Pernikahan dini di kalangan anak muda telah menjadi tren yang berkembang di berbagai belahan dunia. Meskipun ada beberapa alasan untuk tren ini, hal itu merupakan tantangan yang signifikan baik bagi individu maupun masyarakat. Salah satu alasan utama pernikahan dini di kalangan anak muda adalah kepercayaan dan praktik budaya tradisional. Banyak masyarakat, pernikahan dipandang sebagai peralihan, transisi dari remaja ke dewasa.
Selain itu, norma budaya atau orang tua sering berspekulasi bahwa anak perempuan harus menikah segera setelah mereka mencapai pubertas. Kemiskinan dan kurangnya pendidikan juga menjadi faktor penyebab pernikahan dini. Keluarga yang hidup dalam kemiskinan mungkin melihat pernikahan sebagai kesempatan untuk mengurangi beban keuangan untuk membesarkan anak. Selain itu, kurangnya pendidikan membatasi kemampuan kaum muda untuk maju dalam karir mereka atau mencapai kemandirian finansialnya.
Tekanan dan harapan keluarga juga dapat mempengaruhi kaum muda untuk menikah dini. Orang tua mungkin menekan anak-anak mereka untuk menikah muda, terutama jika mereka yakin itu akan menjamin masa depan mereka. Pernikahan dini saat ini sangat banyak terjadi di kalangan generasi muda, hal ini terjadi karena tingkat pergaulan bebas yang semakin marak, tak hanya pergaulan dan ego ingin menikah, faktor umum yang pernah saya temui adalah perjodohan. Biasanya perjodohan ini terjadi dari dua pihak keluarga yang sudah menjalin silaturahmi atau kesepakatan, bahwa jika si anak perempuan ini sudah tamat sekolah, maka akan melangsungkan pernikahan.
Tentunya hal ini juga sudah diketahui si anak jika ia akan di jodohkan, mau tidak mau si anak ini harus mengikuti perintah dari orang tuanya, walaupun umur si anak masih di bawah 19 tahun. Tingginya jumlah pernikahan di bawah umur menjadi trend yang sangat mengkhawatirkan, terlebih menikah di usia yang sangat muda juga ada resiko yang harus dipikul. Pernikahan dini dapat memberikan dampak negatif yang signifikan bagi kehidupan generasi muda, khususnya anak perempuan. Salah satu efek yang paling penting adalah terbatasnya kesempatan pendidikan dan prospek karir.
Perempuan yang sudah menikah seringkali harus memprioritaskan peran mereka sebagai istri dan ibu, yang dapat menghalangi mereka untuk melanjutkan pendidikan tinggi atau memasuki pasar tenaga kerja. Selain itu, pernikahan dini menimbulkan risiko kesehatan yang serius bagi remaja putri, termasuk komplikasi selama kehamilan dan persalinan, bahkan kematian. Selain itu, anak perempuan yang menikah dini lebih mungkin mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan pasangan. Memberi edukasi dan akses informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi sangat penting untuk mengatasi masalah pernikahan dini di kalangan anak muda.
Memberi penjelasan anak muda tentang risiko dan konsekuensi pernikahan dini dapat membantu mereka membuat keputusan tentang masa depan mereka. Penting juga untuk mempertahankan kebijakan yang melindungi anak-anak dan remaja dari pernikahan dini. Pemerintah harus membuat undang-undang yang menetapkan usia minimum untuk menikah dan memberikan perlindungan hukum bagi mereka yang dipaksa menikah dini. Selain itu, meningkatkan kesadaran dan mengubah sikap budaya terhadap pernikahan dini dapat membantu mengubah norma sosial dan mengurangi penyebaran praktik berbahaya ini.
Pernikahan dini pada anak muda merupakan masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan multifaset. Dengan memahami sebab dan akibat pernikahan dini, kita dapat mengembangkan solusi efektif yang melindungi hak dan kesejahteraan kaum muda. Tak hanya itu kita juga perlu meningkatkan kesadaran untuk mengubah sikap budaya terhadap pernikahan dini. Hanya dengan bekerja sama kita dapat menciptakan dunia di mana kaum muda memiliki hak untuk memilih jalan hidup mereka sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”