Solusi Mengatasi Kemacetan Selain Membangun Jalan. Apa Aja?

Solusi Mengatasi Kemacetan

Di kota-kota dengan tingkat kepadatan penduduk dan aktivitas yang tinggi seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, kemacetan merupakan sesuatu satu hal yang lumrah dijumpai terlebih lagi pada jam-jam rawan kemacetan seperti pagi hari atau sore hari. Padatnya penduduk dan aktivitas yang tinggi membuat arus lalu lintas menjadi lebih padat. Arus lalu lintas yang padat akan mengakibatkan banyak konflik pada arus lalu lintas yang menyebabkan terjadinya kemacetan.

Kemacetan adalah suatu situasi tersendatnya atau terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan atau terdapat hambatan yang mengakibatkan arus lalu lintas terganggu. Terdapat beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kemacetan. Tetapi, masih banyak sekali orang berpikiran bahwa solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan adalah dengan membangun jalan yang baru atau menambah jumlah lajur. Padahal, solusi tersebut belum tentu benar karena pertumbuhan kendaraan selalu naik setiap tahunnya. Berikut adalah jumlah pertumbuhan kendaraan dari tahun 2014-2018 berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS):

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Dapat dilihat bahwa jumlah pertumbuhan kendaraan selalu meningkat di setiap tahunnya. Sehingga, sebanyak apapun jalan yang tersedia, jumlah jalan tersebut tidak akan bisa mengimbangi atau mencukupi jumlah pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi. Lalu, solusi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi kemacetan?

Solusi pertama adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum menjadi lebih aman, nyaman, dan menguntungkan bagi para penggunanya. Transportasi umum yang aman dan nyaman membuat orang-orang tertarik untuk beralih dari menggunakan kendaraan pribadi menjadi kendaraan umum sehingga jumlah kendaraan yang berlalu lintas di jalanan mengalami penurunan yang mengakibatkan tingkat kemacetan dapat menurun. Sebagai contoh, transportasi umum di negara Singapura sangatlah aman dan nyaman. Tingkat tindakan kriminal yang rendah dan tingkat kebersihan yang tinggi menarik perhatian orang-orang sehingga mau menggunakan transportasi umum. Selain itu, transportasi umum perlu memberikan sesuatu hal yang menguntungkan bagi para penggunanya sehingga membuat para pengguna kendaraan pribadi ingin beralih menggunakan kendaraan umum. Contohnya, ketika seseorang lebih memilih menggunakan KRL Commuterline dibandingkan kendaraan pribadi seperti mobil atau motor ketika ingin beraktivitas di hari kerja. Dengan menggunakan KRL Commuterline, seseorang dapat terhindar dari kemacetan di jalan raya sehingga mereka dapat menghemat waktu, tenaga, dan uang.

Menekankan jumlah pertumbuhan kendaraan merupakan solusi kedua yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemacetan. Menekankan jumlah pertumbuhan kendaraan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan menaikan harga kendaraan menjadi mahal. Dengan harga kendaraan yang mahal, tidak semua orang mampu untuk membelinya. Contohnya, di Indonesia, harga honda Mobilio RS 1.5 dibanderol dengan harga Rp 237,5 juta sedangkan di Singapura harga honda Mobilio dengan tipe yang sama dibanderol dengan harga 107,999 Dolar Singapura, atau sekitar Rp 1,127 miliar. Selain itu, menaikan tarif pajak, baik pajak kendaraan maupun pajak jalan raya juga merupakan salah satu cara untuk menghambat pertumbuhan kendaraan karena orang-orang akan merasa keberatan dengan tarif pajak yang tinggi sehingga mengurungkan niat mereka untuk membeli kendaraan. Cara tersebut juga telah dilakukan di Singapura dan telah terbukti dapat mengurangi tingkat kemacetan yang dikarenakan sifat konsumtif masyarakat yang menurun sehingga pertumbuhan kendaraan juga menurun.

Selain itu, solusi ketiga yang dapat digunakan  adalah dengan memperbaiki sifat pengguna jalan terhadap cara mereka menaati peraturan yang berlaku. Sifat pengguna jalan yang tidak patuh terhadap peraturan dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan. Contoh, kemacetan yang diakibatkan oleh pengemudi sepeda motor atau mobil yang mengambil jalur orang lain ketika berhenti di sebuah persimpangan yang terdapat lampu lalu lintas (lampu merah, kuning, dan hijau). Contoh lainnya, ketika pengemudi sepeda motor atau mobil berhenti di sembarang tempat atau bongkar muat barang yang dilakukan di pinggir jalan yang sebenarnya bukan pada tempatnya. Hal ini dapat mengakibatkan kemacetan karena aktivitas yang dilakukan memberikan dampak hambatan samping terhadap arus lalu lintas sehingga sifat pengendara perlu diperbaiki supaya kemacetan akibat ketidakpatuhan terhadap peraturan yang berlaku berkurang.

Solusi keempat adalah dengan menerapkan sistem jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) pada jalan yang memiliki tingkat kemacetan yang tinggi. Untuk para pengemudi yang tidak ingin membayar pada saat melewati jalan tersebut, mereka harus keluar mencari jalan alternatif lain sehingga tingkat kemacetan di jalan yang telah diterapkan sistem jalan berbayar dapat menurun. Solusi ini memang hanya berlaku untuk mengatasi kemacetan di jalan-jalan tertentu tetapi solusi ini masih cukup efektif untuk mengurangi tingkat kemaceta

Mengurangi titik konflik adalah dengan mengurangi jumlah persimpangan atau jalan untuk kendaraan masuk ke dalam jalan tersebut. Untuk persimpangan atau jalan yang membuat kendaraan keluar dari jalan tersebut, itu tidak akan dianggap sebagai titik konflik karena kendaraan di jalan tersebut keluar sehingga jumlah kendaraan berkurang yang mengakibatkan tingkat kemacetan menurun. Sebagai contoh,

Terdapat banyak sekali solusi yang bisa dilakukan agar kemacetan dapat diatasi atau ditangani selain melakukan pembuatan jalan baru yang membutuhkan biaya mahal dan tempat yang luas. Oleh karena itu, dengan meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum, menekankan jumlah pertumbuhan kendaraan, memperbaiki sifat pengguna jalan, dan menerapkan sistem jalan berbayar merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi kemacetan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis