Seberapa Berperannya Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dalam Menyaring ASN yang Tulus Mengabdi untuk Negeri

Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) saat ini sedang banyak diperbincangkan. Tes ini digunakan untuk mengukur wawasan dan pengetahuan calon Aparatur Sipil Negara (ASN) tentang Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, Nasionalisme, Bahasa Indonesia, dan wawasan pilar negara.  Dengan adanya tes ini diharapkan para ASN kelak menjadi penegak NKRI.

Advertisement

Pada kenyataannya tes ini hanya untuk mengukur daya ingat para calon ASN dalam hal materi Pancasila, UUD 1945, dll. TWK tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai kepribadian calon ASN apakah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau tidak. Untuk mendapatkan nilai TWK saat tes sangat mudah. Hanya modal belajar sebulan dan perbanyak latihan pasti mendapatkan nilai yang tinggi. Akan tetapi, untuk membentuk kepribadian yang sesuai Pancasila sangat susah. Tidak hanya sebulan tetapi bisa bertahun-tahun untuk membentuk itu. Jika, pemerintah mengharapkan para ASN-nya dapat jujur dan bertanggung jawab cuma mengandalkan nilai TWK itu sudah salah besar. Perlu ditegaskan kembali tes ini hanya pengukur wawasan kebangsaan saja.

Materi TWK sejatinya tidak hanya dihafalkan saja, tetapi diterapkan dalam diri. Pembentukan ini harus dimulai sejak dini. Pembentukan karakter tidak semudah menjawab soal. Menjawab soal TWK juga bisa didukung dengan keberuntungan. Yang lolos tes ini belum tentu pintar tetapi bisa jadi cuma beruntung saja.

Dalam hal membentuk kepribadian yang baik diperlukan penanaman jiwa Pancasila sejak dini. Pembentukan Pancasila, UUD 1945, dll diharapkan dapat terapkan dalam kehidupan sehari bukan hanya dihafal saja. Setiap sila Pancasila mengandung makna dan nilai-nilai yang mampu membentuk kepribadian yang nasionalisme dan patriotisme. Hal inilah yang diharapkan para pencentus Pancasila. Percuma negara ini mempunyai Pancasila jika tidak dapat menerapkannya. Seperti halnya mempunyai mobil, tetapi tidak bisa mengendarainya dan akhirnya hanya menjadi pajangan saja.

Advertisement

Para ASN wajib mempunyai jiwa nasionalisme dan patriotisme. Hal ini penting agar para ASN dapat bekerja dengan tulus untuk negara tanpa mengharapkan apapun. Pada Laporan Indonesian Corruption Watch (ICW) berjudul Hasil Pemantauan Tren Penindakan Korupsi Semester 1 2021 menunjukkan bahwa ASN yang paling banyak terjerat kasus korupsi dengan jumlah 162 orang. Selain itu, beberapa ASN masih suka bolos kerja. Tentu hal ini sama saja mereka memakan gaji buta. Apakah orang seperti ini berhak mendapatkan posisi ASN? Negara ini tentu tidak kekurangan orang jujur tetapi masih saja seleksi ASN kebobolan orang yang tidak layak menjadi ASN.

Sekarang ini, para generasi bangsa hanya belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) ketika dibutuhkan saja. Mereka dapat menulis penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari hanya pada selembar kertas. Dalam kehidupan nyata tulisan mereka tidak diterapkan. Hal ini jika terus berlangsung maka tidak akan membentuk generasi bangsa yang diinginkan oleh para pahlawan terdahulu. Para pahlawan hanya berharap generasinya mampu melanjutkan perjuangannya. Akan tetapi, untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan patriotisme saja tidak bisa. Jika, hal ini sudah menyebar lama-kelamaan TWK tidak akan berguna lagi.

Advertisement

TWK hanya sebatas tes saja yang tidak dapat 100% dalam menyaring orang-orang yang tulus mengabdi untuk negara. Hal ini dapat dilihat penerapan TWK pada anggota Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Hal yang diperlukan anggota KPK hanya kepribadian yang sesuai dengan Pancasila saja. Hal ini tentu memancing emosi para penuntut kebenaran dan keadilan.      

Demo penolakan pemecatan anggota KPK yang tidak lolos TWK merupakan bentuk kekecewaan para mahasiswa yang menuntut keadilan dan kebenaran. Para pendemo merasa bahwa tes ini tidak bisa dijadikan alasan dalam pemecatan ini. Sebanyak 75 anggota KPK yang tidak lolos TWK. Salah satunya adalah Novel Baswedan. Novel Baswedan memiliki segudang prestasi selama menjadi bagian dari KPK. Prestasi terbesarnya adalah  membongkar kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games Palembang tahun 2011. Hal ini membuktikan TWK tidak dapat menyaring orang-orang yang layak menjadi ASN. Oleh karena itu, jangan mengharapkan tes ini dapat menyaring ASN yang jujur, profesional, dan bertanggung jawab.

Jika, pemerintah menginginkan ASN-nya yang jujur dan bebas korupsi harus dilakukan penyaringan berdasarkan kepribadiannya. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari rekam jejaknya di dunia nyata maupun dunia maya. Selain itu, dapat dilakukan wawancara dengan tetangga atau orang yang mengenal calon ASN, tetapi tidak memiliki tali persaudaraan. Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perilaku calon ASN yang sebenarnya kepada orang di lingkungan sekitarnya.

Dapat disimpulkan bahwa TWK tidak banyak berperan dalam menyaring ASN yang berkompeten dan tulus mengabdi untuk negara. Tes ini hanya untuk mengukur wawasan saja bukan kepribadiannya. Pemerintah perlu untuk menambah tes bagi calon ASN yang dapat menyaring ASN yang sesungguhnya. Hal ini menjadi tugas pemerintah agar tidak membayar ASN yang hanya memakan gaji buta saja. Tentu ini merugikan para rakyat yang rajin membayar pajak untuk memajukan negeri ini. Akan tetapi, orang yang berperan dalam membangun negeri ini hanya bersenang-senang dengan jabatannya tanpa memikirkan tugasnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis