Dalam setiap persoalan hidup, hal pertama yang diingat oleh seorang anak adalah Ibu. Tak tahu kenapa, setiap ada cerita, keluhan bahkan sebatas opini ingin rasanya mengutarakannya ke mama. Bukan karena mama adalah orang yang bisa mengerti tentang keluh kesahku, atau ceritaku apalagi opini tentang berita-berita politik yang sering kubahas bersama mama, tapi lebih dari itu mama adalah orang yang mau mendengarkan ceritaku, walau dia sendiri sering berkata mama, sebenarnya enggak ngerti kau cerita apa nak, yang penting dengerin aja. Tegas mama padaku.
Banyaknya kenangan, cerita bahkan terkadang perseteruan terjadi diantara aku dan mama. Itulah yang membuat hubungan dengan mama terasa sangat erat, apalagi kita tahu pandemi memaksa kita tidak bisa pergi kemana-mana untuk merantau. Karena itulah yang membuatku harus menghabiskan waktu yang lama dengan orang tua di rumah setelah lulus kuliah. Terkadang celetukan-celetukan seperti kapan ya kau kerja bang? itu membuatku berpikir mungkin ini saatnya aku harus mengambil langkah untuk meninggalkan zona nyaman di era covid ini. Apalagi sekarang situasi sudah mulai aman, dan vaksinasi covid juga sudah mulai merata di indonesia, bahkan vaksin ke 3 booster sudah mulai dilaksanakan untuk beberapa pekerja di indonesia.
Setelah mantap memutuskan merantau ke ibu kota, dan sudah memesan tiket, aku memberitahukan kepada mama dan bapakku di rumah. Sontak mereka terkejut tapi mereka sudah mempersiapkan untuk keberangkatanku, ada banyak sekali pertanyaan-pertanyaan seputar keberangkatanku itu. Mulai dari disana nanti rencana ketemu siapa? Dan rencana nanti bakal mau berapa lama? Apakah udah mempersiapkan semuanya untuk surat-surat untuk apply kerja? Bahkan sampai kami membuat acara untuk kumpul keluarga mengundang kerabat terdekat agar menyantap makan malam bersama sambil menyampaikan satu dua pesan terhadapku yang akan merantau ke ibu kota.
Rasa sedih dari mama tidak tampak pada saat aku menyampaikan akan berangkat ke ibu kota, tapi ketika mendekati hari h keberangkatan disitulah bapak bercerita kepadaku.
Bang, tau enggak kau? tadi pas di mobil mama sepanjang jalan nangis. mama sambil nangis ngomong gini ya ampun udah hampir dua tahun anakku di depanku, bentar lagi dia pergi merantau ya (sambil nangis sesenggukan).
Terus bapak tanya lah ke mamamu kan, Jadi maumu gimana? apa enggak usah merantau aja si iwan?Â
Ya enggak gitu juga lah, ucap mama.Â
Cerita berakhir di situ dan kami sekeluarga yang mendengar akhirnya ketawa, tapi mama masih tersipu malu dengan cerita tadi.Â
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin mama sampaikan kepadaku ketika aku merantau, tapi belum habis kata yang diucapkan ait matanya mulai menangis deras di hadapanku, dan sebelum akhirnya aku pergi merantau mama memelukku dengan ucapan semoga sukses dan gapailah impianmu disana ya nak ingat Tuhan dan orang tuamu di sini, kami semua menyanyangimu.
Air mata ibu menjadi pengingat bahwasanya aku harus berjuang sekuat mungkin untuk bisa melihatnya menangis dengan haru untuk kesuksesanku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”