Saat Remaja Bekerja Sama Melawan Virus Corona: Aksi Penuh Kepedulian dari Kesadaran

Remaja Keren, Yuk Tantang Diri Kalian Lebih Peduli dari Hari ke Hari

Remaja dikenal memiliki energi yang besar dan nggak betah untuk diam saja di satu tempat. Namun bukan berarti berada di rumah membuat remaja nggak berdaya dan mati gaya. Di tengah merebaknya virus corona, berada di rumah tentu sangat membantu pencegahan penyebaran virus tersebut. Miris rasanya saat melihat belakangan ini masih ditemukan masyarakat yang nongkrong di mall atau justru mengisi waktu libur dengan bepergian  ke tempat wisata. 

Advertisement

Bekerja sama dalam memerangi virus corona tentu saja bukan merupakan tugas satu orang. Remaja Indonesia tak sendiri dalam menghadapinya. Namun ketika tugas bersama hanya dikerjakan oleh satu atau dua orang karena adanya anggapan banyak orang lain yang dapat berperan untuk menyelesaikannya maka terjadi yang dinamakan social loafing. Istilah itu merupakan istilah yang populer dalam psikologi sosial.

Ibarat sedang melangsungkan kerja kelompok untuk mengerjakan tugas. Biasanya seseorang  cenderung berpikir kalau tugasnya dikerjakan berkelompok maka ada banyak orang di dalamnya. Lalu terlintas dalam pikiran jika ada banyak orang mengapa harus aku yang mengerjakan. Biarkan saja mereka yang sibuk dan aku bisa bersantai-santai. Anggapan tersebut ujung-ujungnya malah membuat hanya satu atau dua orang yang bekerja, sisanya bersenang-senang dan menjadi pemandu sorak. Padahal yang namanya kerja sama itu bukan kamu atau dia saja yang mengerjakan, namun yuk kita kerjakan bersama.

Sebagian remaja lainnya mungkin berpikir liburan 2 minggu terasa menjenuhkan. Apalagi harus mengerjakan tugas dan sibuk dengan belajar online. Rasanya nggak gaul banget deh jadi anak rumahan, aduh turun deh pamor kalau nggak mengunjungi kedai kopi langganan dan absen foto selfie di tempat nongkrong kekinian. Mungkin sebagian hal tersebut menjadi momok tersendiri bagi remaja jaman now.  Ditambah lagi ada  segelintir remaja yang berpikiran karena dirinya masih muda dan lincah, maka tak jadi masalah untuk bepergian, menghirup udara sejenak di luar kota.

Advertisement


Mungkin saja sebagian remaja begitu yakin dirinya memiliki sistem imun yang tak terkalahkan dan tak mengenal sakit dalam kamus hidupnya. Jika ini yang menjadi alasannya maka ada bias optimistik yang dialami remaja. 


Remaja di Indonesia mungkin juga ada yang sudah tahu dan memiliki informasi yang cukup bahwa keluar rumah untuk hal yang tidak perlu merupakan sesuatu yang nggak baik di tengah merebaknya corona. Ujung-ujungnya, remaja terjebak pada cognitive disonance. Kondisi ini terjadi saat seseorang mengetahui atau paham perbuatan yang dilakukan itu tidak baik, namun tetap dikerjakan karena tidak adanya sanksi atau hukuman langsung pada mereka. Bahkan bisa jadi tetap dilakukan karena tidak berdampak negatif secara langsung usai seseorang melakukan tindakan tertentu.

Advertisement

Jika segala sesuatu perlu diberikan sanksi,rasanya kepedulian atau rasa empati remaja masa kini menjadi sangat langka. Sama langkanya seperti mencari masker dan hand sanitizer dengan harga yang wajar. 

Rasanya hati ini seperti teriris ketika tahu masih saja ada orang-orang yang menjadikan merebaknya virus corona ini sebagai ladang bisnis. Tak buruk jika kita mencoba menengok ke beberapa negara yang  sudah mengulurkan tangan dan saling membantu. Beberapa selebiriti tanah air juga sudah menjadi role model atau contoh dalam menyisihkan penghasilannya untuk membantu kebutuhan alat-alat tim medis dan pengobatan virus corona. Adem rasanya melihat aksi penuh kepedulian itu.

Salah seorang temanku yang menggeluti bisnis menghias balon ulang tahun sebagai usaha sehari-harinya memberikan hand sanitizer gratis sebagai upaya kepeduliannya. Memang tak disediakan dalam jumlah besar. Namun jika banyak orang seperti temanku ini yang memiliki kepedulian, maka akan sangat membantu orang-orang lain yang membutuhkan.

Bukan hal yang mudah untuk mengubah kebiasaan dari sosok yang kurang taat aturan untuk kebaikan bersama menjadi patuh pada aturan. Kebiasaan terbentuk melewati proses. Bukan hal yang gampang juga untuk menjadi sosok yang peduli jika terbiasa cuek dan masa bodo sebelumnya. Mungkin kepedulian terasa asing dan mengganjal untuk dilakukan. Namun sebagai remaja era modern yang cerdas dan kreatif tak sulit untuk berlatih membayangkan kalau satu aksi dan kepatuhan kita untuk beraktivitas di rumah dapat menyelamatkan saudara-saudara kita bahkan kota hingga negara Indonesia tercinta ini.


Kepedulian tak berbicara tentang keegoisan namun kebaikan kolektif untuk kebahagiaan bersama.


Andai saja remaja jaman now dapat beradaptasi dan mulai beraktivitas dengan belajar dari rumah, menahan diri untuk mampir demi eksistensi diri, maka semakin cepat juga kota ini pulih dari virus dan kepanikan berlebihan yang mengancam. 

Setiap kali teman-teman merasakan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan beraktivitas atau menahan diri melakukan kegiatan di luar, maka coba bayangkan saja orang-orang yang kamu selamatkan adalah bagian dari keluargamu juga. Rasanya kalau begitu nggak sulit untuk diterapkan dong?


Kepedulian tak selalu dimulai dari hal besar namun hal kecil yang sederhana dan dilakukan secara rutin.


Jadi teman-teman remaja yang keren, mulai aksi sederhana kalian yuk. Mulai saja dengan membiasakan diri untuk belajar online di rumah dengan cara yang asik dan seru versi kalian, menekuni hobi, mengobrol dan curhat bersama sanak saudara di rumah atau belajar dengan memperkaya skill baru yang kamu suka seperti belajar tutorial make up, masak, dll dari youtube. Bahkan belajar gerakan dance ala tik tok sambil olahraga.  Kalau kamu kangen teman, pacar, atau gebetan tenang aja kan ada media sosial.

Ketika di rumah, remaja pasti memiliki banyak waktu untuk memegang gawainya. Tapi ingat bahwa remaja harus cerdas dalam bermedia sosial dan menyaring informasi yang berpotensi hoaks. Kalau bisa menyebarkan hal yang positif dan informasinya akurat maka akan lebih baik, jika meragukan lebih baik nggak usah kepedean untuk disebar. Waspada dan cerdas dalam menyaring informasi juga merupakan tanda kepedulian dan cinta pada diri sendiri dan orang lain. Yuk! Remaja tantang diri kalian untuk lebih peduli mulai hari ini dan seterusnya. Peduli artinya kamu masuk kriteria sebagai remaja yang kekinian.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE