Selalu Temukan Kebaikan Dalam Keburukan yang Ada, Selalu Temukan Kehangatan dari Setiap Dingin yang Mendera

Mungkin akan sama seperti aku.

Lampu merah Jalan Diponegoro terasa sangat tidak menarik, motor kecilku berusaha menerobos mobil-mobil yang kurasa pengendaranya begitu ingin cepat pulang. Deras. Sesekali terdengar petir menyambar. Tak hanya itu, hujan kali ini disertai angin yang cukup kencang. Aku takut.

Advertisement

Bagi sebagian orang, hujan seperti ini sangat mengekang. Mereka tidak bebas dalam beraktivitas, basah, dingin, dan tak nyaman. Tapi bagiku ada momen kebebasan pada hujan sore ini. Momen untuk menangis. Ya, sepuasku dan tidak ada orang yang peduli. Mana mungkin? Suara hujan saja sudah berisik, belum lagi ditambah gemuruh angin dan petir yang menyambar. Terima kasih telah menyamarkan tangisku. 

Aku selalu suka mengamati semua hal disekitarku. Aku menengok sampingku, mobil Carry merah yang sepertinya keluaran tahun 97 an. Seorang kakek mengemudikan mobil itu, rambutnya putih, kulitnya sudah keriput. Disampingnya ada nenek yang tidak setua kakek itu, memakai iket coklat dan kacamata. Entah istrinya atau adiknya aku tak paham karena tak sempat juga kutanyakan ditengah macet. Jika dia adalah istrinya, aku sudah membayangkan diriku sekitar 40 tahun lagi. Bukan Carry, Minni Cooper mungkin.

Tepat di depanku sebuah motor bukan matic biru ditumpangi oleh sepasang suami istri, kalau yang ini aku yakin akan statusnya. Mereka membawa anak kecil kira-kira usia playgroup. Mungkin bayangan hidupku 5 sampai 10 tahun lagi. Aku tetap menangis saat melihat semua itu. Aku rindu ibuku. Kalau saja aku dirumah pasti pulang kerja begini aku dibuatkan teh hangat. Aku rindu ayahku. Beliau selalu menghawatirkanku sekedar pertanyaan 'sudah makan atau belum?'. 

Advertisement

Motorku berjalan dengan pelan, banner warung tegal pinggir jalan yang tertiup angin cukup menarik perhatianku. Warungnya sudah tutup menjelang maghrib seperti ini. Beberapa kursi di luar warung digunakan orang untuk berteduh, ya, mereka yang tak berani mengambil resiko dan memilih sabar menunggu. Seperti yang ku katakan tadi. Hujan kadang terasa mengekang.

Aku mencoba memaknai kehangatan hujan sore ini. Aku yang memilih bekerja diluar kota adalah pengambil resiko. Resiko untuk kedinginan, resiko untuk mencari kehangatan diri sendiri. Tanpa keluarga dan tanpa orang tua terasa sangat sepi memang. Tapi bagaimana aku bisa mandiri jika tak seperti ini? Resiko perlu diambil bagi kamu yang ingin lebih cepat menuju tujuanmu. Kehangatan yang berasal dari dirimu sendiri pasti akan kamu dapatkan ketika kamu berani untuk melangkah sendiri. 

Advertisement

Mungkin akan sama seperti aku. Awalnya terasa sangat sulit. Hidup di kota orang sendirian tanpa teman yang kamu kenal, tanpa tahu jalan yang mana yang harus kamu lewati untuk mencapai tempat tertentu. Kamu perlu mengandalkan dirimu sendiri. Gerimis hanya akan membuatmu flu ringan. Tapi hujan deras disertai angin dan petir bisa membuatmu sakit parah.

Jangan tolak rasa sakit itu. Terima dan hadapi. Jangankan hujan angin, badai pun bisa kamu lewati jika kamu terlatih tegar. Selalu temukan kebaikan dalam keburukan yang ada, selalu temukan kehangatan dari setiap dingin yang mendera. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE