Sebuah Surat dari Seseorang yang Pernah Jadi Pengisi Hatimu di Masa Lalu

Sebuah sore di suatu tempat. Tempat yang sering menjadi pelarianku di kala sepi. Ada sebuah bangku panjang yang selalu di tempatnya. Duduklah aku di sana. Menaruh pandangan ke bawah dengan sebuah lamunan. Lamunan itu mengingatkan aku pada seseorang yang pernah menjadi bagian senyumku, pada saat itu.

Advertisement

Bertemankan bangku panjang yang akan menjadi saksi bisu. Atas lamunanku sore itu. Mendengarkan cerita di mana aku membawa diriku kembali ke waktu itu dulu. Memutar kenangan yang tidak bisa lari.

Sebuah pertemuan singkat dengan dirimu kala itu. Di hari siang menjelang sore. Pertama kalinya aku mengenal dirimu. Di sebuah tempat yang tak ingin aku sebutkan, jadi awal mulanya. Tak lama, saling dapat nomor handphone. Berselang dari itu, kamu yang menghubungiku terlebih dahulu. Dan pada saat itu malam hari. Bercanda melalui sambungan telepon hingga tidak sadar sudah jam 2 pagi.

Di kala kita bertemu, dirimu selalu mencubit tanganku. Melakukan berbagai hal yang mengesalkan namun berkesan. Dan tak ku sangka, dirimu bisa membuat diri ini tertawa. Mengisi kesepian yang melanda sebelum-sebelumnya.

Advertisement

Sore itu, dirimu pulang dari tempat kerja. Tidak alat transportasi yang bisa mengantarkanmu pulang. Hingga dirimu menghubungiku. Dan aku pun bersedia, menarik gas sang kuda besi. Tibalah aku di depan tempat kerjamu. Dan naiklah dirimu ke atasnya. Selama perjalanan, kita saling bercanda. Mengusir kebosanan karena macetnya jalanan sore itu. Melalui perjalanan yang cukup jauh. Suatu sore yang paling menyenang pada saat itu.

Malam pun tiba. Lalu dirimu menghubungiku lagi. Bercanda ria sampai mengusik waktu tidurku. Dan bodohnya aku, mau saja menemani dirimu malam itu. Merelakan semua waktu istirahat yang aku punya. Tapi itu memberikan pada diriku. Dan kita melakukannya setiap malam. Kita sudah tidak mengenal lagi namanya waktu.

Advertisement

Hati ini tergerak. Setiap bersamamu selalu membuatku bahagia. Mungkin dirimulah yang akan menjadi separuh pengisi kehidupanku. Tapi aku harus sabar terlebih dahulu jangan terburu-buru mengambil langkah. Jalani dahulu sementara ini.

Dan kurang lebih selama 3 bulan. Kita menjalani sebuah pendekatan yang panjang. Kita sering tertawa bareng. Dan sudah saatnya, aku mengungkapkan perasaan yang tertanam ini. Dengan sebuah bunga, di tengah taman. Ku ungkap semuanya.

Berbulan-bulan aku menjalani. Dan aku merasakan sesuatu yang ada di dalam hati ini. Aku mendapatkan sebuah kebahagiaan yang belum pernah di dapat sebelumnya. Ini adalah sebuah langkah yang panjang yang harus aku tempuh. Dan pada hari ini, aku ingin kamu jadi dari bagian di dalam kehidupanku.

Pada hari itu, menjadi hari jadi kami berdua. Dan yang harus aku lakukan berikutnya, menjaga hubungan ini hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Menghadapi segala halang rintang yang menghadang. Dan berusaha menghindari konflik-konflik yang bersifat kecil.

Kencan pertama kami saat itu, pergi menonton ke sebuah bioskop. Menonton film yang baru saja di rilis pada saat itu. Duduk berdampingan dari awal hingga film selesai. Menggandeng tangannya di saat film berlangsung dan berlanjut terus. Setelah selesai menonton, aku mengajaknya makan di sebuah restoran yang berada tak jauh dari tempat kami menonton. Selesai dari itu, aku mengantarnya pulang.

Hari itu merupakan hari yang tak ku lupakan.

Dan terus berlanjut selayaknya orang biasa lakukan.

Kadang kala, kami harus menghadapi beberapa konflik kecil. Tetapi, masih bisa di redam pada hari itu juga. Setiap kami berkomunikasi, kadang juga menceritakan segaal keresahan yang pernah di alami ataupun yang sekarang. Saling beri solusi bagaimana ke depannya kami harus apa.

Semua itu kami nikmati bersama. Indah sekali rasanya. Suatu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Menjadi bagian yang sempurna dalam hidup ini. Beberapa bulan menjalani, aku merasakan ada yang aneh pada dirimu. Namun, aku tidak menaruh curiga sama sekali. Aku ambil positifnya saja. Dan terus berlanjut hingga beberapa bulan berikutnya.

Dan aku mulai merasa sikapnya sudah mulai berubah terhadapku. Setiap kali menghubunginya, ia selalu mengajak bertengkar. Juga semakin sulit menghubunginya. Itu terus berlanjut hingga beberapa bulan kemudian. Tiba-tiba aku jatuh sakit selama beberapa hari, dan aku mengabarinya. Namun yang terjadi, ia tidak membalas pesanku ataupun menjengukku.

Hingga, satu bulan setelah aku sembuh dari sakit yang kuderita. Ia tidak pernah menghubungiku lagi. Merasa sikapnya telah berubah dan kepeduliannya telah luntur, aku ambil sebuah keputusan berat. Keputusan sudahku pertimbangkan matang-matang. Aku lebih memilih mengakhiri hubungan yang telah di bangun. Membiarkan kenangan indah yang telah di tulis pergi begitu saja. Tanpa meninggalkan rasa sakit dan penyesalan.

Sejak saat itu, aku mulai menjalani hariku seperti biasanya tanpa dia. Mungkin aku merasa bebas. Tapi, tak lama bayang-bayang hadir dirinya mulai bermunculan. Terkadang di sebuah tempat, dirinya seolah-olah muncul. Dan kemanapun aku berlari, aku tak bisa menghindarinya. Membuat isi kepalaku rusak seketika.

Di tempat pelarianku kini. Aku tulis semua kenangan indah tentang kita. Yang tidak akan lekang oleh waktu. Mengubur impian yang ingin kita bangun bersama. Dan membuat sosok akan dirimu pergi menjauh dari kehidupanku.

Ku akhiri catatan ini dengan sebuah kata-kata. Dan ini menjadi harapanku ke depan. Suatu hari nanti akan kutemukan seseorang yang berusaha menghapus kenangan itu hingga tak terulang lagi. Ingin ku habiskan waktuku untuk orang yang benar ku sayangi dan menyayangiku. Dan tidak akan terulang lagi kejadian buruk yang menimpa hubunganku orang lain nanti.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya adalah seseorang yang memiliki hobi menulis. Dan mulai perlahan-lahan merambah ke dunia fotografi dan videografi. Berusaha mencari inspirasi untuk di berikan kepada banyak orang.

CLOSE