Untukmu yang Sudah Rindu Bioskop dan Atmosfernya, Mari Angkat Tangan! Kini Saatnya Kita Nostalgia

Rindu bioskop

Kurang lebih sudah 7 bulan pergerakan manusia dibatasi. Walau katanya sudah new normal, nyatanya ada beberapa hal yang belum pulih. Saat mendengar kabar bahwa bioskop akan dibuka, saya girangnya bukan main. Tapi kemudian saya pikir-pikir lagi, kok ya takut kalau harus nonton di tengah kondisi saat ini. Ternyata semesta memang belum berpihak, nyatanya bioskop di kota saya tidak termasuk salah satu bioskop yang kembali beroperasi. Mungkin saya masih disuruh nonton di rumah saja.

Advertisement

Selama bioskop ditutup, saya memang sama sekali tidak krisis tontonan. Tiap hari ada saja film atau series yang bisa ditonton. Tetapi ada sedikit perasaan kehilangan. Sekalipun tutupnya bioskop nggak ngaruh-ngaruh amat terhadap kelangsungan hidup saya. Namun saya merasa bahwa selama ini ternyata kurang bisa mensyukuri hal-hal kecil. Termasuk bisa nonton film di bioskop depan kampus setelah kelas sore.  

Kemajuan teknologi yang secepat kilat dan bahkan lebih cepat dari perkembangan etika penggunanya (canda sheyeng) ini ternyata cukup menguntungkan. Saya baru merasakan betapa bermanfaatnya platform nonton film secara online atau streaming akhir-akhir ini. Kegabutan saya jadi nggak kerasa-kerasa amat. Hal positif dari platform ini selain bisa ditonton sembari rebahan di kamar kapan saja adalah saya juga bisa explore film-film lawas.

Tapi bagi saya, vibrasi bioskop tetap nomor satu dan tak akan lekang oleh waktu. Terkadang memang ada beberapa hal konvensional yang lebih menyenangkan. Alasannya karena layar yang lebar dan suara yang menggema adalah salah satu bukti bahwa keindahan dunia itu benar adanya. Mungkin platform streaming kualitasnya juga sudah HD dan suaranya dapat disambungkan ke speaker. Tapi keagungannya dibatasi oleh ukuran PC, televisi, atau bahkan sekecil layar smartphone. Di sini kita membahas kelebihan bioskop ya, jadi kita kesampingkan dulu nikmatnya nonton streaming.

Advertisement

Siapa sih yang kangen effort sebelum nonton? Ngecek bangku strategis mana yang masih kosong, belum lagi kalau filmnya happening, harus cepat-cepat dapat tiket. Bahkan kalau tidak dapat posisi yang enak namun tak sabar ingin segera nonton, harus rela duduk di bangku depan sendiri yang mana bikin leher dan mata sakit. Apalagi kalau sebelum jam film ditayangkan sedang ada urusan penting, rasanya hectic dan tidak tenang on the way bioskop. Masih ditambah antre beli popcorn dan minuman bersoda untuk teman nonton, yang terkadang bikin kesal karena orang di depan kita milihnya lama. Tapi effort-effort ngeselin itu justru bikin semakin rindu.

Nonton di rumah memang bisa dilakukan kapan pun kita mau, bahkan kita bisa maraton beberapa film dalam sehari. Tetapi kalau nontonnya bareng pacar atau gebetan, bioskop jelas menang telak. Suasana gelap dan hening bikin makin romantis dan menyentil emosi. Selama tidak menyalahgunakan minimnya penerangan di dalam bioskop aja sih hehe. 

Advertisement

Sudah cukup lama tidak bersinggungan dengan penonton-penonton annoying yang ada di bioskop juga patut dirindukan. Mulai dari kelakuan orang-orang di belakang yang memicu keributan dengan kaki jenjangnya yang menendang-nendang bangku kita. Hingga mereka yang malah mainan handphone saat nonton, membuat ada pancaran cahaya dari titik-titik yang tidak seharusnya. Belum lagi orang yang merasa paling sok tahu dan menggaduhkan studio dengan ucapan-ucapannya alias berisik. Rasanya ingin teriak, “Mbak, mas, pintu keluar sebelah sana”.

Atmosfer di bioskop yang bikin konsentrasi penuh juga selalu menjadi cara paling asyik untuk melarikan diri sementara dari masalah pelik yang ada. Entah mengapa jika sudah berada di dalam studio dengan vibes yang sedemikian rupa, kita dipaksa untuk menikmati jalan cerita film tersebut. Dibandingkan dengan di rumah, yang terkadang masih terganggu dengan notifikasi handphone atau teriakan emak yang minta tolong untuk mengangkat jemuran. Pokoknya, saya merasa jarang terkena gangguan jika nontonnya di bioskop. Feeling of emotion-nya selalu dapat. Entah itu rasa takut saat nonton horor, rasa empati saat nonton film sedih, atau bahkan rasa marah karena pemeran antagonisnya terlalu jahat. Kita seolah-olah dipaksa untuk attached dengan perasaan-perasaan itu sebagai bentuk konstruksi kita akan tayangan yang sedang kita tonton.

Ada banyak hal yang membuat bioskop tidak tergantikan di hati. Siapapun yang merasa rindu dengan si layar lebar? Mari berdoa bersama-sama secara virtual, semoga bisa segera nonton dengan aman tanpa dihantui rasa khawatir. Sejujurnya sudah kangen lari-lari dari basement karena film sudah ditayangkan, sedangkan saya masih harus berdiri termenung di depan antrean lift.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE