Wanita Single Seringnya Dianggap Kesepian dan Nggak Bahagia. Ah, Kata Siapa?

single bahagia

Menikah dan punya anak seringkali dijadikan sebagai life goals untuk sebagian besar orang di Indonesia. Sementara sebagiannya lagi memilih untuk mengejar karier, passion, maupun cita-cita sebagai life goals dan biasanya orang-orang seperti ini lebih memilih untuk nggak menikah, dan punya anak (no married, no kids) atau single seumur hidup. Jumlah orang yang seperti ini jelas hanya sekian persen dari jumlah total penduduk Indonesia. Jadi nggak heran kalau cibiran, nyinyiran, hingga label aneh yang diberikan orang lain pernah mereka terima, terutama bagi kaum wanita. Kalau nggak menikah sama aja dengan hidup nggak sempurna.

Advertisement

Wanita yang memilih untuk hidup single seringkali dianggap terlalu mengejar karir, terlalu idealis, terlalu picky, sok kebarat-baratan, pendidikannya terlalu tinggi sampai laki-laki pada minder untuk mendekat, dan masih banyak lagi. Berbeda dengan negara maju atau negara bagian barat yang nggak terlalu memusingkan kalau ada warga, keluarga, atau temannya yang memilih untuk nggak menikah seumur hidup mereka. Cibiran, nyinyiran, ataupun label aneh mungkin jarang ditemui pada wanita yang nggak menikah.

Selain sebagai life goals, di Indonesia menikah dan punya anak juga dianggap sebagai pembawa kebahagiaan, jalan dari penyelesaian masalah, dan lain-lain. Apa iya ? Tapi kok sering ya mendapati wanita yang sudah bersuami dan punya anak mengeluh dengan kehidupan pernikahannya baik di media sosial maupun curhat ke orang-orang terdekat.

“Yaaaa namanya juga rumah tangga, pasti adalah kerikil-kerikil kecilnya.”

Advertisement

Hmm, oke.

Nah, sementara itu wanita yang single sering dianggap hidupnya menyedihkan, sengsara, kesepian, punya gangguan mental ntah depresi, stress, dan sebagainya. Padahal beberapa studi menunjukan wanita yang memilih untuk single seumur hidup dan tanpa memiliki anak hidupnya jauh lebih bahagia dibandingkan wanita yang menikah dan punya anak.

Advertisement

Paul Dolan, profesor ilmu perilaku, berpendapat bahwa wanita yang belum menikah dan nggak punya anak juga cenderung hidup lebih lama daripada mereka yang menikah dan memiliki anak. 

“Kok bisa?”

Wanita yang udah menikah menghabiskan waktu lebih banyak di rumah untuk mengurus anak dan suami. Nggak heran kalau banyak wanita yang mengeluh karena kelelahan, nggak punya waktu untuk me time, sehingga lama-kelamaan wanita jadi lebih gampang stress. Apalagi kalau nggak ada dukungan dari suami atau suami justru nggak bisa diajak kerjasama. Inilah yang menurut Dolan, wanita yang sudah menikah dan punya anak berumur lebih pendek dibandingkan wanita yang single dan nggak punya anak. 

Sementara wanita yang single dan nggak punya anak jelas punya waktu luang lebih banyak. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu untuk membahagiakan diri sendiri misalnya melakukan me time, hang out bersama orang-orang terdekat, ikut kelas pengembangan diri atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Biasanya mereka juga jauh lebih mencintai diri sendiri dan tahu betul apa yang bisa membuat mereka bahagia.

Buat yang bilang wanita single dan nggak punya anak itu hidupnya bakalan kesepian, kenyataannya nggak gitu kok. Mereka memang sendirian, tapi mereka tahu apa yang harus mereka lakukan supaya nggak merasa kesepian. Biasanya wanita seperti ini aktif dalam kegiatan volunteer, bergabung dalam komunitas-komunitas yang ada, ataupun lebih dekat dengan keluarga. Makanya secara mental mereka jauh lebih sehat.

Well, intinya jangan memaksakan standar hidup kalian pada orang lain. Kalau bagi kalian menikah dan punya anak adalah sebuah life goals, dan sumber kebahagian kalian, ya nggak apa-apa. Tapi, kalau menjadi single, nggak punya anak, lebih mengejar pendidikan, passion, dan cita-cita juga bisa membuat kalian bahagia juga nggak apa-apa. Tiap orang punya pilihan, standar hidup, dan bahagianya masing-masing.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE