Sekarang, Kecantikan Bukan Hanya Sedalam Kulit.

Sekarang, kecantikan bukan hanya sedalam kulit. Bahkan rahang dapat dibuat lebih ramping, tubuh lebih tinggi, mata lebih besar, apa saja yang diinginkan sesuai pesanan. Jadi jika ingin terlihat cantik bersiaplah untuk rasa sakitnya.

Siang itu hari libur yang sangat sibuk, aku harus bolak-balik antara ruang bangsal rawat inap dan instalasi gawat darurat (IGD). Banyak pasien datang ke IGD dan pasien di bangsal juga ingin diperiksa. Ketika situasi terkendali, seorang nenek datang bersama cucunya. Ketika aku bertanya siapa yang sakit, nenek itu mengajukan cucu perempuannya dan berbicara dalam bahasa daerah, "Putu kulo badhe tindik." Aku melihat ke arah cucunya yang ingin ditindik, dan menyarankan untuk kembali besok dan pergi ke klinik anak, karena IGD tidak memiliki peralatan untuk tindik telinga. Nenek itu memohon padaku dalam bahasa daerah yang artinya kira-kira begini, "Sudah sebelas tahun dia tidak bisa memakai anting-anting, dia anak yatim, sejak kemarin dia menangis sepanjang hari ingin menindik telinganya supaya dia bisa memakai anting-anting." Anak berusia 11 tahun rela menahan sakit demi tampil cantik. Tidak heran jaman sekarang wanita dengan mudah menggadaikan hidupnya di meja bedah untuk menjalani operasi bedah plastik demi bentuk tubuh impian. Sekarang, kecantikan bukan hanya sedalam kulit. Bahkan rahang dapat dibuat lebih ramping, tubuh lebih tinggi, mata lebih besar, apa saja yang diinginkan sesuai pesanan. Jadi jika ingin terlihat cantik bersiaplah untuk rasa sakitnya.

Advertisement

Aku baru ingin merebahkan tubuhku ketika ponsel berbunyi dan muncul pesan “Kay, jalan yuk.” Tadinya aku ingin menolak tapi setelah berpikir lagi, sepertinya boleh juga, sudah beberapa minggu aku tidak berjumpa dengan Tiara, dia teman yang menyenangkan. Seperti biasa Tiara menjemput dan kami makan di sebuah lesehan warung sate. Sambil menunggu pesanan kami bertukar cerita tentang aktivitas masing-masing beberapa waktu yang lalu. Aku mengenal Tiara saat kuliah, meski keyakinan kami berbeda, namun tak pernah ada rmasalah tentang hal tersebut. Tiara adalah orang yang pertama aku hubungi ketika papi meninggal, hingga akhirnya dia mengajakku pindah ke kota ini.

Perbincangan kami terhenti ketika seorang penjual keripik muncul di depan kami, dia menawarkan keripiknya. Tiara membeli keripik sampai 10 bungkus, dengan heran aku bertanya, “Untuk apa beli sebanyak itu?” Tiara hanya tersenyum, dia malah menawari penjual keripik itu untuk ikut makan, “Ayo makan Pak makan, dibungkus ya?” Bapak itu mengangguk malu-malu dan mengucapkan terima kasih, lalu berjalan mengangkat bakulnya menunggu pesanannya di seberang jalan. “Kata Ayah kalau ada yang nawarin gitu harus dibeli” ujar Tiara lagi, “Lewat mereka, Allah memberikan kita rejeki.” Aku menatapnya dengan pandangan kagum, Tiara tak hanya cantik tapi juga baik hati, atau karena aura kebaikannya dia terlihat cantik? Tak heran tunangannya adalah seorang pria terpandang di kota ini. Nasibku tak seberuntung Tiara, ah sudahlah untuk apa memikirkan orang yang tidak sungguh-sungguh mencintaiku. “Aku yang traktir ya” kata Tiara sembari membayar pesanan kami dan bapak penjual keripik tadi. Ingatanku melayang ke kejadian tadi siang, seorang anak 11 tahun yang minta ditindik, kecantikan kulit akan lekang oleh waktu tapi kebaikan hati akan memancarkan kecantikan abadi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE