K-Pop dan Fanatisme Penggemar di Indonesia
Industri K-Pop menjadi salah satu hiburan yang sangat populer dan dikonsumsi oleh hampir setiap kalangan masyarakat. Tidak pandang bulu, laki-laki maupun perempuan dari anak-anak hingga dewasa mengidolakan berbagai boygroup serta girlgroup dari Korea Selatan ini. Uniknya, meskipun tampilan fisik yang begitu menawan menjadi daya tarik utama yang ditawarkan, tidak sedikit masyarakat yang justru jatuh hati karena pesona atau bakat lain yang dimiliki oleh para idol, seperti suara yang merdu, gerakan menari yang indah, ataupun berbagai pesona unik lain.
Seiring berjalannya waktu, komunitas penggemar K-Pop di Indonesia semakin besar. Hal ini dapat dilihat secara jelas dari besarnya jumlah massa yang mengikuti berbagai konser K-Pop yang telah dilaksanakan. Bahkan, tidak sedikit penggemar yang rela berada diluar venue selama konser berlangsung karena tidak mendapatkan tiket. Selain itu, Kim Yeon Jeong selaku Head of Global K-Pop and K-Content pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan jumlah tweet serta Unique Authors terbanyak yang membicarakan tentang K-Pop di Twitter.
Mirisnya, penggemar K-Pop atau yang dikenal sebagai fandom K-Pop di Indonesia sering mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dalam masyarakat. Rasa loyalitas yang mereka miliki terhadap idolanya sering kali disalah artikan sebagai bentuk kefanatikan yang berakibat pemborosan. Hal ini dikarenakan berbagai hal yang berkaitan dengan K-Pop, seperti album, lightstick, tiket konser, serta berbagai merchandise lain cukup menguras kantong, sehingga mereka yang rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli berbagai atribut dianggap boros.
Selain itu, para penggemar K-Pop juga sering dianggap tidak mencintai negaranya sendiri. Rasa suka yang begitu besar mengakibatkan banyak penggemar tidak hanya mempelajari bahasa korea melainkan juga budaya-nya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang sengaja berkunjung ke Korea untuk melihat berbagai tempat yang pernah disinggahi idolanya.
Apakah hal tersebut benar adanya? Tidak!
Sebagai penggemar, menunjukan rasa suka terhadap idolanya melalui berbagai kegiatan tentu hal wajar. Mempelajari bahasa guna berkomunikasi hingga mengikuti konser dan fan meeting untuk bertemu dengan idol pasti membuat seseorang bahagia sebagai penggemar. Namun, ada fakta yang harus diingat bahwa mereka tetap bagian dari sebuah negara dimana mereka harus tetap berkontribusi.
Nyatanya, penggemar K-Pop di Indonesia tidak hanya fanatik terhadap idolanya saja. Sebagai penggemar, mereka tidak hanya merespon dan mengikuti berbagai aktivitas idolanya saja melainkan juga berkontribusi secara aktif dalam berbagai aktivitas sosial baik secara online maupun offline. Misalnya, saat Indonesia sedang diguncang oleh banyak bencana di tahun 2021, belasan komunitas penggemar K-Pop melakukan galang dana melalui platform kitabisa.com dan berhasil mengumpulkan donasi sebanyak Rp 1,4 miliar. Selain itu, komunitas penggemar K-Pop juga berpartisipasi secara aktif dalam penolakan omnibus law. Melalui media sosial, komunitas penggemar K-Pop yang ditandai dengan avatar artis K-Pop mengunggah cuitan penolakan omnibus law dan berhasil menjadi trending topic.
Partai Menarik Atensi Penggemar K-Pop
Pemilu menjadi agenda lima tahunan yang selalu menarik perhatian masyarakat. Bahkan, informasi tentang pemilu sering menjadi headline di berbagai media massa. Menjelang pemilihan umum 2024, berbagai partai sudah sibuk untuk menyiapkan berbagai kampanye untuk merebut hati masyarakat. Akhir-akhir ini, beberapa partai terlihat sedang menarik atensi penggemar K-Pop di Indonesia. Misalnya, partai dengan lambang matahari putih yang bersinar menggelar sebuah acara dengan tajuk Birukan Langit Indonesia dengan mengundang salah satu boygroup asal korea, ASTRO sebagai rangkaian acara Rakernas 2022.
Selain itu, melalui akun Twitter resminya, partai dengan lambang kepala burung garuda mengunggah sebuah postingan yang berbau K-Pop. Postingan tersebut berisi tentang giveaway dengan hadiah berupa tiket gratis konser Blackpink di Jakarta. Penggemar yang ingin mendapatkan hadiah harus mengunggah foto di depan spanduk ketua umum partai dan menyertakan tagar yang telah disiapkan. Meskipun admin sudah menyangkal bahwa giveaway tersebut bukanlah bagian dari kampanye, akan tetapi program tersebut secara jelas menunjukan bahwa partai tersebut sedang berupaya untuk menarik perhatian penggemar K-Pop.
Menariknya, fenomena K-Pop dan kampanye partai politik menjadi hal yang sudah sering diprediksikan. Besarnya pengaruh penggemar K-Pop di Indonesia baik dalam media sosial maupun dunia nyata tentu saja menarik perhatian partai politik. Melalui berbagai kegiatan yang melibatkan idol K-Pop, partai politik mengharapkan dukungan dari para penggemar dalam pemilu 2024, meskipun hal tersebut tidak secara implisit disampaikan.
Masuknya politik dalam komunitas penggemar K-Pop di Indonesia tentu saja mendapat respon yang sangat beragam. Tidak sedikit dari penggemar yang menyayangkan idolanya menjadi bahan kampanye, namun tidak sedikit pula yang antusias untuk mengikuti acaranya. Respon masyarakat yang beragam inilah yang perlu digali lebih lanjut oleh berbagai partai yang tertarik untuk bekerja sama dengan idol K-Pop dalam kampanye selanjutnya. Harapannya, partai politik tidak hanya sekedar menarik atensi penggemar melalui idolanya saja melainkan juga mampu menyampaikan atau menitipkan pesan edukasi melalui idol tersebut. Selain itu, apapun bentuk kampanye partai politik yang melibatkan idol K-Pop, komunitas penggemar diharapkan tetap menjadi anggota masyarakat yang dapat berkontribusi aktif dalam proses pemilu 2024.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”