya. Sabar aja, ada yang lebih baik ko
- Lu sering komunikasi sama dia?
- Enggak. Paling cuma ngomongin penyakit
Saat kuliah saya dan Rafi memang sering mengirim pesan sekadar berbagi masalah kesehatan. Rafi kuliah kedokteran di Sumatra. Tidak ada perasaan apapun saat itu.
Mungkin ini sudah menjadi skenario Tuhan yang indah
Saat Rafi telah memiliki pekerjaan, tanpa melaui tahap pacaran dia segera meminta restu orang tua saya untuk melamar saya. Berat memang memikirkan perasaan Nisa. Saya juga tidak ingin merebut apa yang Nisa sukai. Sesakit apapun, kita pernah sangat dekat. Tapi seperti air, perasaan itu mengalir begitu saja.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
