Sexy Killers, Menguak Apa yang Terjadi Sebenarnya

Film karya anak bangsa yang viral

Film Sexy Killers bercerita tentang apa saja yang terjadi dibelakang gemerlapnya cahaya lampu kota-kota besar indonesia, apa yang terjadi dibalik aliran-aliran listrik yang menghidupi banyak orang. Apa yang diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan yang tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan kedepannya.

Advertisement

Setelah menonton film ini, saya tidak memihak ataupun menyalahkan salah satu pihak yang tetkait, namun lebih ke mempertanyakan kemana saja kita saat itu, apakah sebelum film ini viral dan menyebar ke seluruh masyarakat ada tindakan ataupun ucapan kepedulian tentang semua ini, mengapa baru sekarang, mengapa baru setelah film ini muncul, rasa kepedulian akan alam dan masyarakat kecil di indonesia muncul

Film ini secara tidak langsung menampar keras seluruh masyarakat indonesia tentang apa yang terjafi sebenarnya dibalik apa yang mereka nikmati selama ini. Setelah menonton film ini, yang saya dapatkan bukanlah rasa benci tethadap pemerintah ataupun rasa yang membuat saya memilih golput daripada menggunakan hak pilih saya untuk presiden indonesia 5 tahun mendatang. Karena pada kenyataannya, jika indonesia berganti pemimpin sekalipun, apakan semua ini akan terhenti?

Tentu saja tidak. Bagaimana mau terhenti jika kita hanya menyalahkan pemerintah tentang apa yg terjadi, dan kita sendiri tidak bergerak untuk menyadari bahwa tindakan kecil yang kita lakukan sehari-hari adalah hasil dari tindakan yang merusak alam indonesia dan banyak merugikan masyarakat kecil sekitar.

Advertisement

Saya tidak melihat film ini dari segi politik, saya hanya melihat dari apa yang saya lihat dan saya resapi dari film ini. Banyak yang mengatakan, tutup saja tambang-tambang batu bara itu untuk menjaga alam indonesia. Namun tidak memikirka dampak yang akan terjadi, jika semua tambang itu tertutup, bayangkan berapa banyak orang yang akan kehilangan pekerjaan. Namun, jika tambang ini diteruskan sampai kapan kita akan merusak alam indonesia untuk memuaskan kebutuhan kita.

Salah satu scene dalam film yang membuat saya terenyuh adalah ketika ada seorang bapak-bapak yang berkata "gunung di dol, segoro di tandur wesi" yang berarti gunung dijual, dan laut ditanami besi, dia berkata jika ini terus menerus dilakukan kemana dia akan pindah. Dia berkata ini semua karena orang-orang pintar yang membangun tambang-tambang tersebut.

Advertisement

Jadi, apa solusi yg harus dilakukan untuk menghentikan ataupun mengurangi dampak dari semua ini, kita juga bingung bukan? Jika dilanjutkan, kapan semua kerusakan ini akan terhenti, namun jika dihentikan mau hidup seperti apa kita jika tidak ada listrik dan mau dikemanakan semua orang-orang yang kehilangan pekerjaan tersebut.

Jika mendengar kata-kata yang diucapkan dari salah satu potongan scene film ini "semua ini karena orang-orang pintar" saya berpikir, orang-orang pintar tersebut pasti mendapatkan jenjang pendidikan yang tinggi. Lalu, apakah ilmu yang saya pelajari di bangku kuliah ini akan menyelamatkan Indonesia atau malah menghancurkan Indonesia di masa depan?

Film ini sesungguhnya masih memperlihatkan sebagian kecil potret keserakahan kita merenggut kekayaan bumi hanya untuk kepuasan pribadi. Masih banyak hal-hal yang mungkin jauh lebih mengerikan dari apa yang kita bayangkan untuk mendapatkan apa yang kita nikmati saat ini.

            Jika didasarkan pada nilai-nilai pancasila, kejadian-kejadia pada film ini tidak ada yang sesuai dengan satupun sila dari pancasila. Dari sila pertama, merusak alam adalah tindakan yang tidak berketuhanan. Sila kedua, semua kegiatan yang dilakukan tidak menunjukan sifat kemanusiaan yang adil, karena hanya orang-orang tertentu dan orang-orang dikota besar yang dapat menikmati hasil tambang tersebut, sedangkan orang-orang disekitar lokasi akan merasa dirugikan. Sila ketiga, film ini menuai pro kontra dari seluruh masyarakat Indonesia, yang mengakibatkan perseteruan. Sila keempat, pemimpin-pemimpin yang menggaungkan untuk menjaga alam Indonesia, atau orang-orang berpangkat tersebut, malah menjadi dalang dari semua yang terjadi selama ini. Dan terakhir, sila kelima, dari segi keadilan, jelas saja ini sangat tidak adil, semua masalah seperti kerusakan alam, polusi, kerusakan terumbu karang, penggusuran lahan tani, semua hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar lokasi tambang. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui apa yang terjadi di belakang, hanya menkmati hasil dan tidak tahu menahu tentang penderitaan masyarakat sekitar tambang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE